BandungKita.id, BANDUNG – Pasca ditemukanya mahasiswa Unpad yang meninggal bunuh diri pekan lalu, pihak Universitas Padjajaran (Unpad) akan bekerja sama dengan warga setempat guna meningkatkan pemantauan terhadap aktifitas mahasiswa.
Hal tersebut, diharapkan dapat mencegah kembali terjadinya peristiwa serupa. Pasalnya, pada Desember 2018 lalu dua mahasiswa Unpad juga mengakhiri hidupnya dengan cara tidak wajar.
“Senin kemarin, dekan, wakil dekan, juga kaprodi sudah berkumpul membahas agar kita lebih proaktif dengan jajaran kecamatan dan polsek, ke depan kita tidak boleh hanya memantau mahsiswa di kampus, kita harus (memantau) tempat kos-kosan. Karena memang standarisasi kos-kosan saat ini belum jelas, kita sudah buat rencana bagaimana membuat standar kos-kosan yang baik,” kata Rektor Unpad, Tri Hanghono Achmad, kepada BandungKita, Selasa (12/3/2019).
Tri menjelaskan, pihaknya akan memadatkan program yang berkaitan dengan membangun mental dan interaksi antar mahasiswa terhadap warga. Guna menciptakan kekerabatan anatara mahasiwa dan penduduk sekitar.
“Dalam dua tahun terakhir ini, kita terus jalin koordinasi dengan masyarakat Jatinangor karena kita harus titip (mahasiswa) ke mereka juga kan, dulu 2015 saya bertemu mahasiswa, saya tanya tinggal di mana, siapa ketua RT nya, ternyata banyak yang tidak tahu,” lanjut Tri.
Selain itu, kata Tri, yang tak kalah penting adalah pendidikan asrama yang diproyeksikan untuk mahasiswa tingkat satu. Dalam dua tahun kedepan, pihaknya berencana akan menambah kapasitas asrama.
“Kita akan bangun pelebaran asrama, yang sekarang kapasitas nya 2 ribu orang nanti jadi 6 ribu ini penting karena di asrama itu mahasiswa belajar kemandirian dan ketahanan mental,” lanjutnya.
Berkaca dari peristiwa terbaru, dimana korban bunuh diri lantaran diduga karena permasalahan hubungan asmara, Tri menilai adanya ketidaksiapan secara mental saat ada hal yang tidak sesuai harapan. Sehingga, bunuh diri dinilai jadi jalan keluar.
Baca juga: Mahasiswa Unpad yang Bunuh Diri Karena Cinta, Ternyata Termasuk Mahasiswa Cerdas : Segini IPK-nya
“Kalau mental kita kuat, saat ada kegagalan, ada masalah soal pacar, tentu kita bisa bangkit, ini kan persoalan mental. Karena secara akademik, IPK korban 3,88 bagus itu, ekonominya juga aman,” lanjut Tri.
Sementara itu, Direktur jendral pembelajaran dan kemahasiswaan Kemenristek-dikti, Ismunandar mengaku prihatin atas peristiwa tersebut. Sehingga perlu ada langkah konkrit yang ditempuh agar tidak kembali terjadi.
“Memang (bunuh diri) ini kan seringkali disebabkan kurangnya berinteraksi tatap muka, sementara generasi sekarang sudah gandrung berkomunikasi juga proses belajar itu pakai gadget, ini lah tugas kampus agar mahasiswa bisa tetap punya waktu berkomunikasi langsung antar sesama,” pungkas Is. (Tito Rohmatulloh/Bandungkita.id)
Editor: Dian Aisyah