Simak 6 Cara Dinkes KBB Cegah Stunting Pada Anak-anak, Ini Hasilnya

BandungKita.id, NGAMPRAH – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengajak masyarakat untuk melakukan pencegahan dini terhadap stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang disebabkan oleh pola asupan atau gizi yang kurang baik.

“Sangat penting untuk menjaga pola asupan untuk mencegah stunting,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes KBB, drg Maqdhesy saat ditemui BandungKita.id di ruang kerjanya belum lama ini.

Stunting bisa menimpa siapa saja dan tak mengenal status ekonomi. Baik itu masyatakat miskin maupun masyarakat kaya. Belum tentu masyarakat yang tidak mampu lantas berpotensi menjadi stunting, karena yang paling berpengaruh adalah pola asuh dan pola makan.

Pencegahan stunting harus dilakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai masa rentan dua tahun. Selama masa tersebut, anak harus mendapat asupan gizi dan nutrisi yang baik dan proporsional.

Dinkes KBB pun terus berusaha melakukan upaya pencegahan stunting pada anak-anak di Bandung Barat. Terlebih, anak penderita stunting di berbagai daerah terus meningkat setiap tahunnya. Tapi di KBB trennya menurun.

BACA JUGA :

13 Daerah di Jabar Rawan Stunting, Ini Upaya Pemprov Jabar Atasi Stunting

 

 

Bagaimana Mencegah Stunting? Berikut Tindakan Preventif yang Bisa Dilakukan Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kab. Bandung

 

Salah satu upaya yang dilakukan Dinkes KBB untuk mencegah stunting yakni dengan program pemberian makanan tambahan pada periode emas atau 1.000 hari pertama kehidupan serta penerapan 5 pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Maqdhesy menjelaskan, kondisi kegagalan pertumbuhan otak pada saat bayi dalam kandungan disebabkan oleh kekurangan gizi kronis. Oleh karena itu, pemenuhan gizi dan nutrisi sangat penting untuk pencegahan stunting ini.

Dijelaskannya, sejak 1.000 hari pertama kehidupan mulai dari ibu telat haid, bayi di dalam kandungan, sesudah melahirkan, pemenuhan gizi ibu hamil dan ASI eksklusif hingga anak dua tahun perlu dikelola dengan baik agar dapat mencegah stunting.

Ilustrasi pencegahan stunting (foto:net)

“Untuk pencegahan stunting, kami memastikan pada 1.000 hari pertama kehidupan itu, seorang ibu dan bayi harus mendapatkan pelayanan kesehatan optimal. Namun kita tidak mungkin menjangkau semua secara door to door,” kata Dhesy, sapaan akrabnya.

Upaya lain yang dilakukan Dinkes KBB yakni dengan memberikan tablet penambah darah bagi ibu hamil. Selain itu, pada waktu bersalin diupayakan ibu hamil melahirkan di tenaga kesehatan dengan fasilitas kesehatan supaya ada proses inisiasi menyusu dini (IMD).

Pasalnya, setelah IMD akan ada arahan untuk pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa diberi makanan apa pun kecuali ASI. Pasca enam bulan +1 hari, bayi baru diberikan makanan pendamping asi (MPASI).

BACA JUGA :

Angka Stunting Indonesia Masih Lebih Besar Dibanding Standar WHO, Ini Kata Kemenkes

 

 

Kasus Stunting di Garut Naik Lagi, Ini Kata Wabup Garut Helmi Budiman

 

Pelatihan untuk kader Posyandu juga diberikan Dinkes KBB untuk membuat makanan pendamping ASI bekerjasama dengan tenaga kesehatan desa di 10 desa lokus stunting. Harapannya kader tersebut bisa menularkan ilmunya ke masyarakat terkait cara membuat MPASI.

“Kami juga melakukan pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin di Posyandu,” tambah Dhesy.

Terlepas dari itu, Dinkes KBB juga menerapkan kegiatan kesehatan lingkungan melalui 5 pilar STBM. Adapun 5 pilar STBM meliputi bebas buang air sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan sampah rumah tangga, pengelolaan limbah lingkungan, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga.

Ilustrasi stunting (istimewa)

“Dinkes juga bekerjasama dengan Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim) dalam penyediaan air bersih, Disdik guna melatih ibu PAUD bagaimana memantau tumbuh kembang anak dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) mendorong desa untuk mengalokasikan anggarannya untuk pencegahan stunting,” beber dia.

Upaya pencegahan stunting yang dilakukan Dinkes KBB pun, kata dia, mulai membuahkan hasil. Berdasarkan data bulanan penimbangan balita, ujarnya, telah terjadi penurunan angka stunting.

BACA JUGA :

Tekan Angka Stunting dan Diabetes, LIPI Ciptakan Superfood dari Daun Singkong dan Kedondong

 

Ia menyebut pada tahun 2017 lalu, prevelensi stunting di KBB mencapai angka 7,67 persen. Sedangkan tahun 2018 prevelensinya turun menjadi 7,22 persen. Data ini akurat karena divalidasi oleh tenaga gizi di puskesmas.

Dhesy pun memberikan tips sederhana bagaimana cara ibu-ibu atau emak-emak mencegah stunting. Pertama, kata Dhesy, yakni penuhi gizi ibu hamil dengan gizi seimbang, rajin periksa kehamilan ke tenaga kesehatan, melahirkan di fasilitas kesehatan resmi, berilah bayi ASI eksklusif selama 6 bulan, selanjutnya berikan MPASI mulai usia 6 bulan hingga 2 tahun, dan terakhir jangan lupa selalu jaga lingkungan agar selalu bersih dan sehat.

“Mudah-mudahan ini bisa membantu mencegah stunting. Memang untuk menangani stunting itu perlu ada intervensi yang spesifik,” ujar Dhesy sambil tersenyum. (Fiti MJ)

Editor : M Zezen Zainal M