Meski Banjir Surut, Mayoritas Warga Memilih Bertahan di Tempat Pengungsian

BandungKita.id, SOREANG – Banjir yang menerjang 4 Kecamatan di Kabupaten Bandung sejak beberapa pekan terakhir, hari ini nampak surut. Beberapa pemukiman warga yang semula tergenang, kini tak terlihat lagi. Meski demikian, sejumlah warga banyak yang memilih bertahan di tempat pengungsian. Pasalnya mereka khawatir terjadi banjir susulan.

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, dari 1.104 jumlah keseluruhan pengungsi. Sebanyak 800 orang masih bertahan di Posko Darurat Bencana yang terbagi di tiga titik yaitu Gedung Inkanas di Baleendah, Shelter Dayeuhkolot, dan Gedung Tanggo di Bojongsoang.

“Jumlah pengungsi ada 1.104 jiwa, tapi sekarang sudah ada sebagian memilih pulang ke rumah masing-masing. Yang memilih bertahan mungkin sekitar 800-an,” kata Kepala BPBD Kabupaten Bandung Ahmad Johara, Selasa (12/3/2019).

Pemkab Bandung memastikan kebutuhan warga di tempat pengungsian seperti air bersih, makanan dan obat-obatan tetap terjamin. Johara mengatakan warga baru bisa pulang setelah cuaca benar-bena-mendukung dan kondisi rumahnya telah bersih dari meterial lumpur yang di bawa banjir.

“Kita sudah bicara dengan BMKG, memang masih ada potensi hujan, khawatir ada banjir susulan, mereka baru bisa pulang setelah cuaca mendukung dan lumpur di tempat tinggalnya berhasil dibersihkan,” jelasnya.

Senada dengan Johara, salah satu korban banjir di Kampung Cigosol RT 05 RW 09 Kelurahan Andir, Ghifari Nurdianto (14) mengatakan memilih bertahan di pengungsian karena khawatir ada bencana susulan.

Selain itu, siwa kelas VII SMP 1 KP Baleendah tersebut menjelaskan dirinya baru akan pindah dari pengungsian, jika tempat tinggalnya telah layak untuk dihuni.

“Takut ada banjir lagi, jadi di sini (tempat pengungsian) dulu saja. Rumah juga masih berantakan, masih banyak lumpur, mesti beres-beres dulu,” katanya.

Ia menjelaskan dirinya telah tinggal di Posko Pengungsian selama 3 minggu. Hal itu cukup membuatnya bosan dan ingin segera menempati rumahnya kembali.

Pasalnya, suasana di tempat pengungsian kurang representatif untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah. “Ingin segera pindah sih, tapi gimana lagi. Saya sulit mengerjakan tugas sekolah karena banyak orang. Mau nggak mau, ya memasksakan saja,” pungkasnya. (Restu Sauqi/Bandungkita.id)

Editor: Dian Aisyah

Comment