Terganggu Pembongkaran Gedung, Warga Geruduk SMPN 1 Cililin

BandungRayaKita, KBB522650 Views

Bandungkita.id, KBB – Sejumlah warga melakukan aksi protes atas pembongkaran gedung di SMPN 1 Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pasalnya, pembongkaran tersebut mengganggu kenyamanan warga yang berdempetan dengan gedung sekolah itu.

Aksi warga tersebut didasari tidak adanya upaya sosialisasi pihak sekolah dengan adanya kegiatan pembongkaran gedung. Padahal, warga merasakan dampak langsung kegiatan tersebut mulai dari suara bising, bongkahan bangunan yang mengenai kendaraan warga, hingga faktor kesehatan akibat kepulan bongkahan gedung.

“Motor saya pernah ke jatuhan balik kayu,” ujar salah seorang warga yang mengaku sudah 3 kali mendatangi pihak sekolah.

Video Pilihan:

https://bandungkita.id/wp-content/uploads/2023/09/VID-20230902-WA0003.mp4

Video pantauan langsung Wartawan Bandungkita.id (DadangGondrong)

Bahkan, bongkahan bangunan tersebut pun menimpa rumah warga. Karena, proses pembongkaran tidak menggunakan penghalang atau jaring untuk menahan bongkahan agar tidak mengenai pemukiman warga.

“Dapur imah katinggang (dapur rumah tertimpa, Red.)” keluh warga lainnya.

Warga pun sangat menyesalkan pihak sekolah tidak ada upaya sosialisasi akan adanya pembongkaran gedung tersebut. Padahal, jarak bangunan sekolah tersebut sangat dekat dengan pemukiman warga, sehingga berbagai dampak terasakan.

Baca Juga:

Cerita Warga, Hewan Ternak Domba Dipinjam dan Difoto Oleh Disnakan KBB, Untuk Apa Ya?

“Setahu saya sekolah tidak pernah menyampaikan pemberitahuan, padahal keberadaannya ditengah pemukiman padat penduduk”, sambungnya.

Selain warga, pembongkaran gedung tersebut pun berdampak pada bangunan SDN 5 Cililin yang berdekatan dengan SMPN 1 Cililin. Bahkan para siswa SD tersebut saat ini harus melakukan sistem belajar secara daring atau online karena tidak bisa fokus ketika proses kegiatan belajar mengajar (KBM) secara luring atau tatap muka.

Berbeda dengan tetangganya, SDN 2 Cililin yang berdekatan dengan gedung SMPN 1 Cililin masih melakukan KBM tatap muka.

Namun pihak sekolah menyebut KBM dengan sistem tatap muka tersebut tidak efektif walaupun terpaksa harus mengeluarkan anggaran tak terduga untuk membeli masker bagi para siswa.

“Kami tetap melaksanakan KBM tatap muka, walau kami harus mengeluarkan anggaran untuk membeli masker dan membayarkan tagihan air PDAM jadi membengkak, karena penggunaan air yang banyak untuk nyiram debu yang nempel di dinding-dinding kelas,” jelas Juju Setiawan, kepala sekolah SDN 2 Cililin, panjang lebar.

Sementara itu diakui salah seorang guru, dirinya terserang penyakit kulit akibat debu dari yang dihasilkan dari pembongkaran gedung tersebut.

“Beberapa hari yang lalu kulit saya terasa gatal-gatal, waktu diperiksa, dokter nyebut akibat debu yang menempel,” ungkapnya

Bandungkita.id menyampaikan berbagai keluhan warga kepada pihak sekolah melalui pesan singkat yang disampaikan ke Kepala Sekolah SMPN 1 Cililin. Namun sayangnya, tidak ada jawaban atau pun tanggapan meski pesan tersebut telah dibaca oleh kepala sekolah.

Sedangkan Kabid SMP Disdik KBB, Edi mengklaim, panitia pembangunan SMPN 1 Cililin sudah melakukan pengamanan pada area pembongkoran, dengan memasang jaring pengaman.

“Panitia pembangunan sudah memasang jaring-jaring pengaman di sekitar sekolah dan pembongkaranya pun sudah selesai”,” papar Edi, kepada Bandungkita.id melalui telepon seluler.

Penjelasan Kabid mengindikasi dirinya dan pejabat Disdik KBB lainnya tidak melakukan pengawasan, tidak turun lapangan.
Bandungkita.id mengunjungi SMPN 1 Cililin dan menemukan hal yang sebaliknya.

Semua dinding masih dalam proses pembongkaran, puing berserakan memenuhi halaman sekolah, tampak depan SDN 2 Cililin dan SDN 5 Cililin, tidak dilakukan penutupan oleh jaring-jaring pengaman, seperti yang disampaikan Kabid SMP. Seluruh bangunan SMPN 1 Cililin di dibongkar, diantaranya ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, ruang kepala sekolah, semua diruntuhkan untuk direhabilitasi.

Sumber pendanaan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) 2022, dikerjakan secara swakelola oleh P2S (Panitia Pembangunan Sekolah). Dari papan informasi proyek dilokasi, anggaran untuk semua kegiatan mencapai Rp3 miliar lebih, dengan masa pengerjaan 90 hari kerja.

(Dadang Gondrong/Bandungkita.id)

Editor: Biru