Resmikan Jalan Pagar Betis Letnan Jenderal Ibrahim Adjie, Dadang Naser Ungkap Sejarahnya

BandungKita.id, KAB BANDUNG – Bupati Bandung Bupati Dadang Naser meresmikan Jalan Pagar Betis Letnan Jenderal Ibrahim Adjie di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Selasa (2/2/2021). Sebelumnya Jalan ini biasa dikenal dengan nama Jalan Tembus Ibun Kamojang, Bupati Dadang Naser pun menjelaskan makna historis penamaan Jalan tersebut.

”Alasannya, perjuangan pagar betis itu dalam sejarahnya melibatkan hampir seluruh Jawa Barat. Di mana Pangdam III/Siliwangi saat itu, Pak Letjen Ibrahim Adjie, menyusun strategi pagar betis untuk menahan para separatis (pemberontak), yang sering mengganggu keamanan dan kenyamanan masyarakat setempat,” kisah Bupati Dadang Naser di sela-sela peresmian.

Nama Ibrahim Adjie selaku pelaku sejarah di daerah itu, tutur bupati, sangat tepat diabadikan sebagai nama jalan sepanjang 2,4 kilometer tersebut. Dan kisah di baliknya, akan dikenang hingga generasi di masa mendatang.

BACA JUGA :

Sejarah Singkat Kota Bandung: Berawal di Karapyak, Lalu Cipaganti, Hingga Jalan Raya Pos

Sejarah Asal Mula Nama Dago, Benarkah dari Kata “Dagoan”?

”Dengan adanya tambahan nilai sejarah, jalur alternatif yang melintasi jembatan kuning Kamojang Hill Bridge dan menjadi salah satu destinasi wisata baru di wilayah timur ini, akan semakin dikenal masyarakat,” tutur Bupati

“Di mana pembangunan jalan dan jembatan ini, kami resmikan tahun 2016 dengan sumber dana dari APBD Kabupaten Bandung,” imbuhnya kemudian didampingi Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Bandung Agus Nuria.

Ruas jalan tersebut, tambahnya, juga telah mendapat sertifikat laik fungsi jalan di Kabupaten Bandung dari Kementerian PU. ”Selain itu, tahun 2017 lalu juga mendapatkan sertifikat sebagai jalan hijau Indonesia dengan peringkat Bintang 3 dari Kementerian PU,” ujar Dadang Naser.

Ilustrasi Letnan Jenderal Ibrahim Adjie. (istimewa).

Selain meresmikan jalan, orang nomor satu di Kabupaten Bandung itu, juga meninjau area yang menjadi rencana pembangunan kolam retensi Situ Pangkalan.

Berlokasi di Kampung Pangkalan dengan luas area 8,9 hektar (ha), akan dibangun kolam tampung seluas 4,5 hs dan fasilitas umum untuk objek wisata seluas 4,3 ha.

”Tampungan air di Situ Pangkalan, dapat dimanfaatkan untuk keperluan air baku masyarakat setempat. Selain itu juga untuk kebutuhan air PT. Pertamina Geothermal Energy. Ini akan menjadi pusat pariwisata, di mana akan dikembangkan menjadi kawasan wisata agro, pendidikan dan wisata budaya. Tentu kita semua berharap, ini bisa direalisasikan untuk membangkitkan kembali situ purba yang telah hilang,” pungkas Dadang Naser. (*).

Editor : Azmy Yanuar Muttaqien

Sumber : Humas Pemkab Bandung