Kritik Tajam Capres Nurhadi-Aldo Soal Eksistensi Media Massa di Indonesia

BandungKita.id, BANDUNG – Di tengah iklim politik tanah air yang semakin riuh oleh kampanye dua nama pasangan calon presiden. Baru-baru ini lini massa justru dihebohkan dengan hadirnya nama calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) fiktif nomor urut 10.

Warganet mungkin sudah tidak asing lagi dengan sosok capres dan cawapres Nurhadi-Aldo yang viral di dunia maya. Poster Nurhadi-Aldo menghiasi beranda media sosial yang sekilas tampak mirip politikus sungguhan. Seperti politisi pada umumnya, Nurhadi-Aldo memiliki partai pengusung, slogan dan poster kampanye.

Namun yang berbeda dari pasangan ini dengan calon lain adalah sisi muatan. Admin Nurhadi-Aldo kerap menyindir politikus dan pemerintah dengan meme lucu. Dilansir dari BBC Indonesia, pasangan yang diusung Koalisi Indonesia Tronjal Tronjol Maha Asyik itu, juga tak segan membahas topik-topik lain yang dianggap sensitif, misalnya tentang isu-isu kiri, legalisasi ganja, maupun isu kristenisasi.

Baru-baru ini Nurhadi-Aldo juga mengkritik secara tajam eksistensi media massa di Indonesia yang dinilai belum bebas dari cengkraman penguasa. Menurutnya, media tidak menjadi tempat edukasi masyrakat, namun justru menjadi panggung bagi para politikus beradu pendapat dan berinfotainment layaknya seorang artis.

“Eksistensi media saat ini adalah bentuk dari kontrol sang penguasa. Media tidak menjadi tempat edukasi masyrakat, namun justru menjadi panggung bagi para politikus beradu pendapat dan ber Infotainment layaknya artis top yg selalu mendapat sorotan, demi meningkatnya klik dan traffic pengunjung tak jarang media melakukan hal-hal yg melampaui nalar, logika, dan akal sehat,” tulis akun instagram nurhadi_aldo.

 

 

Menurut Dildo (singkatan Nurhadi-Aldo), media hari ini lebih senang menyorot hal-hal tak penting bagi kepentingan rakyat yang membuat publik kadang tidak bisa membedakan mana gosip, dan mana informasi. Kondisi media tersebut diumpamakan, seperti nasib para aktivis HAM yang dikekang dan dibatasi oleh para penguasa.

Yang juga tak kalah menjadi kritikan tajam Dildo adalah peran para jurnalis. Menurutnya, sebagian idealisme jurnalis hari ini telah tergadaikan, sehingga lebih memilih jalan aman demi terpenuhinya kebutuhan sehari-hari.

“Para jurnalis diberbagai media bagaikan setang motor yg dikendarai monyet. Mereka tidak dapat menentukan sendiri kata-kata didalam setiap tulisan mereka yang akan muncul, dan tak sedikit dari mereka yang mencari jalan aman demi terpenuhinya kebutuhan sehari-hari. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa idealisme dapat dikalahkan oleh urusan perut dengan sangat mudah,” jelasnya.

Namun demikian kritik Dildo tetap tersebut dibalut bahasa yang khas dan tak menghilangkan sisi humor. Berbarengan dengan postingan tersebut, Nurhadi mengunggah foto pertemuan kenegaraan dirinya bersama Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, sembari berpesan kepada masyarakat luas untuk menjadi pribadi yang merdeka.

“Nurhadi Aldo berpesan kepada masyarakat, jurnalis, dan seluruh mahluk dialam semesta ini tak terkecuali cebong dan kampret, agar tetap menjadi pribadi yg merdeka, tanpa kekangan dari pihak manapun. Berikut foto ketika bapak Nurhadi diwawancarai sebuah stasiun kereta api…,”pungkasnya.***(RES/BandungKita.id)