Bahaya! Ini 6 Akibat Jika Terlalu Sering Mengonsumsi Makanan Olahan

BandungKita.id, HEALTH – Ada banyak sekali jenis makanan olahan yang tanpa disadari sering kita konsumsi. Sebagai contoh, kita sering mengonsumsi makanan kalengan seperti sarden, mie instan, hingga daging olahan seperti bakso, nugget, dan sosis.

Rasa dari makanan-makanan ini cenderung enak dan praktis untuk diolah. Sayangnya, terlalu sering mengonsumsi makanan olahan juga bisa memberikan dampak kurang baik bagi kesehatan.

Academy of Nutrition and Dietetics menyebut makanan olahan sebagai makanan yang dikalengkan, dikemas secara khusus, dibekukan, hingga diubah kandungan nutrisinya. Pakar kesehatan juga menyarankan kita untuk membatasi konsumsinya.

Berikut adalah beberapa dampak dari kebiasaan mengonsumsi makanan olahan menurut pakar gizi dan kesehatan :

1. Menyebabkan gangguan pencernaan

Dr. Farshad Marvasti, MPH yang berasal dari University of Arizona College of Medicine menyebut hobi mengonsumsi makanan olahan bisa menyebabkan datangnya masalah pencernaan. Hal ini disebabkan oleh keberadaan bahan kimia tambahan yang cenderung sulit untuk dicerna atau dimetabolisme oleh saluran pencernaan.

Selain itu, keberadaan bahan-bahan tambahan ini bisa mempengaruhi keseimbangan bakteri di dalam usus. Padahal, jika sampai kondisi bakteri ini terganggu, besar kemungkinan kita akan mengalami gangguan pencernaan.

Dr. Fashad menyarankan kita untuk selalu mengecek label komposisi dari makanan olahan untuk mengetahui apa saja bahan-bahan kimia tambahannya. Jika bahan-bahan ini tidak alami atau berpotensi memicu gangguan pencernaan, sebaiknya tidak kita konsumsi.

2. Menyebabkan gangguan fungsi kognitif

Pakar kesehatan menyebut kebiasaan mengonsumsi makanan olahan, khususnya makanan tinggi kandungan karbohidrat sederhana atau gula bisa memicu gangguan fungsi kognitif yang dalam dunia medis disebut sebagai brain fog.

Kondisi ini disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi makanan olahan bisa membuat kita kekurangan beberapa asupan nutrisi yang penting bagi aktivitas otak. Hal inilah yang akhirnya membuat kita kesulitan untuk berpikir dengan lebih jernih.

BACA JUGA :

3. Mengganggu keseimbangan kadar gula darah

Jika kita terlalu sering mengonsumsi makanan olahan yang tinggi kandungan karbohidrat sederhana, maka hal ini akan menyebabkan kenaikan kadar gula darah dengan signifikan. Tubuh pun langsung bereaksi dengan memproduksi insulin lebih banyak demi mengolah gula darah tersebut.

Jika hal ini terjadi, maka gula darah bisa anjlok hingga di bawah normal. Kondisi inilah yang akhirnya bisa menyebabkan gejala seperti perut kapar, badan gemetaran, tubuh lemas, dan keinginan untuk makan dengan berlebihan.

Jika kita sering mengalami hal ini dan menurutinya dengan makan lebih banyak, risiko terkena obesitas atau diabetes tentu akan meningkat.

4. Resistensi insulin

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, terlalu sering mengonsumsi makanan olahan bisa menyebabkan datangnya gangguan keseimbangan kadar gula darah. Masalahnya adalah jika sampai hal ini terus terjadi, maka risiko untuk menyebabkan resistensi insulin yang merupakan kondisi awal dari diabetes bisa muncul.

Hal ini disebabkan oleh kandungan makanan olahan yang tinggi kandungan sirup jagung yang akan mengganggu produksi insulin dari pankreas. Pankreas yang terus bekerja keras akan lebih rentan mengalami kerusakan dan akhirnya memicu datangnya resistensi insulin.

5. Ketagihan

Karena rasanya enak dan memiliki kandungan zat aditif, makanan olahan cenderung bisa membuat kita ketagihan. Bahkan, dalam banyak kasus, kita sebenarnya sadar bahwa perut sudah kenyang namun kesulitan untuk mengonsumsi makanan olahan. Hal ini tentu akan membuat kita makan dengan berlebihan yang bisa saja berimbas pada datangnya obesitas.

6. Gangguan kecemasan
Makanan olahan bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental, khususnya dalam hal menyebabkan gangguan kecemasan hingga merusak pola tidur harian kita.

Melihat fakta-fakta ini, sebaiknya kita memang mulai membatasi asupan makanan olahan demi menjaga kesehatan. Yuk hidup lebih sehat. (M Zezen Zainal M)

 

sumber : doktersehat.com

Editor : M Zezen Zainal M

Comment