Siswa SDN 1 Andir Masih Belajar di Pengungsian

BandungKita.id, SOREANG – Kegiatan belajar mengajar 220 siswa SDN 1 Andir Baleendah, hingga hari ini masih dilakukan di GOR dan Asrama Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Baleendah. Pasalnya, baik siswa atau guru khawatir terjadi banjir susulan. 

Kepala SDN 1 Andir, Yeti Setiawati Nurman mengatakan, sekolahnya merupakan tempat langganan banjir. Sejak tahun 2018 hingga 2019, anak didiknya telah mengungsi selama 7 kali. Berdasarkan pengalamannya, kegiatan belajar mengajar (KBM) terpaksa pindah ke posko pengungsian paling lama 5 sampai 7 hari. Namun, pada bencana banjir kali ini, pihaknya telah mengungsi selama 5 pekan. 

Memang ini merupakan waktu paling lama. Biasanya cuma tiga hari, lima hari, atau paling lama seminggu. Namun sekarang, kita sudah mengungsi selama 5 minggu,” jelas Yeti, Rabu (13/3/2019). 

Seperti diketahui, bencana banjir yang melanda empat kecamatan di Kabupaten Bandung saat ini mulai surut. Namun hingga hari ini, SDN 1 Andir masih melakukan KBM di Posko Pengungsian karena takut terjadi banjir susulan. 

Sebenarnya sudah ingin pindah, tapi khawatir ada banjir lagi. Kita sudah 3 kali berencana pindah, sekolah sudah dibersihkan, ruangan telah siap pakai, tapi tiba-tiba malam hari air naik lagi,” katanya. 

Baca Juga: 

Dua Ratus Personil Gabungan, Bersihkan Lumpur Sisa Banjir Baleendah 

Meski Banjir Surut, Mayoritas Warga Memilih Bertahan di Tempat Pengungsian 

Saat KBM di pengungsian, SDN 1 Andir menerapkan beberapa kebijakkan baru bagi siswanya seperti, memperbolehkan siswa tak memakai seragam dan mengurangi jam belajar. Meski begitu, Yeti berharap murid-muridnya bisa segera menempati kembali sekolahnya dan belajar seperti biasanya. 

Selain itu, ia juga ingin BPBD dapat menyediakan papan tulis dan  memberi tambahan tikar untuk alas para siswa di tempat pengungsian. “Anak-anak belajar di keramik, saya khawatir mereka sakit. Kita juga kekurangan papan tulis, sehingga guru terpaksa menggunakan media kertas atau dengan cara mendikte,” pungkasnya. (Restu Sauqi) 

Editor: Dian Aisyah 

Comment