FOKUS : Warga Keluhkan Jalan dan Rumah Rusak serta Terkena ISPA Dampak Proyek Floodway Cisangkuy di Kabupaten Bandung

DPRD Kabupaten Bandung Minta BBWS dan PT BRP Tanggung Jawab

 

BandungKita.id, KAB BANDUNG – Sejumlah warga Desa Sukamukti, Kecamatan Katapang, mengeluhkan rusaknya infrastruktur jalan akibat dampak dari pembangunan Floodway Cisangkuy. Warga desa menilai rusaknya infrastruktur seperti jalan, dikarenakan kerap dilalui oleh truk besar pengangkut tanah.

Sebagai informasi, Floodway Cisangkuy dibangun sebagai solusi untuk mengentaskan masalah banjir di cekungan Bandung. Floodway Cisangkuy ini digadang-gadang akan mampu menampung sekitar 160 meter kubik per detik dari total kapasitas air di aliran Sungai Cisangkuy yang mencapai 220 meter kubik per detik.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun BandungKita.id, keluhan warga tersebut kurang direspons oleh pelaksana proyek yakni PT Basuki Rahmanta Putra (BRP) selaku kontraktor yang ditunjuk oleh BBWS Citarum.

Lilis (32) warga setempat menuturkan, dampak pembangunan proyek sudah cukup lama dikeluhkan warga Desa Sukamukti. Di saat musim kemarau seperti sekarang, debu dari galian tanah yang diangkut oleh truk bermuatan besar, menyebabkan warga banyak terkena gangguan pernafasan.

“Tanah yang diangkut truk, kan, sering berjatuhan di tanah. Kadang juga truk enggak pernah ditutup baknya saat mengangkut tanah galian lewan jalan desa. Otomatis debunya beterbangan,” ujar Lilis kepada BandungKita.id saat ditemui di dekat lokasi pembangunan proyek, Rabu (23/10/2019).

Kondisi jalan di Desa Sukamukti, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung yang rusak parah akibat dampak proyek Floodway Cisangkuy. Warga mengeluhkan rusaknya infrastruktur dan juga serangan ISPA yang diderita warga setempat akibat proyek tersebut (R Wisnu Saputra/ BandungKita.id)

 

Tak hanya itu, menurut Lilis, jalanan desa pun jadi rusak akibat lalu lalang truk bermuatan besar. Banyak jalan desa yang retak dan berlubang cukup dalam. Hal itu membuat Lilis dan warga desanya was-was saat melintasi jalan tersebut, terlebih di malam hari karena kurangnya pencahayaan.

Keluhan Lilis ternyata dibenarkan oleh Kepala Desa Sukamukti, Agus Tajudin. Menurut Agus, banyak warganya yang menderita infeksi pernafasan akut (ISPA) akibat dampak dari pembangunan proyek Floodway Cisangkuy.

“Betul, banyak warga yang mengeluh. Malah ada beberapa warga yang terkena ISPA. Terus kalau musim kemarau gini debunya tebal sekali. Dan musim hujan, banyak lumpur di jalanan. Banyak warga kami yang sering mengalami kecelakaan,” ucapnya.

BACA JUGA :

LIPUTAN KHUSUS Bag-2 : KPK Diminta Periksa Bupati Dadang Naser dan Ketua DPRD Soal Dana Hibah Ratusan Miliar

 

 

 

LIPUTAN KHUSUS Bag-4 : Soal Usulan Hibah Rp 171 M, Bupati Dadang Naser Dinilai Lempar Batu Sembunyi Tangan

 

 

Agus sudah meminta agar pihak BBWS Citarum, PT BRP, dan Pemkab Bandung memberikan perhatian kepada warganya. Terlebih meminta untuk memperbaiki segala infrasturktur di Desa Sukamukti yang rusak.

Setidaknya untuk infrastruktur sendiri, kata Agus, jalan desa yang rusak mencapai panjang 1 kilometer. Sedangkan jalan kabupaten yang rusak mencapai 3 kilometer. Selain itu, 10 rumah warga juga mengalami kerusakan.

“Akibat getaran dari aktifitas alat berat dan truk, rumah warga kami ada yang rusak. Totalnya ada 10 unit. Rata-rata kerusakannya tembok dindingnya retak-retak,” kata Agus.

Areal proyek Floodway Cisangkuy, di Desa Sukamukti, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung (R Wisnu Saputra/ BandungKita.id)

 

Sejauh ini, kata Agus, PT BRP selaku kontraktor baru merealisasikan perbaikan rumah milik warga sebanyak 3 unit. Padahal janji PT BRP akan bertanggung jawab memperbaiki rumah warga secara kontinyu.

“Kalau besaran kompensasinya itu macam-macam. Dilihat dari tingkat kerusakan. Yang jadi persoalan, perbaikan infrasturktur yang dikeluhkan masyarakat dan kompensasi kerugian kesehatan belum ada dari kontraktor. Ini yang dikeluhkan masyarakat,” ucapnya.

Hal senada juga diungkapkan Usman (50), warga Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung. Lalu lalang truk pengangkut urugan tanah juga menyebabkan tanah sering berjatuhan dan menyebabkan polusi udara di kawasan Cangkuang hingga Soreang.

“Sudah beberapa bulan terakhir, truk-truk pengangkut tanah proyek itu membuat udara tercemar. Jalanan juga jadi kotor dan berdebu. Mending kalau dibersihkan, mereka enggak tanggung jawab,” ujar Usman kesal.

DPRD Desak BBWS dan PT BRP untuk Bertanggung Jawab

Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Bandung, Yanto Setianto sudah menampung aspirasi dan keluhan dari masyarakat Desa Sukamukti akibat dampak proyek pembangunan Floodway Cisangkuy tersebut. Ia bersama para anggota Komisi C pun meninjau langsung dampak dari pembangunan proyek tersebut.

“Kami minta tadi saat audiensi dengan BBWS dan kontraktor untuk segara bertanggung jawab. Tadi BBWS bilang tidak ada anggaran perbaikan dari BBWS. Tapi akan dilimpahkan ke kontraktor,” kata Yanto.

“Kami juga tidak mau nanti perbaikan dilakukan ala kadarnya. Semisal nanti warga tidak puas perbaikannya, maka akan kami dorong lagi pertanggung jawabannya. Kami tidak ingin perbaikan dilakukan pada tahun 2020. Harus beres sebelum 2020,” katanya.

Anggota DPRD Kabupaten Bandung, Yanto Setianto (R Wisnu Saputra/ BandungKita.id)

 

Meski proyek tersebut merupakan proyek nasional yang didanai oleh APBN dan akan bermanfaat untuk semua masyarakat nantinya, Yanto menilai keluhan warga Kabupaten Bandung yang terdampak tetap harus mendapat perhatian serius.

“Tadi kami juga sudah bikin berita acaranya. Bikin catatannya. Pokoknya ini harus segera diperbaiki dalam waktu dekat. Kami juga sudah meminta Dinas PUPR untuk memonitoring,” kata dia.

Sementara itu Humas PT BRP selaku kontraktor proyek Floodway Cisangkuy Haris mengatakan, pihaknya selama ini terpaksa masih menggunakan jalan umum untuk aktivitas kendaraan proyek karena jalan inspeksi BBWS di lokasi tersebut masih belum bisa dibuka. Hal itu terkait dengan belum rampungnya pembebasan lahan untuk jalan inspeksi tersebut.

BACA JUGA :

Dugaan Penyelewengan Dana PKH, 150 Orang Penerima Manfaat PKH Kabupaten Bandung Diperiksa Polisi

 

 

Ribuan Petani di Kutawaringin Kabupaten Bandung Khawatir Terjadi Longsor, Penyebabnya Peninggalan Belanda Ini

 

 

“Untuk perbaikan jalan akan segera kami lakukan setelah pembebasan lahan dan jalan inspeksi bisa dibuka tembus. Nanti kita gunakan jalan inspeksi untuk pekerjaan proyek dan jalan desa dan kabupaten yang rusak berangsur-angsur kita perbaiki,” kata Haris saat ditemui BandungKita.id di lokasi proyek.

Menurut Haris, saat ini proses pembebasan lahan itu sendiri tinggal menyisakan pembayaran beberapa bidang lahan berupa rumah dan sawah. Namun dana pengganti untuk pembebasan tersebut saat ini sudah dititipkan di pengadilan.

Terkait perkembangan proyek Floodway Cisangkuy sendiri, Haris menegaskan bahwa saat ini sudah berjalan sekitar tiga puluh persen. Namun sesuai target, proyek tersebut harus selesai pada akhir 2020.

Saat hendak ditanya lebih jauh mengenai proyek Floodway Cisangkuy serta kompensasi yang diberikan kepada warga terdampak proyek tersebut Haris menghindar. Dengan setengah berlari, ia buru-buru meninggalkan BandungKita.id seraya bergegas masuk ke mobilnya. (R Wisnu Saputra/ BandungKita.id)

Editor : M Zezen Zainal M