EKSKLUSIF : Kisah Malang Pasien Berobat di RSUD Soreang, Bupati dan Gubernur Diminta Bertindak

Pelayanan Tak Ramah, Fasilitas Buruk, Suara Bising Karaoke hingga Kecoa dan Kucing Hilir Mudik di Ruang Perawatan

BandungKita.id, SOREANG – Pelayanan kesehatan yang baik dan memuaskan merupakan harapan semua masyarakat. Namun tampaknya hal itu belum dapat dirasakan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soreang Kabupaten Bandung. Hal tersebut diungkapkan oleh sejumlah pasien RSUD Soreang kepada BandungKita.id.

Salah seorang orang tua pasien, Zainal Muttaqin (34) bercerita kepada BandungKita, saat anaknya ditangani di RSUD Soreang sejak Rabu (19/6/2019) lalu lantaran mengalami panas tinggi, pelayanan para perawat di Rumah Sakit milik Pemkab Bandung tersebut dirasakan kurang ramah.

Tak hanya itu, pasien yang sedang mengalami kejang-kejang dan seharusnya segera ditangani karena kondisinya setengah kritis, pihak rumah sakit malah meminta agar orang tua pasien menyelesaikan administrasi terlebih dahulu.

Salah satu sudut di RSUD Soreang (foto:istimewa)

Setelah mendapat perawatan beberapa jam di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), pasien yang masih berusia 7 tahun dan kondisi tengah malam tak juga dipindahkan ke ruang perawatan dengan alasan ruangan penuh. Pertanyaan “apakah pasien BPJS atau umum” selalu menghampiri orang tua/pengantar pasien.

Setelah Zainal menyatakan bahwa dia adalah pasien umum, barulah pihak rumah sakit menyatakan ada ruang perawatan yang kosong. Setelah lewat tengah malam, pasien yang kondisinya masih sangat lemah baru dipindahkan ke ruang perawatan.

Itu pun, ibu pasien diminta untuk menggendong sendiri pasien ke ruang perawatan dengan alasan tak ada perawat jaga. Padahal, saat itu ibu pasien dalam kondisi hamil. Sedangkan sang suami, Zainal sedang memarkirkan kendaraan.

BACA JUGA :

Tanggapi Keluhan Warga Soal Buruknya Pelayanan RSUD Cililin, Wakil Bupati KBB Hengky Kurniawan Ancam Copot Dirut : Begini Kata Hengky

 

HUT ke-378 Kabupaten Bandung, Pemda Dinilai Belum Berpihak pada Pedagang Tradisional

 

Pengalaman tak mengenakkan pun kembali terjadi. Ruangan Anyelir, tempat anak Zainal dirawat sangat gaduh dengan jumlah pasien yang terlalu banyak dalam satu ruangan yang sangat sempit.

Pelayanan sejumlah perawat di kelas 3 pun dirasa kurang ramah. Wajah ketus dan suara setengah membentak tampak terdengar biasa di ruang perawatan kelas 3 yang mayoritas dihuni masyarakat menengah ke bawah itu.

Yang lebih mengherankan, di ruangan tersebut banyak kecoa yang berseliweran di tempat tidur pasien. Tak heran, sejumlah pasien yang semuanya anak-anak menjadi ketakutan dan enggan tidur di tempat tidur. Memang, kondisi ruangan kelas 3 tak sebersih ruangan lainnya.

Tak hanya itu, beberapa ekor kucing bahkan dengan leluasa berlalu lalang masuk keluar ruangan pasien, terutama dari pagi hingga sore hari. Bahkan seekor kucing sempat terlihat tidur di tempat tidur pasien yang kosong.

“Bahkan sempat ada kucing yang buang air besar depan muka saya yang sedang tidur di lantai menemani anak saya,” ujar Lina, salah seorang orang tua pasien lainnya.

RSUD Soreang Kabupaten Bandung (foto:istimewa)

Menurut Zainal maupun Lina, selain mengganggu kenyamanan pasien, seharusnya pihak manajemen rumah sakit harus mensterilkan ruangan perawatan dari hewan karena dikhawatirkan akan membawa penyakit bagi pasien.

Tak cukup di sana, pada hari Jumat (21/6/2019), banyak keluarga pasien mengeluh dan melakukan protes keras karena para karyawan rumah sakit menggelar kegiatan karaoke di lingkungan rumah sakit sehingga mengganggu pasien yang sedang butuh beristirahat.

Parahnya lagi, acara karokean digelar di sebuah ruangan yang tak jauh dari sejumlah ruang perawatan seperti Ruang Anyelir, Dahlia, Anggrek dan ruangan perawatan lainnya yang lokasinya berada di tengah-tengah RSUD Soreang. Tak heran, suara bising yang berasal musik keras dan lantunan lagu-lagu karyawan rumah sakit yang tengah berkaraoke ria sangat mengganggu pasien yang sedang beristirahat.

“Betul parah pisan (parah banget) Kang. Maenya karokean di Rumah Sakit (Masa karokean di rumah sakit). Karunya pasien nu keur geuring (Kasian pasien yang sedang sakit). Pasien kan butuh istirahat. Enggak bener ini rumah sakit,” ujar Dedi (50) warga Soreang, salah seorang penunggu pasien yang terlihat kesal.

Bupati Bandung, Dadang M Naser ditemani Direktur RSUD Soreang Iping Suripto saat mengunjungi pasien di RSUD Soreang. RSUD Soreang pernah dibanggakan Dadang Naser sebagai rumah sakit tipe C paripurna. (foto:istimewa)

 

Zainal pun akhirnya memutuskan segera memindahkan anaknya ke ruangan VIP dengan harapan memperoleh pelayanan lebih baik. Dari segi pelayanan, perawat di ruang VIP dirasakan jauh lebih ramah. Pelayanan ramah ini tidak diperoleh di kelas 2 atau kelas 3.

“Ya tentu dengan keluhan-keluhan itu kami juga tidak nyaman, akhirnya kami pindah ke ruangan VIP,” kata Zainal.

Dari sisi fasilitas, alih-alih mendapat kenyamanan di ruang VIP, yang ditemui justru suasana gerah lantaran AC di ruang VIP dalam keadaan rusak. Terlebih kamar menghadap langsung ke arah matahari sehingga dari pagi hingga siang, udara panas sangat terasa. Ada meja makan, tapi tak ada kursi satu pun. Keran air di toilet pun rusak.

BACA JUGA :

Genap 378 Tahun, Pemulihan Lingkungan Kabupaten Bandung Masih Lemah

 

“Kata perawat ada satu ruang VIP yang AC nyala tapi tidak boleh digunakan karena sudah dipesan oleh keluarga direksi rumah sakit,” kata Zainal.

Baru pada Senin (24/6/2019) anak Zainal diperbolehkan pulang oleh dokter lantaran kesehatan putranya dinilai sudah membaik. Ia dan pasien lainnya berharap agar pelayanan buruk RSUD Soreang itu menjadi perhatian serius pihak manajemen maupun pemerintah.

“Kami berharap Pak Bupati Dadang Naser dan Gubernur Ridwan Kamil dapat menindaklanjuti dengan serius pelayanan buruk RSUD Soreang ini. Jauh banget pelayanannya sama RS swasta. Jangan ada lagi perbedaan perlakuan antara pasien umum dan BPJS, antara kelas 3 dan VIP. Karena ini pelayanan dasar yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,” tutur Zainal.

Padahal keberadaan RSUD Soreang memang sangat dibutuhkan dan penting bagi warga di kawasan Bandung Selatan seperti Soreang, Katapang, Kutawaringin, Banjaran, Cangkuang, Cimaung, Pangalengan, Pasirjambu, Ciwidey hingga Rancabali. Namun banyak pula pasien dari luar Kabupaten Bandung seperti dari Cidaun Kabupaten Cianjur dan Cisewu Kabupaten Garut.

Terlebih, di Kabupaten Bandung jumlah rumah sakit terbilang minim. Tercatat, dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang besar, Pemkab Bandung hanya memiliki tiga rumah sakit yakni RSUD Soreang, RSUD Majalaya dan RSUD Cicalengka.

Selain tiga rumah sakit tersebut, sebenarnya ada satu rumah sakit lain yang berada di Kabupaten Bandung yaitu Rumah Sakit Al Ihsan di Baleendah. Namun statusnya merupakan milik Pemprov Jabar. Tak heran, rumah sakit di Kabupaten Bandung selalu dipenuhi pasien bahkan tak tertampung karena tidak seimbangnya jumlah penduduk dan rumah sakit.

“Saya berharap Pak Bupati dan Gubernur bertindak serius memperbaiki pelayanan rumah sakit pemerintah yang seperti ini. Pelayanan buruk seolah sudah jadi rahasia umum, tapi tetap akut dan tak ada perbaikan. Semoga ke depan rumah sakit pemerintah juga pelayanan dan fasilitasnya sebagus rumah sakit swasta yang top,” kata Zainal.

BACA JUGA :

Soal Penanganan Banjir di Kabupaten Bandung, KLHK Fokus di Wilayah Hulu

 

Menerima laporan tersebut, BandungKita mencoba meminta konfirmasi kepada Direktur RSUD Soreang, Iping Suripto. Namun saat itu Iping tidak berada di ruang kerjanya. Begitu pun dengan kepala bagian humas RSUD Soreang.

BandungKita.id pun diterima oleh Kepala Sub Bagian Umum RSUD Seorang, Dede Risnandar. Terkait kebersihan ruangan dan keramahan perawat, Dede mengatakan pihaknya melakukan kelalaian karena keterbatasan jumlah pegawai kebersihan serta kondisi perawat yang tengah berada dalam kondisi lelah.

“Ada 37 pekerja kebersihan dan kalau penuh ada sekitar 215 pasien. Tentu kami memang kekurangan pekerja kebersihan, shift yang seharusnya tiga shift, baru ada dua shift dan mungkin juga perawat kami kelelahan saat melayani. Tapi itu manusiawi. Kami berupaya untuk tetap maksimal melayani pasien,” kata Dede.

Kepala Sub Bagian Umum RSUD Seorang, Dede Risnandar (Tito Rohmatullah/BandungKita.id)

 

Ia berjanji akan mengevaluasi kinerja para perawat maupun pelayanan yang diberikan karyawan RSUD lainnya seperti petugas keamanan, apotek dan lainnya.

Terkait kegaduhan adanya karyawan rumah sakit yang be, Dede membenarkan bahwa pada hari Jumat (22/6/2019) bahwa itu ada kegiatan karyawan nyanyi-nyai. Menurut dia, ketika itu para karyawan RSUD Soreang tengah melaksanakan kegiatan Halal Bihalal.

Saat ditanya mengapa kegiatan karokean dan halal bihalal tidak memilih lokasi di luar kawasan Rumah Sakit, Dede menyebut untuk efisiensi anggaran.

“Biasanya sih di luar, tapi tahun ini diselenggarakan di rumah sakit. Cuma setahun sekali kok, enggak tiap hari,” ungkap Dede.

BACA JUGA :

Viral! Penanganan Pasien di RSUD Cililin Diduga Asal-asalan, Ibu Hamil Ini Melahirkan Bayi Tak Bernyawa

 

Dede pun mengakui bila sejumlah ruangan di ruang VIP mengalami kendala pada AC.

“Kalau untuk AC di ruang VIP memang itu pengadaan barangnya 2012 dan kami sudah upayakan untuk ganti, namun di instansi memang harus ada prosedur-prosedur yang ditempuh,” katanya.

Dede menuturkan pihaknya meminta maaf kepada masyarakat maupun pasien serta keluarga pasien atas ketidaknyamanan yang dirasakan dan dialami para pasien selama berobat di RSUD Soreang. Ia menyatakan pihaknya akan berusaha memperbaiki segala kekurangan dan ketidakprofesionalan di instansinya tersebut.

“Dengan adanya Kejadian ini saya mewakili direksi juga mewakili manajemen RSUD Soreang menyampaikan permintaan maaf dan apabila masyarakat ada keluhan, silakan sampaikan ke manajemen,” tutur Dede.(Tito Rohmatullah/BandungKita.id)

Editor : M Zezen ZM