BandungKita.id, CIMENYAN – Siapa sangka Kabupaten Bandung memiliki wisata kolam renang tanpa kaporit. Suasana yang asri, harga yang terjangkau dan air yang jernih dialiri langsung dari mata air pegunungan, menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi kolam renang tersebut.
Berlokasi di lereng gunung Manglayang Kabupaten Bandung tepatnya di Desa Cijasirna Kecamatan Cimenyan, kolam renang tersebut ramai dikunjungi setiap harinya, baik masyarakat setempat, pelajar, mahasiswa atau bahkan pengunjung dari luar daerah.
Cukup merogoh kocek Rp5.000 di hari biasa dan Rp7.000 di hari libur kolam renang non kaporit sudah bisa dinikmati.
Pemilik sekaligus pengelola wisata kolam renang non kaporit, Abah Daeng adalah putra dari Abah Udjo pendiri Saung Udjo. Pada awal pembuatan kolam, Abah Daeng berniat hanya untuk kolam keluarga.
Tepatnya tahun 2007, Abah Daeng membeli tanah miring di lokasi tersebut. Hanya dibantu cangkul tanpa alat berat, tanah yang miring bisa diratakan dan dibentuk bidang olehnya.
Tanpa ada niatan lebih membuat lokasi wisata, pengunjung dari sekitar berdatangan dan meminta izin untuk menikmati kolam renang yang dibuat Abah Daeng.
“Saya ingin memperlihatkan itikad saya membuat kolam ini bukan untuk bisnis tapi untuk kebahagiaan masyarakat. Bayangin tarif masuk 5000 ada nggak sih se-Kota Bandung? Terus kalo memang kalo difikir ada ga sih untungnya?,” ujarnya.
Baca juga: Mau Naik Gunung Pas Tahun Baru? Berikut Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan
Harga yang terjangkau tersebut kata dia, bukan hanya untuk keuntungan dirinya. Tapi untuk perawatan kolam.
“Kalau gratis teuing mah kan kurang ajar. Ini kan ada perawatannya, kaya nguras bersih-bersih. Jadi kalau gratisan nanti kolam gak terawat dong,” jelasnya.
Alasan Abah Daeng menjadikan kolam tersebut sebuah wisata yang murah meriah, karena kepeduliannya pada masyarakat dengan ekonomi rendah.
“Saya ingin membuat suatu wisata untuk orang yang memiliki ekonomi rendah lalu dia bisa menikmati dan bahagia. Bayangin aja banyak yang gak kebeli oleh mereka untuk sekedar rekreasi,”ucapnya.
Menurutnya, kebahagiaan bukan dari keuntungan bisnis wisatanya yang didapat. Tapi dari kebahagiaan yang bisa diberikannya untuk orang banyak.
“Kenikmatan dan kebahagiaan bagi saya, melihat pengunjung kolam bahagia. Saya terbiasa di panggung kan, kalau lihat orang tertawa, senang, happy nah seperti itulah kepuasannya,” ungkap pria yang pernah mendapat mendapat penghargaan rekor dunia di Amerika itu.
Baca juga: Lembang Jadi Pilihan Wisatawan Nikmati Malam Pergantian Tahun
Dia juga berencana akan memperbesar lagi kolamnya dibarengi dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang kenyamanan pengunjung. Namun, sebelum pada pembangunan, dia ingin menumbuhkan pohon-pohon berakar besar untuk menghindari bencana longsor.
“Melihat banyaknya pengunjung yang datang, saya berencana akan memperlebar dan menambah fasilitas. Sebelum kesana (pembangunan kolam), yang terpenting adalah merawat alam. Ini kan tanah miring, dan ini rawan longsor. Jika tidak ditanami pohon berakar kuat, ya percuma kita bikin wisata. Yang ada kita ngerusak alam dong,” ucap Daeng.
Baca juga: Ayo Kunjungi 7 Tempat Wisata Alam Keren di Bandung Barat Ini, Dijamin Terpesona
Selain kolam renang, dia juga berencana membangun padepokan untuk mewadahi kesenian lokal sunda. Daeng menilai, budaya yang ada di setiap penampilan seni lokal masih buruk.
“Saung yang sudah setengah jadi di atas itu niatnya mau jadi padepokan seni benjang. Kenapa musti ada itu, karena saya peduli pertama pada seni sunda itu sendiri kedua kultur pelaku seninya yang musti diubah. Seperti, kebiasaan minum (minuman keras) setiap mau penampilan, bahasa yang digunakan dan beberapa hal buruk yang musti dibenahi,” papar Abah.
Alasan Abah Daeng tidak memakai kaporit untuk menjernihkan kolam, dia mengatakan air pegunungan lebih sehat dibanding air campuran bahan kimia.
“Lagian air pegunungan aja udah jernih gini mau ngapain pake kaporit. Kena kulit juga gak ngerusak,” ujar Daeng.
Dengan semangat kemanusiaan, seni budaya dan kecintaan pada alam, ke depannya, kata Abah, kolam ini akan dibangun dengan semodern dan sedigital mungkin, tanpa ada bentuk eksploitasi alam dan manusia.***(BGS/BandungKita)
Comment