Bandungkita.id, BANDUNG – Provinsi Jawa Barat menjadi wilayah paling rawan terjadi bencana pergerakan tanah. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat sebanyak 28 persen kejadian gerakan tanah di Indonesia terjadi di Jabar.
“Setiap tahun kejadian gerakan tanah tejadi 28% di Jawa Barat, 17% di Jawa Tengah, dan 13% terjadi di Jawa Timur, hal ini mungkin karena kepadatan dan pertumbuhan penduduk semakin tinggi, sehingga sering memanfaatkan lahan di daerah rentan terjadinya gerakan tanah,” kata Kepala PVMBG, Kasbani, usai menghadiri sosialisasi kesiapsiagaan dalam memghadapi gerakan tanah dan banjir, di Auditorium Geologi Bandung, Rabu (2/10/2019).
Menurut Kasbani, peristiwa pergerakan tanah ini dipicu oleh berbagai faktor diantaranya, jenis litologi, struktur batuan, perlapisan batuan, kemiringan lereng dan kondisi keairan. Selain faktor-faktor penyebab tersebut, gerakan tanah biasanya dipicu oleh curah hujan yang tinggi, getaran gempabumi, dan aktivitas manusia.
BACA JUGA:
Nunung dan Suami Jalani Sidang Perdana Kasus Narkoba Hari Ini
Ia menjelaskan dari berbagai faktor tersebut yang paling utama adalah akibat curah hujan yang tinggi. Selama tahun 2018 tercatat 1433 kejadian gerakan tanah yang terdiri dari 980 kejadian yang dipicu oleh curah hujan, 232 kejadian yang dipicu oleh gempabumi Palu dan 211 kejadian yang dipicu oleh gempabumi Lombok.
Korban yang terdampak sebanyak 262 orang meninggal, 188 orang luka-luka, dengan 4306 bangunan rusak, yang tersebar di 288 Kabupaten/Kota di Indonesia.
“Kejadian yang tercatat sebagian besar berada di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur,” katanya.
Wilayah Jabar yang paling berpotensi longsor wilayah tengah sampai ke selatan seperti Kabupaten Bandung, Sukabumi, Tasikmalaya dan daerah-daerah lain yang berada di kemiringan cukup tinggi.
“Kebanyakan daerah di Jawa barat memang rentan terjadi pergerakan tanah. Jadi memang provinsi ini patut di waspadai,” jelasnya.
BACA JUGA:
SK Penetapan Sekda Ema Sumarna Dicabut PTUN, DPRD : Pembahasan APBD Kota Bandung Bisa Terhambat
Salah satu upaya untuk mengurangi risiko bencana tentunya selain peningkatan kesiapsiagaan dan peningkatan kapasitas, adalah melalui penataan ruang berbasis kebencanaan.
“Disamping itu penumbuhan pola pikir sadar dan waspada bencana harus terus kita giatkan, hal ini karena bencana gerakan tanah atau tanah longsor bisa terjadi karena aktifitas manusia,” paparnya.
Sehingga, lanjut Kasbani peran bersama Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Lembaga lainnya sangat diperlukan dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana tanah longsor yang sering terjadi. (Restu Sauqi)
Editor: Dian Aisyah