BandungKita.id, BANDUNG – Menutup tahun dengan prestasi adalah harapan banyak orang, demikian pula dengan Hafshah Khoirunnisa santri pondok pesantren As Safir Kota Bandung yang meraih gelar juara membaca kitab kuning tingkat provinsi Jawa Barat di penghujung tahun 2018.
Hafshah menjadi juara pertama tingkat menengah atau wustho membaca kitab Al Bajuri menyisihkan dua pesaing lainya yakni Irma Sita Fatimah dari pondok pesantren Miftahul Huda, Kabupaten Tasikmalaya yang meraih juara 2 dan Nafisah Mardhiyyah dari pondok pesantren Mubarokul Huda, Kabupaten Bandung yang meraih juara 3.
“Perasaan saya bisa menang, ya bersykur,terus bisa banggain pesantren, orang tua, terutama bisa
bawa nama Kota Bandung di tingkat Provinsi,” Ujar Hafshah saat ditemui BandungKita selepas penyerahan hadiah, di Gedung Sate, Senin (31/12/2018)
Hadiah yang diraih Hafshah adalah kendaraan becak motor dan uang senilai 20 juta, ia mengatakan hadiah tersebut akan digunakan untuk hal yang bermanfaat. “Tentu akan digunakan untuk hal-hal yang ber manfaat saya akan menabung untuk nanti biaya kuliah,” jelasnya
Dara yang kini duduk di kelas 5 pondok pesantren atau setara dengan kelas 2 SMA tersebut akan menempuh 1 tahun terakhir masa pendidikannya menuju kelulusan.
Tak hanya itu, untuk tingkat wustho, Hafshah juga meraih gelar juara umum dan mendapatkan hadiah umroh.
Sejauh ini, memang perjalanan Hafsah dalam dunia membaca kitab kuning terbilang cukup moncer, ia bercerita sebelumnya sudah mengikuti dan menjuarai sedikitnya 3 perlombaan serupa.
“Tahun 2016 itu, juara satu lomba baca kitab kuning penyelenggaranya kemenag Kota Bandung, yang kedua di 2018 juara dua di Provinsi Jabar, digelar di pondok pesantren Al Ittihad Cianjur, yang ketiga masih di 2018, juara satu lomba yang baca kitab juga itu di UPI tingkat Provinsi Jabar, dan sekarang ke 4, juara lomba yang ini,” paparnya
Lebih lanjut, Hafshah bercerita perjalanannya mempelajari kitab kuning tidak sebentar, terhitung sejak lulus sekolah dasar ia langsung melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren pada 2014
“Cuman kalau niat mau pesantren dari kecil juga niat mau pesantren, sekarang alhamdulillah di pondok sudah kelas 5 terus dari kelas 1 emang udah potensinya udah ke baca kitab,” imbuhnya
Dia berpesan yang menjadi kunci keberhasilan dalam menuntut ilmu adalah melakukannya dengan sungguh-sungguh. Ia percaya bahwa kesungguhan dalam usaha tidak akan mengkhianati hasil.
“Caranya ya sungguh-sungguh belajarnya, terus jangan lupa antara hubungan kita sama Allah soalnya semuanya juga di kasih kemudahan ya pasti sama Allah , insyaallah kalau hubungan kita sama allah baik semua masalah kita bisa dipermudah,” jelasnya
Sementara itu Ibu dari Hafshah, Wiwik Sulistiawati, menjelaskan pola pendidikannya terhadap sang anak tidak terlalu rumit, Ia hanya menitipkan kepada yang maha kuasa agar anak nya selalu dalam perlindungan
“Saya sih banyak doa sama Allah , saya titip semuanya aja, nggak terlalu harus gimana, cuma saya banyak doa itu aja,” ujar Wiwik
Wiwik bercerita , anak tunggal dari dua bersaudara tersebut memang sudah memiliki potensi sejak dini dibanding anak-anak seusianya. Tak heran, kini Hafshah membuktikan kemampuannya
“Yang laki-laki pengennya jadi ustad, yang ini (Hafshah) yang sekarang juara pengennya jadi ahli surga, jadi memang alhamdulillah Allah menitipkan amanah yang angat baik,” kata Wiwik
Meski begitu , Ia juga mengatakan bahwa anaknya sering melakukan latihan, bahkan tidak hanya di pesantren namun juga saat menjalani libur di rumah
“Selain memang dia belajar di pesantren dan itu memang tempatnya, kalaupun lagi libur di rumah dia juga suka membaca kitab kuning, setiap sebelum tidur dan pas bangun tidur itu pasti membaca, jadi memang ya setiap usaha yang kita lakukan tidak menghianati hasil, tinggal sejuah mana kesunggihan kita dalam berusaha,” tandasnya.***(TRH/BandungKita)