BandungKita.id, HEALTH – Tata cara puasa Ramadan dan apa yang membatalkannya mungkin telah diketahui oleh sebagian besar umat Muslim. Namun seiring berjalannya waktu, tentu banyak hal baru yang sebelumnya tidak ada, terutama di bidang kesehatan, yang masih belum banyak diketahui bagaimana implementasinya di bulan Ramadan.
Berikut merupakan kumpulan pertanyaan seputar puasa dan kesehatan yang sering ditanyakan di bulan Ramadan.
1. Apakah orang dengan tekanan darah tinggi dan tekanan darah rendah boleh berpuasa?
Orang dengan tekanan darah tinggi terkontrol boleh berpuasa, selama tidak timbul komplikasi dari penyakit tersebut. Dokter mungkin perlu menyesuaikan pengobatan agar tetap bisa dikonsumsi selama Ramadan.
Orang dengan tekanan darah rendah yang tidak memiliki keluhan apa pun juga diperbolehkan berpuasa, namun dokter akan menyarankan konsumsi air dan garam yang cukup.
2. Bolehkah menggunakan inhaler untuk asma saat berpuasa?
Beberapa pemuka agama berbeda pendapat mengenai penggunaan inhaler. Inhaler dianggap membatalkan karena inhaler menyebabkan masuknya cairan obat ke dalam paru.
Mereka yang menganggap inhaler tidak membatalkan adalah karena inhaler akan menguap dan tidak akan masuk lambung seperti makanan atau minuman. Diskusikan lebih lanjut dengan dokter Anda mengenai penggunaan inhaler untuk penanganan asma.
BACA JUGA :
Sering Ngantuk Saat Puasa? Begini Cara Mengatasinya
Ini 3 Tips Ampuh Agar Tak Kehausan Saat Sedang Puasa
3. Bolehkah transfusi darah saat berpuasa?
Penerima transfusi darah tidak dianjurkan berpuasa, karena biasanya terdapat kondisi medis yang menyertai penerima transfusi. Diperbolehkan untuk berpuasa kembali jika tidak sedang menerima transfusi. Mendonorkan darah juga dapat membatalkan puasa.
4. Bolehkah menerima obat suntik saat berpuasa?
Mengonsumsi obat tablet dapat membatalkan puasa, namun pemberian obat melalui jalur suntikan khususnya suntikan intradermal atau intramuskular, koyo, tidak membatalkan puasa karena dianggap obat-obatan tersebut bukan makanan atau minuman.
5. Bolehkah menggunakan obat tetes saat berpuasa?
Obat tetes mata dan telinga dianggap tidak membatalkan puasa karena tidak masuk ke lambung, sedangkan obat tetes hidung dapat membatalkan puasa apabila sampai ke kerongkongan dan lambung.
6. Bolehkah berpuasa saat melakukan dialisis?
Orang dengan gagal ginjal dan memerlukan dialisis (cuci darah) diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Dialisis biasanya dilakukan tiga kali seminggu dan menyebabkan perubahan signifikan bagi cairan dan elektrolit tubuh. Pasien tersebut boleh tidak berpuasa dan membayar utang puasanya nanti
7. Apakah infus membatalkan puasa?
Cairan infus dapat membatalkan puasa, karena pada prinsipnya infus berfungsi sebagai pengganti cairan atau makanan tubuh, sehingga membatalkan puasa.
8. Apakah puasa dapat menyebabkan dehidrasi berat sampai saya harus membatalkan?
Ya, Anda bisa terkena dehidrasi saat berpuasa, terutama jika konsumsi cairan yang kurang sebelum berpuasa, yang diperberat oleh cuaca panas atau aktivitas fisik berlebihan.
Jika Anda merasa pusing atau disorientasi, pingsan karena kehausan, atau memproduksi sedikit urin atau bahkan tidak buang air kecil sama sekali, maka segera berbukalah dengan air putih, karena hal tersebut dapat membahayakan kesehatan.
BACA JUGA :
Kamu Harus Tahu! Ini 4 Tips Mudah Agar Kita Tak Lemas Saat Puasa
Kamu Harus Tahu! Ini 7 Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Tubuh Kita
9. Saya sedang dalam pengobatan rutin, dapatkah saya berpuasa?
Jika obat-obatan tersebut harus dimakan di siang hari, maka diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Jika obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan jangka pendek, maka tidak usah puasa dan ganti puasa di hari yang lain.
Sedangkan jika pengobatan untuk jangka panjang, diskusikan dengan dokter Anda mengenai perubahan dosis dan frekuensi pengobatan selama puasa. Beberapa penyakit seperti diabetes atau darah tinggi pengobatannya bisa disesuaikan dengan jadwal makan saat berpuasa, yaitu di waktu sahur dan berbuka.
Penyakit lain seperti tuberkulosis, jadwal minum obatnya dibagi dua yaitu di saat sahur, dan sisanya setelah berbuka puasa. Pada penderita AIDS, dosis obat yang tiga kali perhari dapat diubah menjadi dua kali sehari dua dosis.
Intinya, jika penyakit yang dimiliki bisa terkontrol dan jadwal pengobatan bisa disesuaikan, maka penderita diperbolehkan berpuasa, sedangkan jika tidak terkontrol, atau tidak stabil, maka diperbolehkan tidak berpuasa dan menggantinya di hari lain.
10. Saya sedang menyusui, bolehkah saya berpuasa?
Sama seperti ibu hamil, ibu yang sedang menyusui anaknya diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di kemudian hari, karena dikhawatirkan puasa dapat mengganggu kesehatan ibu dan anak.(M Zezen Zainal M/BandungKita.id)
Editor : M Zezen Zainal M
sumber : hellosehat