Mendalam! Tokoh Budaya Ini Ungkap Makna Dibalik Kata Cimahi dan Kearifan Lokal yang Punah

BandungKita.id, Cimahi – Kata Cimahi berasal dari bahasa Sunda dan terdiri dari dua suku kata yakni Ci dan Mahi. Ci bermakna cai (air) dan mahi mengandung makna cukup. Maka, jika disambungkan Cimahi mengandung arti selalu berkecukupan air.

Ketua Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC), Hermana menyebut, kata Cimahi memiliki makna yang kuat dan harus di junjung tinggi sebagai pengingat dan penguat falsafah dalam menjalankan roda kehidupan di Kota Cimahi.

Menurutnya, jika dikaji dari bahasa Sansakerta kata Ci mengandung arti kilauan cahaya dari permukaan air atau energi dan Mahi mengandung arti bumi.

“Dalam bahasa itu Cimahi mengandung arti pancaran cahaya bumi atau bisa disebut juga energi bumi,” tuturnya, Senin 18 Oktober 2021.

Tak hanya itu, sambung dia, kata Ci juga ditemukan dalam bahasa Cina. Ci di sini juga mengandung arti energi. Sementara, kata Mahi dalam bahasa Arab merupakan salah satu sebutan bagi Nabi Muhammad. Mahi dalam Bahasa arab bermakna yang menghapus.

“Jika kita artikan dua suku kata tersebut, Cimahi bermakna sebagai energi pengahapus atau energi pembersih,” ucapnya.

Ia menjelaskan, sebagai kawasan Bandung Utara, Kota Cimahi bagian utara menjadi tempat serapan air. Maka tidak heran jika di Cimahi Utara banyak ditemukan sumber mata air dan berpengaruh pada perkembangan kebudayaan masyarakat di sekitarnya.

“Salah satu budaya yang muncul di wilayah tersebut adalah ritual Ngabungbang,” jelasnya.

Ia menyebut, ritual Ngabungbang ini berhubungan dengan pencucian perkakas yang dianggap pusaka dan masyarakat melakukan mandi tengah malam di tujuh sumber mata air.

“Biasanya ritual ini dilakukan pada bulan Maulid yaitu bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW,” sebutnya.

Menurutnya, dengan pesatnya perkembangan zaman, serta alih fungsi lahan pertanian jadi pemukiman, kebudayaan yang berhubungan dengan air kini telah punah.

“Ritual Ngabungbang di Cimahi tidak terdengar lagi seiring dengan lenyapnya puluhan sumber mata air di kawasan Cimahi Utara,” tuturnya.

Bahkan, kini masyarakat tak lagi melakukan kerja bakti dalam bentuk bersih-bersih sungai, bersih-bersih sumber mata air dan malamnya melakukan syukuran dengan menampilkan aneka ragam seni Sunda.

“Ini efek dari lenyapnya puluhan sumber mata air dan kotornya air sungai di Kota Cimahi berimbas besar pada ketersedian air bersih,” ujarnya.

Ia menilai, Cimahi yang mengandung makna berkecukupan air, sekarang kerap kekurangan air bersih terutama di saat musim kemarau, dan di musim hujan air tidak terserap hingga sering terjadi banjir dan menimbulkan bencana.

“Sebagai upaya menghindari dari kelangkaan air bersih dan bencana banjir, tentu diperlukan upaya penanggulangannya,” ujarnya.

Tonton Juga:

Selain secara teknis, lanjut dia, salah satu cara penanggulangan kekurangan air bisa dilakukan dengan membangun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memuliakan air dan lingkungan, yakni dengan pendekatan budaya.

“Kita bisa menghidupkan kembali kearifan lokal yang pernah tumbuh yakni dengan melakukan Kirab Budaya Ngarak Cai dan Ngalokat Cai Cimahi,” ucapnya.

Dari sisi lain, terang dia, kegiatan Kirab Budaya Ngarak Cai dan Ngalokat Cai Cimahi punya tujuan menciptakan destinasi pariwisata berbasis alam dalam hal ini air atau sungai dan budaya lokal.

“Dengan adanya kegiatan ini, ke depan kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara ke Kota Cimahi tambah banyak,” ujarnya.

Selain itu, tambah dia, para wisatawan bisa menikmati suguhan karnaval atau kirab budaya Ngarak Cai dan Ngalokat Cai. “Mereka bisa menjadi pelaku langsung kegiatan tersebut dengan membawa air juga seni yang bertemakan air dari berbagai daerah atau negara asalnya,” tambahnya.

Ia menyebut, di Sungai yang berada di kawasan komplek Pemkot Cimahi para wisatawan bisa menikmati juga terlibat langsung hidupkan budaya berbasis air.

“Bersama masyarakat lokal (pelaku budaya) wisatwan turut bermain air seperti tembak-tembakan air, balonan air, ngagogo (tangkap ikan dengan tangan), susun batu kali, kukuyaan (perahu dari ban) dan lain sebagai termaksuk menikmati kuliner lokal cimahi yang tidak lepas dari unsur air,” sebutnya.

Guna menciptakan parawisata berbasis air dan budaya di Kota Cimahi ke arah yang lebih maju juga berinbas pada peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat dan daerah tentunya perlu ada niat yang sungguh-sungguh dari para pemangku kebijakan, baik eksekutif maupun legislatif di pemerintahan Kota Cimahi.

“Bersama masyarakat, kita bisa merancang atau merealisasikan konsep pembangunan kepariwisataan lebih matang, sekaligus membenahi infrastruktur DAS (bantaran sungai) Cimahi khususnya di kawasan kunjungan wisata, sehingga para wisatawan merasa puas, nyaman, aman dan betah tinggal lebih lama di Kota Cimahi,” pungkasnya. (Tim BandungKita.id) ***

Baca Juga:

Kota Cimahi Ciptakan Pariwisata Berbasis Air dan Kebudayaan

Viral, Kerumunan Official Bhayangkara FC dan Persib

MA Tolak Kasasi Bupati Bandung Barat Pada Sengketa Pilkades Girimukti