Bolehkah Orangtua ‘Stalking’ Medsos Anak Remajanya? Ini Penjelasan Para Ahli

BandungKita.id, PARENTING – Konsep melarang, aturan yang ketat, ‘haram’ membantah, jadi gaya pengasuhan yang boleh dibilang cenderung ‘dimentahkan’ oleh anak remaja milenial. Bukan malah membuat mereka menurut, justru sebaliknya.

Anak remaja jadi lebih suka memberontak, dan cenderung kehilangan rasa hormat. Orangtua saat ini memang harus terus belajar dan up to date terkait isu yang berkembang pada anak remaja. Terutama seputar media sosial.

 

BACA JUGA :

Viral Seorang Remaja Perempuan Ditemukan Pingsan di Pinggir Jalan Usai Dicekoki Minuman oleh Temannya

 

 

Banyak yang stalking (memata-matai) akun media sosial anak remajanya. Bahkan ada yang sampai membuat akun palsu demi bisa berteman di media sosial dengan anak remajanya, seperti dikutip BandungKita.id dari asianparents.com

Kenyataannya, aktivitas di media sosial anak dapat memberikan banyak petunjuk kepada orangtua. Terutama terkait pergaulan mereka atau apakah anak sedang mengalami kesulitan atau tidak.

 

Fakta penggunaan media sosial pada remaja

Ilustrasi Bermain Sosmed (net)

 

Remaja usia 12 hingga 15 yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam perhari, berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental. Hal ini menurut studi yang dipublikasikan oleh JAMA Psychiatry. Permasalahan kesehatan mental ini meliputi depresi, kecemasan, dan agresi.

 

BACA JUGA :

Generasi Muda Rentan Terpapar Radikalisme, Begini Cara Menangkalnya

 

 

Selain itu, media sosial juga dapat mempengaruhi pilihan perguruan tinggi dan pekerjaan di masa depan. Riset juga menunjukkan, media sosial mempengaruhi remaja untuk mengonsumsi narkoba walaupun hal ini jarang terjadi.

Sebanyak 45% remaja mengatakan mereka adalah pengguna media sosial yang online secara konsisten. Dengan fakta demikian, penting bagi orangtua untuk memantau normal anak remajanya media sosial.

 

Apakah Boleh Untuk Mengintai Anak Remaja Kita?

Ilustrasi Orang Tua Memantau Sosmed. (net)

 

Gail Saltz, clinical associate professor of psychiatry di Rumah Sakit New York-Presbyterian, mengungkap kalau memata-matai cenderung berkonotasi negatif. Menurutnya, yang sebaiknya dilakukan orangtua adalah memantau anaknya.

“Memantau adalah mengecek aktivitas anak seminggu sekali sedangkan memata-matai, orangtua melakukannya setiap hari,” ungkap Saltz.

Lisa Strohman, seorang psikolog remaja memberikan trik. Orangtua dapat menggunakan aplikasi, untuk memantau anak, tapi hal ini harus dilakukan secara terbuka. Bukan diam-diam apalagi menggunakan menggunakan akun palsu.

“Misalnya, bisa buat perjanjian. Mama senang kasih kamu ponsel tapi ada syaratnya ya, kita harus berteman di media sosial. Bukan untuk apa-apa, cuma untuk memastikan kakak/ adik selalu aman,” ujar Strohman.

 

Hargai Privasi Anak

Ilustrasi (net)

 

Ada beberapa batas yang tidak boleh dilanggar orangtua ketika memantau anaknya. Saltz menyarankan untuk tidak melihat percakapan anak, karena hal itu adalah privasi. Menurutnya, di beberapa tahap, cukup dengan memantau media sosial mereka.

“Jika ada tanda mengkhawatirkan, bahaya. Misalnya anak depresi, stres, bukalah pembicaraan dengan bijak. Bukan dengan dicecar apalagi disalahkan,” ungkapnya.

 

BACA JUGA :

Ini Dia 6 Cara Aman Menurunkan Berat Badan Bagi Remaja, Dijamin 100 Persen Aman

 

 

Si Anak Remaja Lebih Suka Menyendiri, Normalkah?

Ilustrasi Remaja Penyendiri (net)

 

Memiliki anak usia remaja, pola asuh orangtua tentunya akan berubah. Remaja identik dengan sikap penuh risiko, lebih suka menghabiskan waktu dengan teman-temannya dan kurang suka berkomunikasi dengan orangtua.

Lalu bagaimana jika anak remaja justru lebih suka menyendiri? Pastinya akan menimbulkan kekhawatiran. Pasti akan muncul asumsi, apakah anak mengalami bullying, punya masalah pribadi serta hal negatif lainnya.

Jika cukup dekat dengan anak, mungkin orangtua tak perlu khawatir jika mengetahui anaknya memiliki karakter suka menghabiskan waktunya sendiri karena ternyata ini adalah tanda yang positif.

 

BACA JUGA :

Produk Skincare untuk Remaja, Cukup Punya 5 Hal Ini Aja!

 

 

Sebuah penelitian yang dimuat dalam Journal of Adolescence dan dilakukan di University of California menemukan bahwa anak remaja yang memilih menghabiskan waktunya sendiri kemungkinan besar tahu apa yang terbaik untuk dirinya sendiri, karena kesendirian (solitude) bukan berarti tanda mengurung diri atau depresi.

 

Tak Perlu Khawatir

Ilustrasi Remaja Habiskan Waktu Bersama Keluarga. (net)

 

Dengan kata lain, ketika anak lebih suka membaca buku di rumah, nyaman menghabiskan waktu dengan keluarga atau hewan peliharaan namun tetap bisa mempertahankan kehidupan sosialnya dengan baik dengan teman-temannya, ini bukanlah tanda bahaya.

Dalam hal ini, menghabiskan waktu sendiri adalah sepenuhnya keputusan dan keinginan anak dan mereka tahu apa yang ia mau dan sedang merencanakan sesuatu dengan mengikuti kata hatinya. Namun untuk memastikan anak baik-baik saja, tetap pantau kegiatannya ya Moms. (Azmy Yanuar Muttaqien/BandungKita.id)