Persoalan di Perumahan Terus Mencuat, Warga Tanimulya Keluhkan Aksi Sepihak Pengembang dan Pengurus RW, Borma Jadi Sorotan?

KBB12376 Views


BandungKita.id, NGAMPRAH – Ruas jalan Permata Cimahi, yang sebelumnya dikenal sebagai kawasan yang rapi, kini mendapat sorotan warga akibat kebijakan RW 14 yang terus menerima para pedagang dari luar. Keputusan ini memicu keresahan warga, terutama terkait estetika lingkungan yang kini dianggap kumuh.

Warga mengungkapkan bahwa kain terpal biru yang digunakan oleh para pedagang untuk melindungi dagangan mereka memberikan kesan tidak sedap dipandang. Selain itu, sampah yang berserakan di sekitar lokasi menjadi masalah yang belum terselesaikan. Keluhan estetika ini semakin menguat, mengingat kawasan ini sebelumnya dianggap sebagai tempat yang nyaman untuk beraktivitas.

Mul (49), salah seorang warga, berkomentar, “Kami tidak menolak adanya pedagang, tapi tolong lihat kondisi lingkungan yang jadi berantakan. Sampah ada di mana-mana, jalan jadi sempit, belum lagi pemandangan terpal biru yang mengganggu. Kami ingin lingkungan kembali seperti dulu.”

Keluhan warga juga mencakup dugaan adanya aksi nakal dari pengembang Permata yang terus merubah fasilitas sosial dan fasilitas umum (pasos-pasum). Salah seorang warga menyampaikan, “Dan saya mohon ditinjau kembali blue print (cerak biru) rencana pembangunan pengembang permata cimahi, saya duga telah terjadi aksi nakal pengembang Permata anu teras ngicalan pasos-pasum (yang telah merubah bahkan menjual aset pasos dan pasum).” Hal ini menambah keresahan warga yang merasa hak mereka atas fasilitas publik semakin tergerus.

Selain itu, warga juga menyoroti penggunaan ruas jalan oleh Borma sebagai pelataran parkir. Kondisi ini diperburuk dengan pembangunan semi permanen kios-kios di depan area tersebut, yang semakin memperburuk estetika lingkungan. “Depan Borma jadi kumuh, kios-kios semi permanen bikin pemandangan makin nggak enak,” ujar seorang warga lainnya.

Dari sisi pedagang, banyak dari mereka mengakui bahwa mereka hanya mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Namun, pengaturan yang kurang terorganisir membuat situasi semakin rumit. Salah seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya menyatakan, “Kami juga mau berdagang dengan tertib. Tapi kebijakan di sini tidak jelas. Kalau ada tempat khusus untuk kami, pasti lebih baik.”ujarnya seraya tidak ingindisebutkan jatidirinya.


Sementara itu, Camat Ngamprah, Agnes Virganty, melalui telphone menyatakan bahwa pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pemerintahan desa untuk membahas keluhan warga terkait kondisi lingkungan di ruas jalan Permata Cimahi. “Kami memahami keresahan warga dan akan menyampaikan langsung kepada pihak desa dalam acara Musyawarah Desa (Musdes) yang akan digelar Kamis minggu ini. Selain itu, kami juga sedang mempersiapkan pemilihan kepala desa yang diharapkan dapat membawa solusi lebih baik bagi masyarakat,” ujar Agnes, Selasa, 22 April 2024.


Situasi ini merupakan contoh dari konflik kepentingan yang sering terjadi di komunitas lokal. Di satu sisi, kebijakan RW berupaya mendukung kegiatan ekonomi pedagang, termasuk dari luar kawasan. Namun, di sisi lain, dampak terhadap estetika lingkungan dan kenyamanan warga seolah tidak menjadi prioritas.

Warga, dalam kesempatan itu menuturkan beberapa point agar mencari solusi yang dapat dipertimbangkan meliputi

  • Zona dagang khusus: Menentukan lokasi tertentu bagi para pedagang sehingga lingkungan tetap tertata.
  • Pengelolaan sampah: Mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang jelas dan efektif.
  • Dialog warga-pedagang-RW: Membangun komunikasi tiga arah untuk mencari kesepakatan yang menguntungkan semua pihak.
  • Revisi kebijakan RW: Melibatkan warga dalam proses pengambilan keputusan untuk menghindari konflik kepentingan di masa depan.

Permasalahan di Desa Tanimulya ini mencerminkan perlunya pengelolaan yang lebih terarah dan pendekatan yang melibatkan seluruh stakeholder. Dampak kumuh yang terjadi bukan hanya merusak estetika, tetapi juga mengganggu harmoni sosial.(Dhomz/Bandungkita.id)