Menohok ! PLN Untung – Rakyat Buntung, Ratusan Warga Desa Budiharja  Geruduk PLN ULP Cililin

KBB, Laporan Khas13110 Views

Bandung kita.id – CILILIN, Dengan membentangkan spanduk berukuran besar dengan tulisan menohok: PLN Untung – Rakyat Buntung.  Ratusan warga Desa Budiharja Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat (KBB), menggeruduk PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Cililin, Selasa, 15 Oktober 2024.

Dengan menaiki  mobil komando dan kendaraan lainnya, pengunjuk rasa langsung melakukan orasi menyampaikan tuntutan.

Berbagai tuntutan dilontarkan, terutama terkait buruknya pelayanan dari PLN ULP Cililin atas pengaduan yang sudah sering disampaikan, tanpa penyelesaian.

Salah seorang perwakilan dari pendemo dengan tegas  menyampaikan, di Kampung Bojong Cibodas Desa Budiharja, penurunan tegangan listrik (spaning), sudah terjadi bertahun-tahun, tanpa penyelesaian.

“Pagi sampai malam, pagi lagi listrik terus spaning, saat  kami pergi kesini (berdemo, red.) listrik sedang spaning, kondisi ini dialami oleh  warga Kampung Bojong Cibodas sudah bertahun-tahun”, jelas Ahmad Yusuf, perwakilan pendemo.

Menurut Ahmad Yusuf, sudah sering warga menyampaikan, tapi PLN ULP Cililin selalu lamban menindaklanjuti bahkan terkesan mengabaikan keluhan warga.

“Warga sudah berkali-kali menyampaikan keluhan terkait  tegangan listrik yang tidak stabil, tapi kami kecewa dengan pelayanan PLN ULP Cililin, sehingga akhirnya kami putuskan untuk melakukan demo hari ini”, lanjut nya.

Diakhir orasinya Ahmad Yusuf menyampaikan, apabila keluhan warga tidak ditanggapi dan ditangani segera, mereka mengancam akan kembali menggeruduk PLN dengan jumah masa yang lebih besar.

“Kami minta PLN untuk segera menindaklanjuti keluhan warga ini, sebelum kami kembali berunjuk rasa dengan jumlah yang lebih besar”, pungkas nya.

Perwakilan pendemo lainya minta PLN bekerja profesional, kewajiban yang ditimpakan ke  konsumen hendaknya disertai dengan pelayanan prima.

“Kami tau PLN sekarang sudah menjadi lembaga usaha, tapi cik atuh disertai dengan pelayanan prima terhadap konsumen”,  tegas Mukhlis, mantan kepala desa Budiharja yang ikut berdemo.

Mukhlis menyebutkan tidak ada yang diperoleh warga secara gratis terkait penggunaan listrik, tiang beli, kurang kabel beli, penambahan titik lampu bayar.

“Kami menggunakan listrik semua harus bayar, nambah tiang baru dibebankan ke konsumen, jarak tiang ke rumah nambah kabel beli, nambah titik lampu bayar, pokonya tidak ada yang gratis”, gerutu Mukhlis

Bandungkita.id mencoba mewawancarai beberapa peserta aksi, mereka mengaku sudah bertahun-tahun listrik di daerahnya byarpet.

“Reup bray (byarpet, red.) unggal poe ge, mejikom karek meuli sabulan geus ruksak deui, TV, komo lampu mah mindeng pegat, ceuk tukang service akibat listrikna teu stabil cenah, (byarpet setiap hari, mejikom baru sebulan sudah rusak, TV, apalgi lampu, kata tukang servis penyebabnya listrik tidak stabil katanya, Red.)”, ungkap Juju (65), kepada Bandungkita.id, dilokasi demo.

Novi, peserta aksi lainya, dirinya  mengaku mengikuti saran dari petugas PLN dengan menaikan daya dari 450, 900 sampai 1.300 Volt, berharap listrik di rumahnya tidak lagi byar-pet.

“Mengikuti saran dari petugas, saya menaikan daya dari empat ratus lima puluh ke sembilan ratus sampai seribu tiga ratus, pake biaya (bayar, red.) tapi listrik tetap saja reupbray”, sebut Novi, dengan nada kesal.

Menanggapi tuntut para pendemo ULP Cililin berjanji akan segera menindak lanjutinya.

“Kami akan segera menindaklanjuti tuntutan warga, ketidak satabilan tegangan listrik, karena bentang kabel dari gardu ke lokasi terlalu jauh”, terang Mokhamad Ikhsan Maulana, manajer PLN ULP Cililin, kepada awak media.

Ikhsan, manajer PLN ULP Cililin yang baru mengembas tugas selama 2 bulan, meminta warga membantu  menyiapkan lahan untuk titik pembangunan gardu.

“Kami berharap warga bisa membantu menyiapkan lahan untuk titik pembangunan gardu, setelah lahannya tersedia kami akan segera mengajukan pengadaan gardu tambahan, kami meminta warga bersabar menunggu proses realisasinya”, pungkasnya. (Bandungkita.id/Dadang gondrong)