Dulu Jadi Primadona dan Pernah Rebutan Service Charge Pengelolaan, Ini Dia Penampakan Pasar Andir Sekarang!

Bandungkita.id, BANDUNG – Wartawan BandungKita.id Pernah mengungkap sisi gelap pengelolaan pasar andir yang dikelola antara PT.APJ dengan Pemkot Bandung melalui Build Operated and Transfer (Bot), dimana merupakan Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali.

Bandungkita.id pun menguak fakta pengelolaan pasar Andir dalam temuan Misteri uang service charge para pedagang di Pasar Andir, Kota Bandung mulai terkuak.

Sejumlah kios di Pasar Andir terlihat tutup (M Zezen Zainal M/BandungKita.id)

Fakta mengejutkan seputar misteri uang service charge, diungkap langsung oleh para pedagang saat ditemui BandungKita.id saat itu.

Faktanya, tak ada uang recehan dalam pungutan uang service charge kepada para pedagang di Pasar Andir tersebut seperti yang dibahas BandungKita.id sebelumnya. Besaran uang service charge yang dipungut dari para pedagang ternyata jauh lebih besar beberapa kali lipat.

Jika diakumulasikan, uang service charge yang dipungut dari para pedagang mencapai miliaran rupiah setiap tahunnya. Meski demikian, jumlah dana yang masuk ke Pemkot Bandung sebagai pendapatan asli daerah (PAD) masih menyisakan tanda tanya. Selengkapnya Disini

Baca Juga:

LIPUTAN KHUSUS Bag-1 : Pengelola Pasar Andir, Misteri Uang Service Charge dan Isu Investasi di Kota Bandung

Kini Pasar andir tergerus moderenisasi jaman, pasar yang pada awalnya dimodernkan tersebut tidak sanggup bertahan dengan pola modern saat ini. persoalan sandang, kini masyarakat dihadapkan dengan sistem pemasaran dan pembelian online.

Pasar Andir terutama di los pakaian, satu persatu gulung tikar, tutup dan bahkan ada banyak kios disewakan. bukan tanpa sebab, jumlah kunjungan dan daya beli masyarakata yang semakin menurun, menjadi faktor mereka menutup dan bahkan beralih pada sistem jualan online atau daring marketplace.

Ilustrasi kegiatan pedagang di Pasar Andir yang merupakan salah satu pasar terbesar di Kota Bandung (foto:net)

Tidak berhenti pada urusan pembeli yang beralih ke online, Dulu, kita di ingatkan oleh keterangan para pedagang di Pasar Andir dibebankan “upeti” yang lumayan mencekik. Dengan dalih biaya kebersihan, biaya listrik, keamanan dan air, para pedagang dipungut ratusan ribu rupiah setiap bulannya.

Salah seorang pedagang Pasar Andir, Dado (40), bukan nama sebenarnya, mengatakan dalam sebulan ia setidaknya harus membayar uang service charge sebesar Rp 160 ribu. Pedagang pakaian pria di lantai 2 itu menyebut angka sebesar itu terbilang lumayan memberatkan.

“Saya sebulan beda-beda nominalnya. Kadang Rp 160 ribu, kadang Rp 180 ribu. Kadang Rp 100 ribu. Enggal tentu. Tapi yang lain ada yang mencapai Rp 300 ribu bahkan Rp 400 ribu per bulan iurannya,” ujar Dado seraya meminta identitas aslinya dirahasiakan pada saat itu.

Baca Juga:

LIPUTAN KHUSUS Bag-2 : Misteri Uang Service Charge dan Potensi “Kebocoran” dalam Perputaran Uang Miliaran Rupiah di Pasar Andir

Lalu apa sebenarnya yang dapat menyelamatkan kondisi para pedagang yang dulunya di Modernisasi tersebut melalui sistem BOT itu. apakah pemerintah kehabisan langkah? dan diberbagai daerah lain seperti Kabupaten dan Kota lain yang sedang melakukan sistem BOT untuk pasar-pasarnya harus beralih haluan menjadi pasar khusus kebutuhan pangan?

Baca Juga:

Pedagang Pasar Panorama Lembang Protes Keras Penyewaan Kios Liar Kepada PKL, Diduga Dilakukan Oknum Dinas

Selidiki Status Pasar Panorama, DPRD KBB Datangi Kantor Desa Lembang dan Minta Inspektorat Terlibat

Simak penelusuran Bandungkita.id kedepan dalam menguak dan menggali fakta ini. (Dhomz/Bandungkita.id)