Mendikbud Sebut Revitalisasi SMK Bisa Tekan Angka Pengangguran di Jabar

BandungKita.id, BANDUNG – Tingginya jumlah penganggaguran di Jawa Barat yang notabene lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) diharapkan dapat dikurangi dalam beberapa tahun kedepan.

Hal itu seiring dengan terbitnya Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016, tentang revitalisasi sekolah menengah kejuruan. Sehingga lulusan SMK dapat terserap oleh kebutuhan industri.

“Ya itu (pengangguran lulusan SMK di Jabar) kan sebelum ada program revitalisasi, mereka kan lulusan lama, dan sekolah itu panennya tidak bisa serta merta. Investasinya tahun 2016, terus 2017 sudah dipanen, kita berharap 2 atau 3 tahun kedepan mulai kelihatan hasil dari revitalisasi ini,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhadjir Effendy, Kamis (21/2/2019).

Dalam lawatannya ke SMKN 9 Kota Bandung, Muhadjir
mengatakan bahwa dari ratusan ribu SMK seluruh Indonesia, yang sudah menjalankan program revitalisasi masih diangka ratusan.

“Kalau total seluruh Indonesia baru ada 230 SMK dari sekitar 13 ribu. Di jawabarat baru 21. Jadi masih banyak, dan biayanya cukup besar,” katanya.

Lebih lanjut Muhadjir menjelaskan, satu sekolah saja bisa merogoh anggaran hingga Rp 10 – 11 miliar. Hal itu dilakukan agar program revitalisasi dapat dilakukan maksimal.

“Pesan pak presiden, agar revitalisasi ini tidak diecer-ecer anggarannya, sehingga nendang istilah beliau. Tapi fokus ke beberapa sekolah dengan anggaran yang cukup, sehingga hasilnya bisa terlihat,” katanya.

Tahun ini, Kemendikbud menargetkan 280 SMK se-Indonesia dapat direvitalisasi.

Adapun, inti dari revitalisasi ini, jelas Muhadjir, secara garis besar adalah racikan kurikulum, baik metode pembelajaran secara teori, maupun pembelajaran praktek, yang melibatkan pihak industri secara langsung.

“Karena itu, sekarang Kemendikbud melakukan perubahan strategi, kurikulum disiapkan untuk kebutuhan lapangan kerja,” ujarnya

Bahkan kemendikbud juga melibatkan pihak-pihak industri untuk langsung menyusun kurikulum. “Kita minta untuk menyusun kurikulumnya, sehingga konten dari mereka (pihak industri) diatas 60 persen, begitu juga lahan prakteknya kita harapkan 60 persen mereka (lulusan SMK) berada di dunia industri, dunia usaha,” pungkasnya.*(Tito Rohmatulloh/Bandungkita.id)

Editor: Dian Aisyah