100 Kios di Pasar Gununghalu Diterjang Angin, Kerugian Mencapai Ratusan Juta Rupiah

BandungKita.id, KBB – Sbanyak 100 kios di Kampung Pasirjaya RT 02/RW 17, Desa Gununghalu, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diterjang puting beliung pada Kamis (18/11/2021). 100 kios tersebut hingga kini rata dengan tanah akibat terjangan puting beliung.

Ratusan kios yang berukuran 2,5 x 2 meter tersebut merupakan pusat pasar di Desa Gununghalu. Kini para pedagang pun kebingunan untuk kembali beraktivitas.

Kepala Desa Gununghalu Isep Heriatna mengatakan, saat itu sedang terjadi hujan deras dengan disertai angin kencang, sehingga memicu ambruknya pasar yang hanya digunakan berjualan setiap hari Sabtu saja, setiap pekannya.

“Kita sudah periksa bersama unsur babinsa dan bhabinkamtibmas, penyebab ambruknya bangunan pasar rakyat itu adalah karena cuaca ekstrem, dan bukan karena adanya sabotase,” kata Isep, Jumat (19/11/2021).

Ia mengaku, tak ada jiwa atau terluka akibat peristiwa tersebut. Pasalnya, pada saat kejadian kondisi pasar tengah sepi.

Kendati demikian, dirinya memastikan jika aktivitas berjualan para pedagang pada Sabtu (20/11) besok lumpuh, lantaran proses perbaikan memerlukan waktu cukup lama.

Lebih lanjut ia menjelaskan, bangunan pasar yang ambruk itu adalah bangunan baru yang dibangun oleh pihak pengembang selaku pemilik kontrak kerja sama selama 20 tahun.

Baca Juga

Jabar Terapkan PPKM Level 3 pada Libur Nataru

BPBD KBB Siapkan Desa Tangguh Bencana

“Awalnya lokasinya berada di bagian barat bangunan pasar lama, tapi karena lahannya dibangun lapang lalu dipindahkan ke sebelah timur dari pasar lama pada tahun 2018,” jelasnya.

Ia menerangkan, secara keseluruhan di pasar ini terdapat total 250 pedagang. Tak hanya dari Gununghalu, namun ada juga dari kecamatan lain, seperti dari Cipongkor, Sindangkerta, Cililin, hingga Cimahi.

Khusus bangunan lama, lanjut dia, digunakan untuk jualan komoditas sayuran dan produk basahan. Setiap Sabtu pasar ini biasanya ramai oleh pembeli dari mulai subuh hingga siang.

“Kalau bangunan pasar yang lama tetap kokoh gak apa-apa, yang ambruk adalah bangunan baru, dibangun 2018 dan tahun 2020 sempat diperbaiki atapnya,” bebernya.

Disinggung soal rencana perbaikan, ia mengaku masih bingung mencari pendanaan. Sebab pihak pengembang tidak mau bertanggungjawab dan menyerahkan hal tersebut ke pihak desa.

“Di satu sisi, anggaran desa sudah dialokasikan untuk program seperti penanganan COVID-19, terlebih saat ini sudah diakhir tahun,” ujarnya.

Kendati demikian, tambah dia, pihaknya bakal mengupayakan agar aktivitas pasar secepatnya kembali normal.

“Kita sudah lapor ke Plt Bupati dan Disperindag, karena bingung mencari anggaran pembangunannya,” ujarnya.

“Paling tidak dibutuhkan dana sekitar Rp130-150 juta dan perbaikannya kemungkinan lebih dari dua bulan,” tambahnya. (Faqih Rohman Syafei)