BandungKita.id, DAYEUHKOLOT – Kurnia Agustina mengingatkan kembali kepada generasi muda atau milenial di Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung tentang nama Karapyak. Sebab, nama Karapyak kini sudah mulai memudar. Padahal, warga di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot memiliki kaitan erat dengan sejarah terbentuknya Kabupaten Bandung.
Secara historis, perempuan yang akrab disapa Teh Nia itu mengatakan, Karapyak merupakan asal muasal nama Dayeuhkolot. Sebelum berubah nama, Dayeuhkolot dulunya bernama Karapyak, yang artinya rakit penyeberangan. Karapyak secara geografis letaknya berada tepat di Cekungan Bandung.
Pada zaman pemerintahan dulu, kata calon Bupati Bandung nomor urut 1 itu, Karapyak merupakan pusat pemerintahan atau ibu kota dalem Bandung pada zaman dulu berdasarkan piagam Sultan Agung Mataram.
“Kita semua menjadi saksi sejarah saat ini. Bahwa di Desa Citeureup, yang ada di Dayeuhkolot ini di zaman bupati tahun 1641 ini menjadi ibu kota Dalem Bandung dengan nama Karapyak,” kata Teh Nia saat bersilahturahmi dengan masyarakat dan tokoh di Desa Citeureup, Kamis, 15 Oktober 2020.
BACA JUGA :
Teh Nia Kunjungi Warga Penderita Kanker, Begini Tanggapan Komunitas Munding Dongkol
Daftar ke KPU, Kurnia Agustina Naser-Usman Sayogi Janji Maksimalkan Visi “NU Pasti Sabilulungan”
Waduh! 28 PAC Gerindra Kabupaten Bandung Tinggalkan Kurnia-Usman dan Beralih Dukung Pasangan Bedas
Teh Nia menyebut meski nama Karapyak sudah mulai muncul, namun ia menyayangkan nama tersebut tidak ada yang mengabadikan. Salah satunya, nama Karapyak tidak pernah dijadikan nama jalan, nama desa, atau nama-nama tempat lainnya di Kecamatan Dayeuhkolot, atau di Kabupaten Bandung.
“Nama Karapyak tidak pernah diabadikan, padahal nama ini mengingatkan kita semua tentang asal usul Kabupaten Bandung,” ucapnya seperti dikutip dari Galamedia.
Nia mengajak, generasi muda di Kabupaten Bandung sudah harus mengenal jati dirinya. Termasuk asal muasal dirinya menjadi bagian dari masyarakat Kabupaten Bandung, terutama masyarakat di Kecamatan Dayeuhkolot. Sebab, dengan terus mengingat nama Karapyak yang saat ini bernama Desa Citeureup, maka akan membawa tambahan inspirasi dan wawasan generasi muda atau milenial untuk ikut berpartisipasi dan berkontribusi melakukan pembangunan di Kabupaten Bandung.
“Saat bernama Karapyak, lokasi ini selalu terendam banjir. Karena lokasinya di cekungan. Kaitannya adalah dari periode ke periode berikutnya harus mengubah paradigma menata lingkungan, tata kelola masyarakat yang sehat, dan mandiri,” ujarnya.
Pernyataan Nia Kurnia Naser ini mendapat apresiasi dari salah satu tokoh masyarakat setempat yaitu Ketua Komunitas Munding Dongkol, Yadhi Acim.
Ia mendukung sepenuhnya keinginan Nia dalam membangkitkan dan mengabadikan nama Karapyak. Pasalnya, kata Acim, tidak pernah ada Calon Bupati Bandung yang mengangkat isu sejarah Kecamatan Dayeuhkolot sebagai pusat pemerintahan Bandung pada masa lalu.
“Membangkitkan nama Karapyak itu bagi saya adalah visi dan misi yang luarbiasa dari Teh Nia, ini pertamakalinya ada Cabup Bandung yang membawa wacana itu. Momen yang pas karena anak-anak zaman sekarang tidak ada yang tau, bahwa di Dayeuhkkolot dulunya itu ada Karapyak. Apalagi Teh Nia akan mengabadikan Karapyak menjadi nama jalan, itu saya sangat mengapresiasi,” ujar pria yang akrab disapa Acim itu kepada BandungKita.id, Minggu (11/11/2020).
Maka dari itu, pembangunan sarana dan prasarana umum di Kabupaten Bandung terutama di titik-titik banjir harus dilakukan secara simultan dan berkelanjutan. Selain itu generasi milenial juga diminta untuk berpartisipasi dalam pembangunan sebagai upaya yang tiada henti untuk memperbaiki kehidupan sosial kemasyarakatan.
Sementara itu, Acim mengaku siap mengawal janji kampanye Nia dalam mengatasi banjir di wilayah Dayeuhkolot, terutama jika ia terpilih menjadi Bupati Bandung.
“Kami siap mengawal program untuk mengatasi banjir itu secara bersama, yaitu melakukan koordinasi antara masyarakat dengan pemangku kebijakan dari mulai Desa, Kecamatan, sampai Kabupaten,” tandas Acim. (*)
Editor : Azmy Yanuar Muttaqien