Soal Rencana Sekolah Ibu untuk Menekan Angka Perceraian, Aktivis Minta Argumentasi Logis Hengky Kurniawan

KBB, Terbaru587 Views

BandungKita.id, Bandung Barat – Wakil Bupati Bandung Barat, Hengky Kurniawan kembali jadi perbincangan publik akibat postingannya di media sosial yang mengatakan akan meluncurkan program ‘Sekolah Ibu’ sebagai solusi dari meningkatnya angka perceraian di Bandung Barat.

Hengky menganggap persoalan perceraian adalah masalah serius. Sehingga di tahun 2019, pemerintah Kabupaten Bandung Barat akan meluncurkan program ‘Sekolah Ibu’ dengan tujuan untuk memberikan pemahaman berumah tangga. Bagaimana menghadapi suami dan bagaimana berkomunikasi dengan anak.

Melihat pernyataan Hengky yang demikian, Relawan Pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Putri Widi Saraswati mempertanyakan logika yang dipakai mantan pemain sinetron tersebut.

“Dia punya data angka perceraian, tapi dia tidak menyajikan data tentang penyebab perceraian. Bagaimana mau memberikan solusi kalau analisis penyebab aja ga ada?,” ujar Widi kepada BandungKita.id, Senin, (21/12/2018).

Widi juga mengkritisi latar belakang pembuatan ‘Sekolah Ibu’ oleh Hengky yang terinspirasi dari wilayah Bogor, karena diklaim berhasil menurunkan angka perceraian. Menurut Widi, dinamika sosial di Bogor dan Bandung Barat tidak bisa disamakan.

“Pertanyaannya, apakah karakteristik populasi pasangan menikah & dinamika hubungan mereka bersama pasangannya, lantas bisa disamakan begitu saja antara Bogor dengan Bandung Barat?,” kata Widi, melontarkan pertanyaan retoris.

Melalui postingan di akun instagram Hengky itu, Widi menilai landasan pemikiran yang terbaca Hengky adalah bahwa perceraian pasti sesuatu yang buruk sehingga perlu ditekan angkanya.

“Pertanyaannya, apa iya semua perceraian buruk? Bagaimana dengan, misalnya, perceraian yang terjadi pada kasus KDRT? Atau perceraian pada pernikahan di mana salah satu atau keduanya dinikahkan pada usia anak yang merupakan pelanggaran hak asasi manusia?” jelasnya

Sementara itu, Aktivis Komnas Perempuan, Nina Nurmila menilai penyebab perceraian yang terjadi disebabkan oleh faktor ekonomi. Hal tersebut berdasar pada penelitian yang ia lakukan di daerah Bandung Barat melalui wawancara hakim dan pengamatan selama persidangan.

“Padahal di lapangan istri bersusah payah menghidupi rumah tangga, mengurus anak-anaknya tanpa support suami, itu permasalahannya,” ujar Nina seperti dilaporkan Tirto.id, Jumat, (28/12/2018).

Nina menjelaskan hasil wawancara dengan hakim soal cekcok rumah tangga disebabkan masalah ekonomi. Penilitian ini tentu menggugurkan anggapan bahwa penyebab perceraian ada pada istri. “Suami tidak punya pekerjaan, tapi tidak ada upaya untuk mencari. Sehingga istri kesal,” ungkapnya.***(BGS/BandungKita)

Comment