Kisah Abah Kurdi, Pengrajin Kompor Sumbu di Tengah Perubahan Zaman

Feature, KBB, Terbaru1418 Views

BandungKita.id, NGAMPRAH – Di balik menjamurnya kompor modern berbahan bakar gas LPG, warga Desa Margajaya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, masih konsisten memproduksi kompor sumbu berbahan minyak tanah.

Adalah Abah Kurdi (70), di usia senjanya ia masih bergulat dengan berbagai jenis perkakas untuk memproduksi kompor sumbu. Suara desingan palu nyaring terdengar dari gudang samping rumahnya yang ia gunakan selama puluhan tahun sebagai rumah produksi.

Belasan karyawan yang dulu turut andil dalam pembuatan kompor, kini pergi satu persatu hingga Abah harus produksi seorang diri. “Produksi mah sekarang sendiri. Kadang sehari bisa sampe 4 sampai 5 kompor,” ujar Abah saat ditemui di rumah produksi, Selasa (2/4/2019).

Kakek dua orang cucu ini masih tekun memacu energinya untuk berangkat ke beberapa pasar dan toko untuk memasarkan hasil produksinya. “Ke Pasar Tagog, Pasar Curug Agung, Pasar Atas sampai Pasar Baru. Kalau dulu mah rutin ngirim ke Pamanukan 1000 unit,” ungkapnya.

Abah mengatakan, kompor yang diproduksinya ada tiga jenis. Harganya berkisar Rp 30 ribu hingga Rp 75 ribu. “Kalau yang ukuran besar, biasanya untuk ke restoran. Yang lainnya mah buat pedagang cuangki, baso atau rumah sendiri,” tutur Abah.

Baca juga: Sempat Heboh Karena Jadi Gelandangan, Kini Ayah Marshanda Tinggal di Pesantren, Begini Kondisinya Sekarang

Sementara itu, istri Abah Kurdi, Aisyah (60), mengaku bangga atas suaminya yang masih konsisten melestarikan kompor sumbu di tengah alat masak modern yang terus berkembang.

“Keuntungan mah yang penting cukup buat makan sehari-hari kang. Ada bantuan dari pemerintah ya syukur, gak ada juga gak apa apa,” kata Aisyah.

Meskipun begitu, terkadang dia merasa iba terhadap suaminya yang membawa kompor seorang diri dengan perjalanan jauh untuk dipasarkan. “Abah mah kemana mana sendiri. Ke pasar baru sendiri. Emang kadang suka dibantu juga sama ojek. Satu kali bawa biasanya satu kodi,” papar Aisyah.

Kendati demikian, Aisyah mengaku, kompor sumbu masih banyak diminati. Setiap tahun menjelang bulan puasa, Abah selalu kebanjiran orderan bahkan sampai kewalahan.

Baca juga: Sebanyak 937 Peserta Didik Disabilitas di Jabar Ikuti UNKP 2019

“Menjelang bulan puasa biasanya rame terus a. Tiap tahun sih itu mah pasti. Baik toko atau perorangan pada dateng,” tuturnya.

Dia berharap, pemerintah daerah lebih perhatikan pemasaran UMKM demi kesejahteraan masyarakat. “Di Bandung Barat mungkin nyisa Abah doang yang masih mau produksi kompor sumbu. Harapannya, pemerintah perhatikan juga usaha masyarakat yang ini,” tutupnya.***(Bagus Fallensky/BandubgKita.id)

Editor: Dian Aisyah