Unik! Kopi Bursel Khas Desa Cipada ini Miliki Enam Rasa

KBB, Serba Serbi, Terbaru3155 Views

BandungKita.id, KBB – Kebiasaan minum kopi kini telah menjadi tren, bahkan gaya hidup yang tak terpisahkan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya generasi milenial.

Pasalnya, kopi dinilai mampu mendukung produktivitas saat bekerja maupun berkumpul bersama teman. Hal ini bisa terlihat dari menjamurnya coffee shop di berbagai kota di Indonesia.

Namun, tahukah Anda bahwa kopi memiliki berbagi ciri khas dan keunikan, terutama dari segi rasa. Bagi para pecinta kopi, di Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB) ternyata memiliki jenis kopi yang wajib dicoba.

Berbeda dengan kopi pada umumnya, kopi yang dikenal dengan sebutan Kopi Burangrang Selatan (Bursel) ini memiliki banyak rasa, bahkan hingga enam rasa.

Video Pilihan:

Tak hanya itu, Kopi Bursel ini disebut-sebut aman di lambung lantaran tingkat acidity atau keasamannya yang rendah.

Petani sekaligus Barista Kopi Bursel, Sugondo mengatakan, kopi dari kebunnya tidak diolah dipabrik seperti kopi pada umumnya. Kopi yang satu ini ditanam dan diracik sendiri oleh petaninya langsung.

“Dari mulai menanam, produksi, proses hingga pengolahan dilakukan sendiri,” katanya kepada BandungKita.id, belum lama ini.

Wa Gondo sapaan akrabnya mengaku, awal mula melakukan budidaya kopi ini berangkat dari keprihatinannya terhadap para petani yang menjual kopi kepada tengkulak dengan harga yang tak sebanding.

“Ya kita tahu kalau menjual kopi ke tengkulak pasti harganya lebih murah, sementara tengkulak bisa dapat keuntungan yang lebih besar,” ujarnya.

Berangkat dari hal itu, lanjut dia, pihaknya mulai menggali potensi kopi dari hulu ke hilir dengan tujuan mengangkat kembali harga kopi dari petani.

“Dengan usaha seperti itu mungkin harga kopi dari petani bisa jauh lebih tinggi yang tentunya bisa kembali meningkatkan perekonomian warga, dalam hal ini petani kopi,” paparnya.

Kendati demikian, Wa Gondo mengaku, dirinya tidak menjual kopi kepada konsumen dalam jumlah banyak.

Tonton Juga:

Pasalnya, kopi yang diproduksi olehnya hanya untuk konsumsi pribadi dan masyarakat sekitar lantaran produksinya yang masih terbatas.

“Saya batasi karena untuk konsumsi pribadi, kalau ada yang beli saya jual gak nyampe puluhan kilo,” ujarnya.

Ia menjelaskan, panen kopi dilakukan setahun sekali dengan masa panen bisa sampai 4 bulan, bahkan lebih. Hal itu juga menjadi salah satu kendala produksi kopi.

“Untuk harga kopi sendiri cukup bervariasi, kopi dengan kemasan 100 gram dijual dengan harga yang cukup bervariasi mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu tergantung varian,” jelasnya.

Sedangkan, kata dia, untuk kopi dengan varian honey dihargai Rp 25 ribu, natural Rp 30 ribu, wine Rp35 ribu dan full wash Rp 20 ribu per 100 gram.

Dikatakan Wa Gondo, Kopi Bursel memiliki keunikan tersendiri, yaitu dari cita rasanya. Menurutnya, beberapa barista kopi yang pernah melakukan cuping menyebut Kopi Bursel memilik banyak rasa.

“Saat dicoba barista, kopi Bursel memiliki 6 rasa yang berbeda, mungkin karena lokasi penanamannya. Karena cita rasa kopi tergantung kondisi yang ada di sekitarnya,” katanya.

Disinggung soal kendala yang kini tengah dihadapi, para petani masih belum bisa memproduksi dalam jumlah besar. Selain itu, untuk proses pengolahan hingga jadi bubuk kopi sendiri, pihaknya tidak memiliki mesin roasting dan grinder.

“Saya berharap segera ada bantuan dari pemerintah agar potensi kopi di Bandung Barat bisa tumbuh dan berkembang,” tandasnya. (/BandungKita.id) ***