BandungKita.id, CILILIN – Siapa sangka di Kabupaten Bandung Barat (KBB) ternyata ada sebuah Desa dengan destinasi wisata yang cukup indah dan eksotik, ditambah warisan geologi yang unik dan menakjubkan. Inilah Desa Mukapayung di kecamatan Cililin yang sangat layak masuk daftar tujuan travelling anda.
Secara geografis, Mukapayung berbatasan dengan desa Rancapanggung di sebelah barat, tepatnya di jembatan Ciminyak, di sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Lembang, Desa Batulayang, di sebelah timur berbatasan dengan daerah Citiis, Desa Batulayang dan di sebelah utara berbatasan dengan Dusun Cikoneng, Desa Rancapanggung.
Seiring bertambahnya penduduk dengan lokasi yang luas, Mukapayung yang pada awalnya bagian dari Desa Rancapanggung terpaksa memekarkan diri. Desa ini berpenduduk kurang lebih 12.000 jiwa, dengan luas wilayah 90 km persegi dan dibagi dalam 86 RT, 20 RW, dan 4 Dusun, serta jumlah Kepala Keluarga kurang lebih 3000 KK.
BACA JUGA :
Salut! Kopi Gununghalu Meraih Award di Paris Prancis, Begini Pendapat Warga KBB
Berikut 5 Lokasi Wisata di Bandung, Bisa Anda Kunjungi di Masa New Normal
Empat Desa Wisata Indonesia Masuk Top 100 Destinasi Berkelanjutan Dunia
Masyarakat Mukapayung mayoritas beragama islam dan berprofesi sebagai buruh tani, pedagang, serta usaha lainnya. Selain, kesenian khas Sunda seperti, Lengser, Kecapi, dan Pencak Silat yang tetap lestari. Siapa sangka ternyata Desa Mukapayung terkenal karena Wisata Alam dan Kulinernya, terutama Wahana Wisata Curugan Gunung Puteri dan Rumah Makan Ciminyak.
Kawasan Wisata Alam Lembah Curugan Gunung Putri mudah dijangkau oleh kendaraan baik umum maupun pribadi. Bebatuan di Lembah Curugan Desa Mukapayung didominasi oleh batuan Breksi yang berumur pliosen sekitar 2-5 juta tahun yang lalu. Hampir seluruh wilayahnya terjal dan bertebing. Bongkah-bongkah raksasa yang jatuh dari tebing dinding Breksi menambah eksotisme kawasan ini.
Selain karena sungai Cibitung yang mengalir di lembahnya, batuan Breksi inilah yang menjadi magnet bagi para wisatawan. Sebab, lokasinya sangat cocok untuk penelitian (kajian geologi, geografi, sejarah, biologi dan kearifan lokal), outing class, wisata olahraga (panjat tebing, bersepeda, riverboard atau tubing cube, hiking) serta literasi wisata lainnya, seperti tercantum dalam keterangan tertulis yang diterima BandungKita.id.
Toponimi tempat-tempat di sini, selalu berhubungan dengan bentuk dari batuan Breksi. Tebing Hanyawong yang berbentuk vertikal melebar, sepanjang jalan sebelum naik ke Desa Cikoneng merupakan tebing Breksi. Tebing ini, menjadi tempat favorit para climber untuk menjajal kemampuannya mendaki tebing.
Jika kita naik dan agak melipir ke sebelah kanan Tebing Hanyawong, terus berjalan menuju puncak, otomatis kita akan temukan bentukan Breksi seperti payung yang terbuka. Itulah alasan historis Desa ini dinamai “Mukapayung”.
Selain itu, ada bongkahan Breksi menyerupai seekor kerbau yang terjebak di dalam lumpur. Batu ini dikaitkan dengan tokoh Mundinglaya dalam cerita rakyat Sunda dan menjadi bagian dari kearifan lokal di Mukapayung. Letak Batu Mundinglaya berada di sawah milik salah satu warga. Layaknya kisah nyata, kini batu ini dijadikan situs budaya dan dikelilingi oleh pagar besi.
Pada sisi kanan Tebing Hanyawong terdapat Gua terbuka dengan aliran Sungai Cibitung yang mengalir di dasar penampangnya. Jika anda menyusuri gua ini emnuju ke arah hulu, anda akan menemukan air terjun yang mungil disertai gua-gua yang kecil.
Tempat menarik lain yang terkenal adalah Gunung Puteri. Letaknya berhadapan dengan Tebing Hanyawong. Jika anda mau mendaki ke Gunung ini, maka anda mesti sebrangi Sungai Cibitung. Selain dihiasi dengan bongkahan batu Breksi yang indah, sungai ini juga sering digunakan untuk kegiatan olahraga riverboard atau water tubing.
Setelah menyebrangi Sungai Cibitung, anda akan naik ke Gunung Puteri, melalui jalan setapak yang terjal dengan jurang di kanan dan kiri serta semak-semak. Sampailah akhirnya anda ke Gua Gunung Puteri sekitar 45 menit. Anda akan menemukan gua eksokars, dengan mata air yang mengalir di dalamnya. Konon katanya, mata air ini dapat membuat awet muda dan enteng jodoh.
Bentuk batuan di Desa Mukapayung ini muncul dari sebuah cerita rakyat Sunda. Cerita yang beredar menjadi sebuah legenda yang dikisahkan sebagai berikut :
Pada zaman dahulu kala, sebuah kerajaan di Tatar Sunda yang membuat sayembara pencarian jimat salakadomas. Siapa saja yang menemukannya akan dinikahkan dengan putri raja dan diangkat jadi Raja. Tersebutlah Mundinglaya dan Ki Jongkrang Kalapitung, dua ksatria gagah perkasa yang menjadi peserta terkuat.
Waktu berlalu, Mundinglaya berhasil menemukan jimat salakadomas. Dengan semangat membara, Mundinglaya dan Munding Dongkol bermaksud mempersembahkan jimat tersebut kepada sang putri. Kabar itu hinggap di telinga Ki Jongkrang Kalapitung. Ki Jongkrang tidak rela, jika Mundinglaya yang akan mempersunting Puteri. Maka, Ki Jongkrang bikin rencana jahat untuk menggagalkan rencana Mundinglaya.
Video Pilihan:
Niat busuk Ki Jongkrang pun dilaksanakan. Ia memasang perangkap batu di aliran sungai Cibitung. Masyarakat Desa Mukapayung menyebutnya Batu Langkob. Ki Jongkrang mengikat Batu Langkob di tebing. Nampak Mundinglaya dan Munding Dongkol berjalan di lembah sungai. Saat keduanya tepat berada di bawah, didoronglah Batu Langkob itu oleh Ki Jongkrang.
Sontak perangkap mengenai Munding Dongkol, ia tewas seketika di tempat. Kedua Batu Langkob itu,sekarang masih ada di aliran Sungai Cibitung. Ki Jongkrang membuat siasat baru. Ia memasang cermin raksasa di barat yang dapat memantulkan apa yang dilakukan sang putri di atas bukit, di bawah payung. Padahal, bukit itu sesungguhnya berada di timur, tepatnya Kampung Mukapayung sekarang.
Ki Jongkrang menggali lubang besar yang ia tutup dengan dedaunan dan ranting untuk menjebak Mundinglaya. Mundinglaya yang girang bukan kepalang karena akan segera menikah dengan puteri, tidak waspada dengan tipu daya. Tak ayal, ia terperosok ke dalam perangkap yang dibuat oleh Ki Jongkrang.
Sang puteri dari puncak bukit menyaksikan kejahatan Ki Jongkrang. Putri berlari dan bersembunyi, ia keluar dari payung yang terbuka. Payung itu selalu meneduhinya di sebuah gunung dan melindungi persembuiannya di dalam gua. Kini gunung itu disebut Gunung Puteri.
Ketika lokasi wisata alam di daerah lain telah dikelola secara profesional, wisata alam Curugan hanya dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat. Pemerintah Kabupaten Bandung Barat berupaya mengembangkan industri pariwisata di Desa Mukapayung.
Kepala Seksi Pembinaan dan Pengembangan Objek Wisata Disbudpar KBB David Oot menuturkan, saat ini pariwisata di Kabupaten Bandung Barat menjadi salah satu sektor penting penyokong ekonomi masyarakat. Dengan demikian, pihaknya berupaya membenahi sarana dan prasarana, termasuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Video Pilihan:
“Untuk pengembangan pariwisata di KBB, kami juga senantiasa melibatkan partisipasi masyarakat sekitar. Hal itu untuk meningkatkan potensi wisata daerah yang berdampak pada peningkatan ekonomi daerah setempat,” katanya saat dihubungi BandungKita.id via WhatsApp, Rabu (5/9/2020).
David menambahkan, pihaknya mendukung pengembangan pariwisata di Desa Mukapayung dengan mengadakan berbagai event namun sempat terkendala karena pandemi Covid-19.
“Kita sudah melaksanakan berbagai event bertemakan budaya tapi sempat terkendala pandemi, jadi belum terlaksana secara maksimal. Nah sekarang sudah adaptasi kebiasaan baru, akan segera kita realisasikan lagi,” ujarnya.
Selain mengadakan event, David juga menjelaskan pentingnya memperbaiki infrastruktur, terutama akses jalan menuju tempat wisata.
“Hal itu penting untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung, agar mudah mencapai tempat wisata di Desa Mukapayung,” pungkasnya.
Sebelumnya, jalan menuju tempat wisata Curugan di Desa Mukapayung sepanjang 900 meter sudah mulus. Komando Distrik Militer (Kodim) 0609 Bandung memperbaiki jalan tersebut, melalui program Bhakti Siliwangi Manunggal Satata Sariksa (BSMSS) tahun 2020.
BACA JUGA :
Ayo Kunjungi 7 Tempat Wisata Alam Keren di Bandung Barat Ini, Dijamin Terpesona
Jika Pandemi Covid-19 Berakhir, Kamu Mau Liburan ke Mana? Ini Dia Liburan Versi BandungKita.id
Sidak Dewan di Cililin, Yang Dilakukan: Makan-Makan, Celingukan di Lapangan, Lalu Pulang
(BandungKita.id)
Comment