BandungKita.id, BANDUNG – Deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Jawa Barat (Jabar) sempat mengalami dua kali pembatalan sepihak oleh pengelola gedung sewa. Pihak KAMI Jabar pun akhirnya menggelar deklarasi di sebuah rumah di Kota Bandung, Senin (7/9/2020).
“Saya tersenyum 10 kali karena kemarin sudah dipersiapkan di Balai Sartika (Bikasoga) tapi dibatalkan,” ujar Inisiator KAMI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo saat menghadiri deklarasi KAMI Jabar
“Saya tersenyum lagi 100 kali. Karena Satgas Covid-19 sudah mengizinkan di Grand Pasundan dan sudah dipersiapkan. Tapi kemudian didemo, surat dari Satgas Covid-19 ditarik lagi,” ucap mantan Panglima TNI itu melanjutkan.
Sementara itu, muncul reaksi penolakan dari Aliansi Masyarakat Cipayung yang berunjuk rasa di Gedung Sate, seberang Mapolrestabes Bandung dan Hotel Grand Pasundan. Pasalnya, mereka berpotensi menjadi klaster Covid-19 dan menyebut deklarasi KAMI rawan makar.
BACA JUGA :
Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Hingga Sri Mulyani : Ini 15 Kandidat Kuat Calon Presiden 2024
Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo Bertemu Prabowo di Kertanegara, Apa yang Dibahas?
Gatot berkaca-kaca, meski sempat mengalami kendala. Ternyata usaha yang dilakukan oleh penggerak KAMI di Jabar tidak sia-sia. Hasilnya, tak hanya deklarasi yang terlaksana tapi juga disambung dengan aksi di Gedung Sate.
“Karena di Bandung, Allah SWT punya rencana luar biasa. Buktinya, kita bisa deklarasi di sini dan di tempat ini, dan di sana bisa bersama-sama di Gedung Sate. Ini bukan rencana manusia, kita tidak boleh marah. Jadi saya selalu ingatkan untuk selalu tersenyum, sebagai bentuk syukur. Jangan marah yang hanya membuang-buang energi,” tutur Gatot.
Deklarasi dihadiri oleh tiga Presidium KAMI Pusat, yaitu Din Syamsudin, Jendral TNI (Purn) Gatot Nurmantyo, dan Prof. Rohmat Wahab. Selain itu juga hadir sejumlah tokoh deklarator KAMI, seperti Ahmad Yani, Said Didu, Moh. Jumhur Hidayat, dan Syahganda Nainggolan. Sementara tokoh KAMI Jabar yang hadir antara lain Dindin Maolani, K.H. Athian Ali, Rizal Fadillah, Syafril Sofyan, dan Radar Tribaskoro.
Dalam kesempatan itu, Gatot pun bercerita mengenai hutangnya ke Bumi Siliwangi. “Saya bersyukur sampai di jabatan tertinggi, karena sebagai prajurit saya telah melewati berbagai pertempuran. Saya berhutang pada Bumi Siliwangi ini, saya kemudian bertanya apa yang bisa saya berikan untuk Negeri Pertiwi ? Saya dilahirkan di Bumi Siliwangi, meniti karir di Bandung, Bogor, Pandeglang, Dayeuhkolot,” tuturnya.
Kedatangannya ke acara deklarasi pun, ujar Gatot, tak pernah berkoordinasi sedikitpun dengan inisiator KAMI lainnya. “Karena kita sudah satu hati, dan juga karena hutang itulah saya datang, saya ingin berbuat,” tandas Gatot seperti dikutip dari Detik.
Presidium KAMI Prof. Din Syamsudin dalam sambutannnya mengingatkan, satu abad yang lalu, pada tahun 1930, di pengadilan penjajahan Belanda saat itu, disampaikan pidato historis oleh Bung Karno yang berjudul Indonesia Menggugat. Pidato ini adalah pledoi yang menyatakan tentang kezaliman penjajahan Belanda dan kerusakan demi kerusakan yang diciptakannya.
Menurut Din sejarah berulang, tahun 2020, kerusakan-kerusakan serupa terjadi, bahkan menjadi-jadi. “Saatnyalah banga ini menggugat, saatnyalah Bangsa Indonesia menggugat, KAMI menggugat karena hampir 100 tahun bukan kemakmuran, keadilan yang terwujud, tetapi justru kerusakan demi kerusakan,” seru Din.
Ia mengutip Bung Karno yang mengatakan, melawan penjajah tidaklah susah, adalah mudah. Namun melawan penjajah dari bangsa sendiri adalah susah. Karena itu, Din menilai peristiwa pendeklarasian KAMI Jabar itu harus menjadi dorongan bagi KAMI untuk membuka kerusakan demi kerusakan untuk menyelamatkan Indonesia.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menilai yang terjadi selama ini adalah penyelewengan nilai-nilai dasar, cita-cita nasional yang telah diletakkan oleh para pendiri bangsa ini diselewengkan, dan kemudian dilakukan pengrusakan dengan kezaliman dan kediktatoran.
“Apa yang terjadi terakhir adalah bentuk kediktatoran konstitusional,” kata Din seraya menambahkan, atas dasar konstitusi yang dimanipulasi dengan berbagai RUU yang dimanipulasi, rezim ini berusaha untuk memperkuat diri dalam bentuk kediktatoran, yang dalam bahasa agama adalah kezaliman.
Untuk itu, Din mengingatkan berlakunya hadis Rasul SAW untuk menolong saudara-saudara dzolim. Caranya, dengan menghentikan kedzoliman itu sendiri.
Oleh karena itu, Din menilai perlunya kembali menggelorakan semangat “Ayo Bung Rebut Kembali”. Ia mengajak segenap anggota dan simpatisan KAMI untuk merebut kembali marwah bangsa, merebut cita-cta bangsa ini, merebut kembali kedzoliman penguasa. “Dari Jawa Barat kita mulai,” serunya.
Ditegaskan Din Syamsudin, KAMI adalah gerakan moral, yang bertumpu pada nilai-nilai moral, kebenaran. Ia meyakini, jika kebenaran tiba maka kebathilan akan sirna. Sementara nilai moral yg lain adalah kejujuran, lawannya adalah kebohongan dan kedustaan. Nilai moral ketiga adalah keadilan.
“Atas dasar nilai-nilai moral itu KAMI melawan imoralitas,” tegas Din seraya menambahkan, bahwa tidak ada titik untuk mundur dari perjuangan. pungkasnya
Dihubungi lewat telepon, Pendiri Forum Warga Bandung Dodi Permana mengaku sangat menunggu-nunggu datangnya deklarasi KAMI. Ia menyebut momen saat ini sangatlah pas dan disepakati banyak elemen masyarakat di Jabar.
“Deklarasi KAMI ini memang sangat ditunggu-tunggu oleh tokoh-tokoh masyarakat di Jabar. Mengingat, masyarakat Jabar merasakan betul sistem dan keadaan bangsa ini yang sangat parah. Deklarasi ini disepakati oleh banyak tokoh masyarakat yang hadir termasuk ormas,” kata Dodi kepada BandungKita.id, Senin (7/9/2020).
Lanjut Dodi mengaku siap mendukung deklarasi KAMI, bahkan ia akan menggalang aksi massa jika memang diperlukan demi pengukuhan eksistensi KAMI.
“Deklarasi ini sifatnya pengukuhan eksistensi dan dukungan terhadap KAMI. In Shaa Allah masyarakat Jabar akan turun langsung mendukung rencana-rencana KAMI,” tutur Dodi yang juga mewakili Gabungan Anak Jalanan (GAJA) itu.
Terakhir, Dodi menjelaskan kehadiran KAMI bukanlah untuk membuat onar dan bikin sulit masyarakat. Pasalnya, reaksi penolakan dan sulitnya izin dalam pelaksanaan deklarasi KAMI membuktikan bahwa ada kesalahpahaman di masyarakat.
“KAMI ini datang bukan untuk menyulitkan masyarakat, melainkan untuk menyelamatkan Bangsa Indonesia, nasib Negara dan Agama. Banyak hal yang disuarakan di deklarasi tadi menyangkut banyak problematika di Indonesia, jadi marilah kita dukung sama-sama bukan malah dilarang dan diprotes,” tandasnya. (Azmy Yanuar Muttaqien/BandungKita.id)
Editor : Azmy Yanuar Muttaqien