BandungKita.id, 73 tahun yang lalu tepatnya tanggal 24 Maret 1946 dini hari, langit sebelah barat dari arah Garut nampak berwarna kuning kemerahan.
Namun hal itu bukanlah pemandangan keindahan cahaya senja atau senyum sang pajar. Melainkan kobaran api dari pemukiman warga dan sejumlah bangunan di kota Bandung yang sengaja dibakar. Peristiwa itu, kini kita kenal sebagai Bandung Lautan Api.
Kejadian Bandung Lautan Api itu bermula ketika Belanda dan Sekutu datang ke Bandung tanggal 12 Oktober 1945. Mereka ingin merebut kembali wilayah-wilayah Indonesia dengan cara melucuti senjata tentara rakyat (TKR), laskar-laskar pejuang, milisi Indonesia, tentara Jepang dan membebaskan tawanan Eropa Belanda.
Kehadiran sekutu di Kota Kembang mendapat sambutan kurang ramah dari para pejuang. Sejumlah pertempuran sempat terjadi diantaranya peretmpuran Cihargeulis, Sukajadi, Pasirkaliki, viaduct (jembatan di atas jalan) dan balai kereta api.
Baca juga: Radio Milik Jenderal Soedirman Dipamerkan di Museum Kota Bandung
Geram dengan sikap rakyat Indonesia di Bandung yang enggan meletakan senjata, Sekutu memberi ulimatum kedua tanggal 23 Maret 1946 agar Bandung selatan segera dikosongkan oleh milisi serta rakyat sipil.
Sebetulnya seruan itu telah jauh-jauh hari digembar-gemborkan oleh Belanda dan Sekutu melaui selebaran kertas yang jatuhkan oleh pesawat Dakota milik RAF (Angkatan Udara Kerajaan Inggris).
“Para ekstrimis Indonesia harus mengosongkan Bandung selambat-lambatnya pada 24 Maret 1946, jam 24.00 dan mundur sejauh 11 km dari tanda kilometer nol,” seperti ditulis Historia.id
Mendapat ultimatum tersebut para pejuang Bandung yang tergabung dalam TRI (Tentara Republik Indonesia), lasykar-lasykar, dan ribuan rakyat lainnya geram dan dengan tegas menolak menyerahkan tanah tumpah darah kepada Belanda.
Terkait ultimatum itu, Pemerintah Republik Indonesia melaui Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan Komandan Divisi III TRI, Kolonel AH Nasution, menyarankan agar para pejuang Bandung memenuhi ultimatum Sekutu.
Baca juga: Dalam Setahun, Museum Gedung Sate Sedot 116.859 Pengunjung
Namun para pejuang Bandung tak mau tunduk terhadap ultimatum dari Sekutu dengan sukarela. Meraka mau mengosongkan Bandung, namun terlebih dahulu membumihanguskannya dengan Api.
Hampir sebagian besar wilayah bandung saat itu dibakar. Tercatat wilayah paling mencolok saat tragedi tersebut adalah Banceuy, Cicadas, Braga dan Tegallega.
Istilah Bandung Lautan Api sendiri merujuk pada hasil reportase jurnalis Soeara Merdeka, Atje Bastaman, tanggal 25 Maret 1946. Tirto.id mencatat sebelumnya Atje memberi judul tulisan Bandoeng Djadi Laoetan Api. Namun karena ruang di koran Soeara Merdeka terbatas, judul tulisan diperpendek jadi Bandoeng Laoetan Api.***(Restu Sauqi)