Oleh : M Zezen Zainal M (Pemimpin Redaksi BandungKita.id)
BandungKita.id, CATATAN REDAKSI –Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) atau Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati (Pilbup) Kabupaten Bandung Barat (KBB) 2024 mendatang diprediksi akan berlangsung sengit, panas sekaligus menarik untuk diikuti.
Bagaimana tidak, Pilkada KBB tidak hanya diikuti sejumlah pesohor atau selebritis ternama seperti Hengky Kurniawan, Jeje Ritchie Ismail hingga Gilang Dirga. Namun lebih dari itu, Pilkada KBB juga menjadi salah satu pilkada dengan kontestan terbanyak yakni lima pasangan.
Menariknya lagi, jika dilihat dari peta kekuatan, persebaran kekuatan seluruh kontestan Pilbup KBB pun relatif merata. Misalnya pasangan petahana Hengky Kurniawan-Ade Sudrajat (Hade) diusung dua partai parlemen yakni PDIP dan Partai Nasdem.
Baja Juga:
Tetapkan Status Siaga Kekeringan, Pemkab Bandung Barat Adakan Call Center Khusus
KPU KBB : Pendaftaran Calon Bupati dan Wakil Bupati KBB Mulai 27-29 Augustus 2024
Vedio Pilihan:
Sementara pasangan Ritchie Ismail-Asep Ismail juga diusung dua partai pemilik kursi DPRD KBB yakni PAN dan Partai Gerindra. Pasangan Dikdik-Gilang Dirga (Dilan) juga diusung dua partai besar yakni PKS dan Partai Demokrat.
Sedangkan satu poros lainnya dibentuk oleh dua partai besar lainnya yakni Partai Golkar dan PKB yang mengusung pasangan muda Edi Rusyandi-Unjang Ashari (Edun).
Dan yang tak kalah fenomenal adalah pasangan yang berasal dari jalur independen yakni Sundaya-KH Aa Maulana. Meski tak diusung partai, pasangan pituin KBB ini memiliki basis kekuatan besar yakni kalangan nasionalis dan Nahdhatul Ulama (NU).
Namun dari kelima pasangan tersebut, sejumlah pihak menilai Pilkada KBB sebenarnya merupakan pertarungan dua figur kandidat yakni Hengky Kurniawan vs Jeje Ritchie Ismail. Setidaknya itu pandangan beberapa aktivis senior KBB yang sempat berdiskusi belum lama ini dengan penulis.
Walau sebenarnya penulis tidak sepenuhnya setuju dengan beberapa analisa mereka. Namun pertarungan kedua figur ini menarik untuk dianalisis, terutama dalam konteks popularitas versus kekuatan finansial yang menjadi senjata utama kedua kandidat.
Vedio Pilihan:
Hengky Kurniawan sebagai petahana, memiliki modal utama berupa popularitas dan rekam jejak. Popularitasnya sebagai selebritis papan atas Indonesia telah lama melekat di masyarakat, dan posisinya sebagai mantan Bupati KBB juga telah memperkuat citranya.
Aktor ganteng kelahiran Blitar itu tidak dipungkiri memiliki basis pemilih yang kuat, terutama di kalangan masyarakat yang mengapresiasi kinerja dan program-programnya selama menjabat. Hengky juga populer di kalangan ‘ras terkuat di bumi’, kaum emak-emak dan kalangan milenial serta gen Z.
Ceruk pemilih dari kalangan kaum emak-emak, milenial serta gen Z tampak digarap serius oleh Hengky. Sosoknya yang supel dan ‘someah’ menjadi daya tarik dan kekuatan tersendiri guna merebut simpati kalangan ini.
Vedio Pilihan:
Terlebih secara demografi, masyarakat KBB yang memiliki hak pilih dan tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT) KBB, lebih dari separuhnya adalah berasal dari kalangan emak-emak, milenial dan gen Z.
Rekam jejak Hengky selama memimpin KBB menjadi modal penting lainnya. Ia dianggap berhasil dalam beberapa bidang, seperti infrastruktur dan pariwisata. Hal ini dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk kembali memilihnya.
Namun, Hengky juga menghadapi tantangan. Kritik terhadap kinerjanya, terutama dalam hal ekonomi dan kesejahteraan masyarakat mengalir deras dari kalangan elit serta aktivis KBB. Hengky juga dianggap sebagai “biang kerok” salah urus birokrasi dan jebolnya APBD KBB akibat mengalami defisit.
Belum lagi, Ade Sudrajat sebagai pendamping Hengky juga tidak memberi dampak elektoral signifikan bagi pasangan Hade. Sosok Ade yang notabene ‘ujug-ujug muncul’, sama sekali tidak dikenal masyarakat KBB.
Vedio Pilihan:
Padahal idealnya posisi calon wakil bupati dapat memberikan benefit elektoral untuk mengatrol elektabilitas atau potensi keterpilihan calon bupati. Ade sama sekali tidak masuk kriteria ini. Hengky tampak berjuang sendirian. Logistik pasangan ini pun disinyalir tidak terlalu kuat. Hal itu berpotensi menjadi kelemahan.
Mungkin ceritanya akan berbeda jika Hengky berpasangan dengan figur lain, bulan lalu. Rian Firmansyah misalnya. Rian yang sejak awal telah mengantongi rekomendasi Nasdem dan juga putra pituin KBB, dinilai akan memberikan dampak elektoral bagi Hengky untuk mengalahkan lawan-lawannya.
Hanya saja Hengky mungkin memiliki pertimbangan lain mengapa tidak memilih anggota DPR RI Rian Firmansyah sebagai pendampingnya. Yang paling kentara adalah karena Hengky tidak ingin memiliki ‘beban’ politis jika berdampingan dengan Rian yang notabene merupakan putra mantan Bupati KBB Aa Umbara Sutisna.
Di sisi lain, Jeje Ritchie Ismail, yang disokong Partai Gerindra dan Sultan Andara Raffi Ahmad, memiliki kekuatan finansial yang besar. Hal ini memungkinkan Jeje untuk membangun mesin politik yang kuat dan menggalang dukungan dari berbagai elemen masyarakat.
Suami Shahnaz Shadiqah yang memang ‘masih hijau’ di dunia politik juga disebut-sebut menggunakan jasa konsultan politik, yang di satu sisi menjadi nilai plus, namun di sisi lain justru menjadi barrier atau tembok penghalang bagi elemen masyarakat KBB untuk bergabung ke pasangan ini.
Setidaknya, berbagai keluhan adanya barrier tinggi dari pasangan Jeje-Asep Ismail ini telah banyak dikeluhkan sejumlah elemen masyarakat KBB. Mereka mengaku sulit sekedar untuk membuat janji bertemu dengan mantan drummer Govinda itu. Jeje yang memang masih awam dengan masyarakat KBB, dinilai terlalu kaku dan bersikap elitis.
Padahal sebagai pendatang baru di dunia politik, Jeje memiliki kesempatan untuk menawarkan visi dan misi baru bagi masyarakat KBB. Ia dapat mengambil celah dengan memanfaatkan berbagai kekurangan beberapa pemerintahan sebelumnya. Sosoknya yang masih fresh dan menawarkan harapan baru dapat dengan mudah diterima masyarakat KBB.
Ia dapat memanfaatkan kekuatan finansialnya serta ‘endorse Raffi Ahmad’ untuk menjangkau masyarakat KBB secara luas dan membangun citra positif. Terbukti, dua mantan Wakil Bupati KBB, Ernawan Natasaputra dan Yayat T Soemitra telah menyatakan masuk barisan pendukung Jeje.
Namun, Jeje juga menghadapi tantangan besar. Popularitasnya masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan Hengky Kurniawan. Popularitas calon Wakil Bupati pendampingnya, Asep Ismail yang merupakan mantan Kepala Kemenag KBB juga masih jauh untuk dapat mengatrol suara Jeje.
Asep Ismail memang memiliki jejaring lumayan kuat di kalangan pesantren dan kaum Nahdliyin. Namun jangan lupa, ceruk pemilih NU dan kalangan pesantren serta alim ulama juga diperebutkan kandidat lainnya terutama Edi Rusyandi yang menggaet calon dari PKB dan juga pasangan independen melalui calon Wakil Bupati KH Aa Maulana yang sangat dihormati dan berpengaruh di kalangan para kiai NU.
Pertarungan Popularitas vs Uang: Mana yang Lebih Berpengaruh?
Pertarungan Pilkada KBB 2024 ini menjadi pertarungan menarik antara popularitas dan kekuatan finansial. Popularitas Hengky Kurniawan dapat menjadi modal kuat untuk meraih simpati masyarakat, sementara kekuatan finansial Jeje Ritchie Ismail dapat menjadi senjata ampuh untuk membangun mesin politik dan menjangkau masyarakat secara luas.
Nate Silver, seorang analis politik terkenal asal Amerika, mengatakan sangat penting untuk melihat proses kontestasi elektoral atau pemililihan dari berbagai perspektif termasuk popularitas dan dukungan finansial.
Menurutnya, modal popularitas saja tidak cukup untuk memenangkan kontestasi elektoral tanpa dukungan finansial yang kuat.
Nate Silver cenderung melihat bahwa popularitas yang tinggi dapat menjadi faktor penting dalam menarik perhatian dan dukungan publik, namun dukungan finansial yang kuat juga memegang peranan krusial dalam menjalankan kampanye politik yang efektif.
Dukungan finansial memungkinkan calon untuk melakukan iklan, kampanye, dan kegiatan politik lainnya yang dapat mempengaruhi opini publik, sentimen pemilih, preferensi politik dan menyentuh ceruk pemilih yang lebih luas.
Dalam analisisnya, Nate Silver menyoroti bahwa kombinasi antara popularitas yang tinggi dan dukungan finansial yang kuat seringkali menjadi kunci keberhasilan dalam pemilihan umum. Meskipun popularitas dapat menciptakan buzz dan eksposur yang positif, namun kemampuan untuk membiayai kampanye politik dengan efektif juga merupakan faktor penting dalam meraih kemenangan.
Dengan demikian, berdasarkan pendekatan analitis yang cenderung objektif dan berbasis data, Nate Silver menekankan bahwa baik popularitas maupun dukungan finansial memiliki peran yang signifikan dalam kesuksesan sebuah kampanye politik.
Kombinasi kedua faktor tersebut dengan strategi kampanye yang efektif dan dukungan yang kuat dari masyarakat dapat menjadi kunci untuk meraih kemenangan dalam pemilihan umum.
“Jika kondisi normal (diimbangi logistik kuat), Hengky mungkin menang. Namun, jika kekuatan uang Jeje dimaksimalkan, bisa jadi Jeje yang berpeluang,” ujar seorang aktivis senior KBB dalam sebuah obrolan.
Namun benarkah demikian? Apakah popularitas Hengky Kurniawan akan mengalahkan kekuatan finansial Jeje Ritchie Ismail? Atau, faktor lain akan menjadi penentu kemenangan? Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan tersebut. (Bersambung ke bagian 2)