Milangkala ke-7, Paku Padjadjaran KBB Berkomitmen Lestarikan Seni dan Budaya Sunda serta Jalin Persaudaraan

BandungKita.id, NGAMPRAH – Pagelaran seni wayang golek akan mewarnai puncak acara Milangkala Paku Padjadjaran Kabupaten Bandung Barat (KBB) ke-7. Selain wayang golek, berbagai penampilan seni budaya lainnya akan turut memeriahkan milangkala salah satu organisasi masyarakat (ormas) terbesar di Jawa Barat itu.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Paku Padjadjaran Kabupaten Bandung Barat (KBB), Bemi Mulyana mengatakan milangkala Paku Padjadjaran KBB sendiri diperingati setiap tanggal 27 Maret lalu. Namun, puncak acara milangkala yang diisi pagelaran seni wayang golek dan seni budaya tradisional itu rencananya baru akan digelar di Kecamatan Cipatat, pada 28 April mendatang.

Melalui kegiatan tersebut, kata Bemi, Paku Padjadjaran sebagai organisasi masyarakat kesundaan berkeinginan untuk ikut melestarikan dan menjaga kebudayaan Jawa Barat sekaligus mempererat ukhuwah Islamiyah dengan masyarakat.

BACA JUGA :

Satu Keluarga di KBB Tinggal di Bekas Kandang Domba, Dinsos Akui Belum Berikan PKH, Begini Katanya

 

LIPUTAN KHUSUS (Bagian 2) : Penggiringan Suara Untuk Rian dan Usep, Karang Taruna Serta Dialektika Ala Ujang Rohman

 

Protes Karena Tanah yang Dipakai Lahan Pemda KBB Tak Kunjung Dibayar, Ibu Ini Bikin Tagihan Dengan Spanduk

 

“Kami ingin menjadikan simbol persaudaraan masyarakat Jawa Barat melalui seni dan budaya. Hal ini sesuai dengan misi organisasi kami yaitu mengawal kehidupan bermasyarakat dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa,” kata Bemi saat berkunjung ke Kantor Redaksi BandungKita.id, Selasa (2/4/2019).

Upaya tersebut, sambung Bemi juga sesuai dengan filosifis Paku Padjadjaran yakni silih asih, silih asuh, silih asah, dan silih wangian. Dengan bekal filosofi tinggi tersebut, ia berharap Paku Padjadjaran juga dapat memperkuat tali persaudaraan antara anggota dan juga antar organisasi lainnya.

“Makanya saya menekankan kepada anggota, dalam beroganisasi harus mempunyai nilai plus di masyarakat dengan gerakan sosial. Ini penting untuk menghapus stigma buruk di masyarakat bahwa ormas jangan jadi preman berseragam,” jelas Bemi.

 

Sementara itu, Ketua Penasehat Paku Padjadjaran Cipatat, U Supandi, sempat menyinggung generasi melenial saat ini yang cenderung lebih suka seni modern dan berkiblat ke dunia barat. Oleh karena itu, ia menyebut Paku Padjadjaran akan berusaha terus memperkenalkan seni budaya sunda kepada generasi muda.

“Jalan satu-satunya memang kesenian tradisional harus bisa berkolaborasi dengan kesenian modern dan itu untuk menjawab tantangan zaman,” kata Supandi. (Dian Aisyah/Bandungkita.id)

Editor : M Zezen Zainal M