BandungKita.id, KBB – Bagi masyarakat Kampung Jajaway, Kabupaten Bandung Barat yang masih memegang erat tradisi dari leluhurnya.
Melaksanakan ritual tradisi merupakan bagian yang tak terpisahkan dan diyakini, serta melekat dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Salah satu tradisi upacara yang hingga kini masih dijaga secara turun-temurun oleh masyarakat Kampung Jajaway adalah upacara Ngamandian Goong Sibeser.
Ngamandian artinya memandikan, goong merupakan alat musik tradisional yang dijadikan media untuk upacara, dan Sibeser sendiri diartikan sebagai orang yang sering ke toilet.
Kepala Seksi Bina Budaya pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung Barat, Hernandi Tismara mengatakan, upacara Ngamandian Goong Sibeser ini bertujuan untuk meminta hujan.
Menurut sesepuh Kampung Jajaway, Abah Tardi, Goong yang digunakan untuk ritual upacara meminta hujan ini adalah Goong yang besar.
“Upacara Ngamandian Goong Sibeser merupakan tradisi budaya yang kuat dan dilakukan untuk menghadapi atau mengantisipasi kondisi alam yang ekstrem,” katanya kepada BandungKita.id, Sabtu 4 September 2021.
Hernandi menjelaskan, upacara dilakukan saat masyarakat dihadapkan pada situasi kemarau panjang yang ditandai kesulitan mendapatkan air, tanaman kering menguning dan tanah terbelah.
“Dengan tanda alam ini, masyarakat Kampung Jajaway yang dipimpin pemangku adat melakukan Upacara Ngamandian Goong Sibeser. Tujuannya meminta hujan kepada Tuhan melalui upacara upacara budaya,” jelasnya.
Meski bersifat sakral, Hernandi menilai, apresiasi masyarakat terhadap Upacara Ngamandian Goong Sibeser sangat besar. Hal itu bisa dilihat dari proses awal pelaksanaan ritual ini, ada unsur hiburan berupa arak-arakan yang diiringi seni buhun angklung buncis.
“Proses hiburan berlangsung dari lapangan tempat berkumpulnya masyarakat sampai ke tempat upacara di pancuran tarengtong. Tarengtong adalah sungai kecil di kaki Gunung Buninagara, letaknya di Pasir Sumeja,” bebernya.
Ia menerangkan, upacara Ngamandian Goong Sibeser ini digagas oleh Embah Kaliman sebagai leluhur masyarakat Kampung Jajaway agar tanah menjadi subur dengan datangnya air.
“Kalau berdasarkan penjelasan tokoh masyarakat setempat bernama Abah Unar, Embah Kaliman adalah keturunan Eyang Adipatiukur, yaitu Kepala Pemerintahan di Tanah Ukur Batu Layang,” terangnya.
BACA JUGA:
Mudahkan Warga, Pemkot Bandung Kembangkan Aplikasi Informasi Layanan Rumah Sakit
PTM di KBB Rencana Digelar Pekan Ketiga September 2021, Disdik: Kami Tengah Matangkan Teknisnya
Oded Klaim PPKM Level 3 di Kota Bandung Mampu Tekan Kasus Covid-19
Menurutnya, Embah Kaliman sebagai tokoh yang sengaja tinggal di Kampung Jajaway. Penggunaan kata Jajaway yang berarti nama sebuah pohon yang ada di Kampung Jajaway.
“Pelaksanaan Upacara Ngamandian Goong Sibeser telah ada sejak zaman dulu,” tuturnya.
Lebih lanjut Hernandi menyebutkan, Upacara Ngamandian Goong Sibeser sudah turun-temurun dilakukan dan dari generasi ke generasi.
“Untuk menetapkan kapan dan tahun berapa dimulainya adanya upacara ini. Bahkan, sampai saat ini tidak ditemukan catatan atau tulisan dari artefak budaya di Kampung Jajaway,” sebutnya.
Namun demikian, lanjut dia, masyarakat tetap mengakui dan meyakini amanat leluhurnya yang berupa ungkapan pesan seperti berikut.
Cirining tos katangen eusi susukan tarengtong ngoletrak, saat caina, tatangkalan garing ngarangrangan, taneuh bejad geus waktuna maraneh geura laksanakeun Ngamandian Goong Sibeser.
(Cirinya sudah terlihat susukan tarengtong sumber air kering, tidak air, pepohonan danunya menguning dan berguguran, tanah retak, sudah waktunya laksanakan upacara Ngamandian Goong Sibeser).
“Ungkapan pesan yang berupa amanat inilah yang dijadikan dasar oleh masyarakat Kampung Jajaway untuk menyelenggarakan Upacara Ngamandian Goong Sibeser,” tutupnya. (Agus SN/BandungKita.id) ***
Editor: Faqih Rohman Syafei