Terungkap! Ini Dia Kronologi Jatuhnya Boeing Lion Air JT-610

BandungKita.id, BREAKING NEWS – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis sebab kecelakaan yang terjadi pada pesawat Boeing 737-8 (MAX) pada penerbangan Lion Air JT610.

Pesawat dari Bandara Soetta menuju Depati Amir Pangkal Pinang ini hilang dari layar radar setelah pilot melaporkan adanya gangguan pada kendali pesawat, indikator ketinggian, dan indikator kecepatan.

Kerusakan indikator kecepatan dan ketinggian pesawat tersebut terjadi pertama kali pada 26 Oktober 2018 dalam penerbangan dari Tianjin, China ke Manado.

 

BACA JUGA :

17 Korban Lion Air Kembali Teridentifikasi, Total Korban Sudah 44 Jenazah yang Dikenali : Ini Daftarnya

 

 

Setelah beberapa kali perbaikan pada kerusakan yang berulang, pada tanggal 28 Oktober 2018, Angle of Attack (AOA) sensor kiri diganti di Denpasar, Bali.

AOA sensor kiri yang dipasang mengalami deviasi sebesar 21 derajat yang tidak terdeteksi pada saat diuji setelah dipasang.

Deviasi ini mengakibatkan perbedaan penunjukan ketinggian dan maneuvering characteristic augmentation system (MCAS) pada penerbangan Denpasar ke Jakarta.

 

Ilustrasi pesawat Lion Air (net)

 

“Pilot berhasil menghentikan aktifnya MCAS dengan memindahkan STAB TRIM switch ke posisi CUT OUT,” ungkap KNKT dalam keterangan resminya, Jumat (25/10/2019). Seperti dikutip BandungKita.id dari CNN Indonesia

Setelah mendarat di Jakarta, pilot melaporkan kerusakan yang terjadi namun tidak melaporkan stick shaker dan pemindahan STAB TRIM ke posisi CUT OUT.

Lampu peringatan AOA Disagree tidak tersedia sehingga pilot tidak melaporkannya. “Masalah yang dilaporkan ini hanya dapat diperbaiki menggunakan prosedur perbaikan AOA Disagree,” jelas KNKT.

 

BACA JUGA :

BREAKING NEWS…Innalillahi, Seorang Penyelam Meninggal Saat Mengevakuasi Korban dan Serpihan Lion Air : Ini Identitasnya

 

 

Pada 29 Oktober 2018 pesawat dioperasikan dari Jakarta ke Pangkal Pinang. FDR merekam kerusakan yang sama terjadi pada penerbangan ini.

“Pilot melaksanakan prosedur non-normal untuk IAS Disagree, namun tidak mengenali kondisi runaway stabilizer. beberapa peringatan berulangnya aktivasi MCAS dan padatnya komunikasi dengan ATC berkontribusi pada kesulitan pilot mengendalikan pesawat.”

MCAS adalah fitur yang baru ada di B 737-8 (MAX) untuk memperbaiki karakteristik anggok pesawat pada kondisi flap up, manual flight dan AOA tinggi.

“Proses investigasi menemukan bahwa desain dan sertifikasi fitur ini tidak memadai. Juga pelatihan dan buku panduan untuk pilot tidak memuat informasi terkait MCAS,” terang KNKT.

Pada 10 Maret 2019, kecelakaan serupa terjadi di Ethiopia melibatkan pesawat Boeing 737-8 (MAX) yang mengalami kerusakan AOA sensor. (Azmy Yanuar Muttaqien/BandungKita.id)