Sepi Pembeli, Pedagang Ikan di PIM Pesimis Bisa Bayar Sewa Lapak

BandungKita.id, SOREANG – Biaya sewa yang mahal hingga mencapai Rp. 900 ribu per bulan, membuat sejumlah pedagang ikan di Pasar Ikan Modern (PIM) Soreang mengeluh. Pasalnya, minimnya minat pembeli membuat pedagang tak bisa menutupi harga sewa itu.

Dida (39) seorang pedagang ikan di PIM mengaku sudah menempati lapaknya sejak awal Agustus. Menurut dia, pembeli ikan di PIM cukup sepi. Terlebih saat ini kondisi juga PIM tengah direnovasi.

“Padahal pasar letaknya cukup strategis. Tapi masih sepi pembeli. Sepinya pembeli juga karena ada renovasi. Jadi pagar pasar masih dipasang seng,” kata Dida di PIM, Jumat (6/9/2019).

Menurut Dida, pembeli terlihat sedikit ramai jika sudah memasuki akhir pekan. Kendati demikian, secara harian, pembeli yang datang ke PIM masih bisa dihitung dengan jari.

Dikatakan Dida, mengaku cukup pesimistis bisa menutupi harga sewa lapak itu. Sepinya pembeli, kata dia, cukup berpengaruh terhadap pendapatannya.

“Untuk ikan laut sendiri sehari saja sekilo belum tentu bisa kejual. Jadi bisa dikatakan kondisi sekarang tidak bisa menutupi biaya sewa,” katanya.

Dida menuturkan, saat ini masih banyak warga yang belum mengetahui adanya PIM di Soreang. Hal ini dikarenakan PIM belum di launching dan promosi pengenalan PIM ke masyarakat masih kurang.

“Saya sudah mengusulkan kepada pemerintah agar pasar ini tidak hanya diisi oleh pedagang ikan saja. Tapi juga pedagang sayur dan yang lainnya. Sehingg pasar akan ramai pembeli,” katanya.

Pantauan BandungKita.id di lokasi, nampak sejumlah pekerja masih menyelesaikan pembangunan pagar dan tembok pasar. Di depan pintu masuk PIM, terbentang garis plastik. Pemasangan garis plastik itu diduga agar orang tidak dapat melintas.

Sedangkan saat masuk dalam pasar, lapak pedagang sayuran dan bumbu dapur berada di paling depan. Lapak selanjutnya diisi oleh para pedagang ikan. Kendati demikian, ratusan lapak di dalam PIM nampak tidak terisi semua. Jika dipersentase, kurang dari 50 persen total lapak yang hanya diisi pedagang.(R Wisnu Saputra)

Editor: Dian Aisyah