BandungKita.id, JAKARTA – Bukan sekedar tas, bagi masyarakat Papua, noken mengandung banyak nilai filosofis. Banyak nilai-nilai yang diajarkan nenek moyang Papua kepada generasi sekarang melalui noken.
“Kita harus kembali mendalami ilmu noken ini. Noken mengajarkan kita tentang berbagi, demokrasi, dan kebenaran,” kata Titus Christoforus Pekei, ketua Yayasan Noken Papua, dalam dialog tentang Papua, di pusat perbelanjaan Sarinah Jakarta, Senin (18/11/2019) lalu.
Noken adalah tas tradisional Papua, yang biasanya dibuat dari serat kayu, daun, atau batang anggrek, dengan cara dianyam atau dirajut. Di Papua, kemahiran seorang perempuan merajut noken dianggap sebagai tanda kedewasaan.
BACA JUGA:
Kata Beregu Putra Jabar Bermimpi Tembus Level Dunia
Dinilai Peduli UMKM, Universitas Widyatama Sabet Penghargaan Markplus
“Karena itu, kita harus mengedepankan nilai-nilai yang terkandung dalam arti noken ini,” lanjutnya.
Kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah, Titus berharap museum noken di Jayapura segera diselesaikan. Ia juga berharap, ilmu tentang noken menjadi pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah Papua.
Noken telah ditetapkan menjadi warisan budaya dunia takbenda oleh UNESCO. Penetapan tersebut dilakukan di Paris Prancis, tanggal 4 Desember 2012.
Noken digolongkan dalam kategori ‘in Need of Urgent Safeguarding’ atau warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak. (Dian Aisyah/BandungKita.id)
Sumber: Kemendikbud