BandungKita.id, GARUT – Siswa SMPN 1 Talegong kelas jauh (KJ) terus berharap Pemda Garut bisa segera membangun gedung sekolah dibangun di Desa Sukamaju, Kecamatan Talegong. Pasalnya, sejak SMP KJ berdiri di tahun 2005, para siswa menumpang di SDN 3 Sukamaju hingga saat ini.
Pada peringatan HUT RI ke-74 di Lapangan Desa Sukamaju, para siswa SMP KJ membuat sebuah video berisi permintaan agar DPRD dan Bupati Garut segera membangunkan sekolah.
Usai upacara kemerdekaan, para siswa membentangkan spanduk menuntut pembangunan sekolah dan pendirian SMPN 3 Talegong. Tuntutan itu jadi puncak kekesalan karena bangunan sekolah tak kunjung dibangun.
Padahal para siswa dan pihak sekolah setiap tahun meminta pemerintah untuk membangun sekolah. Namun tak ada hasil yang didapat.
Salah seorang siswa, Esti Yulyanti (14) mengatakan jika harus sekolah di SMP induk lokasinya cukup jauh.
“Pakai motor saja bisa 20 menit. Kalau jalan kaki bisa 1,5 jam. Jalannya juga rawan longsor di musim hujan,” kata Esti saat ditemui di SDN 1 Sukamaju.
Baca juga:
Proses Lelang 6 Jabatan di Pemkab Garut Terkendala Aturan Baru
Sejak satu bulan ke belakang, aktivitas belajar siswa dipindahkan ke SDN 1 Sukamaju yang berada di dekat kantor desa. Pasalnya, lokasi sekolah sebelumnya di SDN 3 Sukamaju tengah diperbaiki.
Para siswa semakin gelisah karena beredar isu tak akan bisa menempati SDN 3 Sukamaju setelah perbaikan selesai. “Khawatir saja di SD 1 enggak bisa belajar, di SD 3 juga sama. Makanya ingin punya sekolah sendiri,” ucapnya.
Siswa lainnya, Rosniawati Sri (13) mengatakan sangat mengharapkan adanya bangunan sekolah. Ia sering malu karena harus menumpang ke sekolah lain.
“Kalau ke sekolah induk jauh. Dari rumah ke sekolah sekarang saja sudah lumayan. Naik motor saja 20 menit. Kalau jalan kaki 30 menit. Jalannya juga naik turun,” ucap Rosniawati.
Baca juga:
Pemda Garut Masih Minim Miliki Aset Lahan Pertanian
Jika ke sekolah induk, ia harus menempuh 45 menit dengan sepeda motor dari rumahnya. Meski harus menumpang, Rosniawati mengaku tetap bersemangat untuk belajar.
“Alhamdulillah di sini kemarin yang lulusan dari kelas IX dapat juara umum. Siswa di sekolah induk juga dikalahkan. Kami tetap semangat,” katanya.
Tak jarang saat musim hujan, ia dan teman-temannya harus mengenakan seragam yang basah kuyup. Pulang sekolah pun, ia baru bisa tiba di rumah selepas magrib.
“Teman yang rumahnya paling jauh baru sampai di rumah jam 18.30. Itu juga dijemput sama orang tua. Kalau jalan kaki jam 19.00 baru sampai,” ucapnya.
Bosan Ditanya Soal Bangunan Sekolah
Titin (30), guru PKN SMP KJ, sudah bosan mendapat pertanyaan dari para siswa soal bangunan sekolah. Namun ia selalu memberi motivasi agar siswa bisa semangat belajar.
Titin menyebut ada 160 siswa di SMP KJ yang terbagi enam kelas. Setiap angkatan terbagi dalam dua kelas.
“Sekolah ini masih menginduk ke SMP 1. Jadi kepala sekolahnya ya dari sana. Pelaksanaan Ujian Nasional juga di sekolah induk. Hanya ujian semester masih di sini,” ucap Titin.
Keinginan para siswa untuk memiliki sekolah, disebut Titin tengah dibahas pihak desa dan kecamatan. Pada hari Minggu juga sudah datang perwakilan dari Dinas Pendidikan.
“Cuma kendala soal lahan. Belum ada katanya. Masih dicari sama desa. Kalau sudah ada bisa dibangun tahun depan,” ujarnya.
Baca juga:
Beredar Video Asusila Bukti Rendahnya Pendidikan Agama, Pemda Harus Ikut Berperan
Kepala Dinas Pendidikan Garut, Totong menyebut pada hari Minggu telah menerjunkan tim untuk melihat kondisi sekolah di Desa Sukamaju. Pihaknya pun siap membantu mendirikan sekolah asalkan sudah ada tanah yang disiapkan.
“Sekarang tinggal menunggu soal tanahnya. Itu kan harus hibah dari masyarakat. Kalau menunggu dari APBD lama,” ucap Totong saat dihubungi.
Ia menyebut pihak desa dan kecamatan sudah siap untuk menyediakan lahan seluas 6.000 meter. Totong juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membangun SMP di Sukamaju.
“Pusat merespon positif keinginan pendirian sekolah ini. Kami juga berupaya secepatnya agar bisa segera dibangun,” katanya.***(M Nur el Badhi)
Comment