BandungKita.id, NASIONAL – Pesawat komersial Sriwijaya Air dengan kode penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021) siang. Sebelumnya, pesawat berjenis Boeing 737-500 itu hilang kontak beberapa menit setelah lepas landas.
Menteri Perhubungan (Munhub) Budi Karya Sumadi menjelaskan, pesawat hilang dari radar dalam hitungan detik. Sebelum dinyatakan hilang kontak, pilot sempat meminta naik ke ketinggian 29.000 kaki.
“Pada pukul 14.37 WIB, kapten pesawat meminta naik ke ketinggian 29.000 feet (ketinggian jelajah). Dinyatakan hilang kontak pada pukul 14.40 WIB,” kata Budi dalam konferensi pers virtual dari Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (9/1/2021) malam.
Berdasarkan data FlightRadar24, pesawat hilang kontak sekitar empat menit setelah lepas landas. Penurunan ketinggian pesawat dari posisi jelajah hingga hilang dari radar terpantau sekitar setengah menit saja.
BACA JUGA :
Innalillahi! Pesawat Lion Air Pengangkut Alat Medis Covid-19 Jatuh dan Meledak di Manila
Innalillahi…Pesawat yang Angkut 149 Penumpang Ini Jatuh di Ethiopia
“Adapun serpihan yang diduga bagian dari pesawat Sriwijaya Air SJY 182, ditemukan di sekitar perairan Kepulauan Seribu menjelang waktu Maghrib, dan pesawat dipastikan jatuh,” tutur Menhub.
Sebelumnya, pesawat dengan kode registrasi PK-CLC itu mengalami penundaan terbang (delay) dan baru mengudara pukul 14.36 WIB dengan pertimbangan cuaca. Dalam penerbangan ini, pesawat mengangkut 43 penumpang dewasa, 7 penumpang anak, 3 penumpang bayi, dan 12 kru.
Posisi terakhir pesawat diketahui berada di atas Kepulauan Seribu. Pada pukul 14.37 WIB, pesawat melewati ketinggian 1.700 kaki dan melakukan kontak dengan Jakarta approach. Pada waktu tersebut, pesawat meminta izin menambah ketinggian menuju ketinggian jelajah. Menurut Adita, pesawat mengarah ke barat laut.
“(Pesawat mengarah ke barat laut (north west). Karenanya ATC menanyakan untuk melaporkan arah pesawat. (Namun), dalam hitungan detik, pesawat hilang dari layar radar,” tandasnya.
Sementara itu, pada pukul 14.40 WIB, menara pengatur lalu lintas penerbangan (ATC) Jakarta melihat arah penerbangan pesawat bukan 0,75 derajat seperti seharusnya bila menuju Pontianak.
Deputi Bidang Operasi dan Kesiapsiagaan Badan SAR Nasional Mayjen TNI (Mar) Bambang Suryoaji di Kantor Basarnas menuturkan, pihaknya menerima kabar hilangnya pesawat pukul 14.55 WIB.
Setelah itu, mulai pukul 17.00 WIB, upaya pencarian langsung digelar bersama oleh Basarnas, TNI, Polri, Kementerian Perhubungan, dan masyarakat di lokasi yang diduga sebagai titik terakhir pesawat terpantau radar.
Proses pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air SJY 182 dilakukan dengan melibatkan tim dan peralatan dari Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Kementerian Perhubungan, Badan SAR Nasional (Basarnas), TNI AL, dan Polisi Air (Polair).
Setidaknya, delapan kapal Basarnas, empat kapal perang milik TNI AL, dan enam kapal Polair terlibat dalam upaya tersebut. Instruksi Presiden Jokowi Melansir pemberitaan Harian Kompas, (10/1/2021) Presiden Joko Widodo juga telah menginstruksikan pengerahan segala upaya untuk mencari pesawat Sriwijaya Air SJY 18.
“Kita kerahkan kapal survei Hidro-Oseanografi yang dapat membantu penginderaan di bawah air selain berbagai jenis kapal dan personel TNI AL,” ujar dia dikutip dari Kompas.
Dua kapal survei yang dimiliki TNI AL antara lain KRI Spica dan KRI Rigel, yang dibuat di Perancis. Kapal ini mempunyai sistem penginderaan dan survei bawah laut termodern di Asia Tenggara.
Selain itu, akan dikerahkan kekuatan dari Armada I dan Lantamal III. Di antaranya KRI Teluk Gilimanuk, KRI Kurau, KRI Parang, KRI Teluk Cirebon, KRI Tjipatdi, KRI Cucut, KRI Tenggiri, dan dua Sea Rider Kopaska, serta dua kapal tunda, yaitu TD Galunggung dan TD Malabar. (*).
Editor : Azmy Yanuar Muttaqien