BandungKita.id, CATATAN REDAKSI – Tanggal 9 Desember adalah Hari Antikorupsi Sedunia. Kenapa 9 Desember menjadi penting? Karena kegiatan korupsi sudah menjalar sangat parah bahkan dahsyat di seluruh dunia.
Korupsi bahkan sudah menjadi budaya dan tradisi bagi pejabat kelas kakap maupun masyarakat tingkat birokrat. Korupsi sudah menjadi hobi yang menjanjikan bagi pelakunya.
Korupsi bukan hanya hobi akan tetapi sudah menjadi profesi. Korupsi adalah penyakit akut yang sudah mendarah daging bagi pelakunya.
Salah satu tindak pidana yang menjadi musuh seluruh bangsa di dunia ini adalah korupsi. Sesungguhnya fenomena korupsi sudah ada di masyarakat sejak lama, tetapi baru menarik perhatian dunia sejak Perang Dunia Kedua berakhir.
Di Indonesia sendiri, fenomena korupsi ini sudah ada sejak lama dan masih berlangsung sampai sekarang, baru-baru ini Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) menangkap dua orang menteri kabinet Joko Widodo dalam waktu yang sampir berdekatan.
BACA JUGA :
Edhy Prabowo Ditangkap KPK: KKP Enggan Memberi Tanggapan, Ada Apa?
KPK Tetapkan Wali Kota Cimahi Tersangka Suap Rp1,6 Miliar, Ketua DPP PDIP: Ajay Priatna Dipecat dengan Tidak Hormat
Keduanya yaitu Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo dan Menteri Sosial, Juliari Batubara. Bahkan dalam tataran pemerintah daerah, ada Wali Kota Cimahi, Ajay M Priyatna yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK atas dugaan penerima suap dari izin pembangunan rumah sakit Kasih Bunda.
Belum lama ini, KPK juga telah melakukan pemeriksaan terhadap Bupati Kabupaten Bandung Barat (KBB) Aa Umbara Sutisna. Namun Jubir KPK Ali Fikri belum menyebutkan secara rinci kasus yang berkaitan dengan pemeriksaan Umbara. Kasus itu masih dalam tahapan penyelidikan
Kasus korupsi yang menimpa pejabat-pejabat kita, baik di tingkat pusat maupun daerah seakan mengingatkan kembali kepada penyair almarhum WS Rendra. Penyair legendaris yang dijuluki “Si Burung Merak” itu telah mengingatkan bangsa Indonesa tentang korupsi melalui puisinya “Pantun Koruptor” yang ditulisnya tahun 2011.
Berikut ini syair Pantun Koruptor karya W.S Rendra
PANTUN KORUPTOR
Karya: W.S Rendra
Kalau ada sumur di ladang
Jangan diintip gadis yang mandi
Koruptor akalnya panjang
Jaksa dan hakim diajak kompromi
Berburu ke padang datar
Mendapat janda belang di kaki
Koruptor sakit diijinkan pesiar
Uang rakyat dibawa lari
Berakit rakit ke hulu
Berenangnya kapan kapan
Maling kecil sakit melulu
Maling besar dimuliakan
Ur… Ur… Ur… Ur… Bada Ur…
Selendang sutra jingga
Aturan negara ngalor ngidul
Lantaran wakil rakyat korupsi juga
Hio… Hio… Hio… Hio…
Kura kura dalam perahu
Buaya darat didalam sedan
Wakil rakyat jangan ditiru
Korupsinya edan edanan
Si tukang riba disebut lintah darat
Si hidung belang disebut buaya darat
Pedagang banyak hutang itulah
konglomerat
Mereka yang berhutang yang bayar lha kok
rakyat?
Binatang bego itu kura kura
Binatang lamban juga kura kura
BBM naik rakyat sengsara
Uang bea cukai ditilep juga
Aduh aduh cantiknya si janda kembang
Sedang menyanyi si Jali Jali
Hujan emas di rantau orang
Hujan babu di negeri sendiri
Membaca kembali puisi WS Rendra tersebut, kita sudah pasti trenyuh dan mengelus dada. Betapa tidak, bangsa kita yang sejak bertahun-tahun dikenal begitu religius (agamis) ternyata saat ini sebagian besar menjadi koruptor.
Pertanyaan yang muncul kemudian, apa yang menyebabkan seseorang melakukan korupsi? Apa yang memicu terjadinya praktik korupsi? Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi baik berasal dari dalam diri pelaku atau dari luar pelaku.
Ketika perilaku materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih ‘mendewakan’ materi maka dapat ‘memaksa’ terjadinya permainan uang dan korupsi dengan kondisi itu hampir dapat dipastikan seluruh pejabat kemudian terpaksa melakukannya.
Penyebab seseorang melakukan korupsi karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu ditahannya.
BACA JUGA :
Teten Masduki Tanggapi Dugaan Pungli Dana BPUM di Dinas Koperasi dan UMKM KBB
Oknum Pegawai Dinas Koperasi dan UMKM KBB Diduga Lakukan Pungli Dana BPUM
Polda Jabar Didesak Ungkap Aktor Intelektual Kasus Pungli TKK “Siluman” Pemkab Bandung Barat
Ketika dorongan untuk menjadi kaya tidak mampu ditahan sementara akses ke arah kekayaan bisa diperoleh melalui cara berkorupsi, maka jadilah seseorang akan melakukan korupsi.
Dengan demikian, jika menggunakan sudut pandang penyebab korupsi seperti ini, maka salah satu penyebab korupsi adalah cara pandang terhadap kekayaan. Cara pandang terhadap kekayaan yang salah akan menyebabkan cara yang salah dalam mengakses kekayaan.
Masalah korupsi pada dasarnya merupakan masalah umat manusia yang dalam usaha mendapatkan kebutuhan dan atau keinginannya yang dilakukan dengan cara yang tidak mengikuti atau melanggar norma-norma yang berlaku, unsur agama serta pendidikan budi pekerti sangat besar peranannya dalam rangka usaha penanggulangan, pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Namun pada akhirnya yang terpenting adalah kesadaran dan kedewasaan masyarakat akan bahaya korupsi dan dampak dari korupsi itu sendiri. Hal ini perlu ditanamkan dan dikembangkan sejak dini, terutama dalam memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia saat ini. (Azmy Yanuar Muttaqien /BandungKita.id).
Editor : Azmy Yanuar Muttaqien