Ikah dan Cerita Kampung Cisirung yang Bergetar

BandungKita.id, SOREANG – Ikah (49), seorang pedagang di Kampung Cisirung RT.02 RW. 02 Kelurahan Pasawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung menyajikan kopi hitam bagi pelanggannya. Sesaat setelah diletakan, air kopi dalam gelas itu tampak bergoyang seperti tengah terjadi gempa bumi.

Jika malam hari tiba, bukan saja gelas kopi yang bergetar, namun kaca jendela, perabot dapur, hingga ranjang juga bergetar. Namun hal bukan disebabkan fenomena alam gempa bumi, melainkan akibat getaran mesin tenun di pabrik tekstil yang berdekatan dengan pemukiman warga.

“Sudah hampir 8 bulan sejak pabrik tekstil itu beroperasi, warga terus terkena dampak getaran,” jelasnya, Rabu (3/4/2019).

Ikah khawatir getaran tersebut akan mencelakakan warga. Pasalnya, salah satu benteng pembatas antara pabrik dengan pemukiman warga beberapa bulan ke belakang telah ambruk. Ia takut ada bangunan lain yang roboh dan mengenai salah satu warga.

Baca juga: Gara-gara Benda Asing, Esteban Vizcarra Harus Absen 2 Bulan

Selain itu, ibu dua orang anak itu kerap menambal beberapa dinding rumahnya yang retak. Bahkan ia sering mengeluh pusing dan tak bisa tidur saat malam hari.

“Saking getarannya besar kaca jendela bersuara, malah saya sulit tidur karena pusing merasa berputar,” paparnya.

Dampak getaran dari pabrik bukan saja dirasakan Ikah, hampir seluruh warga Kampung Cisirung yang berjumlah sekitar 100 kepala keluarga (KK) merasakannya.

“Bukan hanya kaca dan perabot rumah, genting pun tak jarang bergeser hingga jatuh,” kata warga lainnya Aditia Prayoga (22).

Baca juga: Disdik Kota Bandung Akan Siapkan Lokasi UASBN Siswa SD Ajitunggal

Menurut Adit, warga Cisirung makin menderita karena getaran tersebut. Karena selama ini warga juga cukup kesulitan dengan adanya banjir, sekarang ditambah getaran mesin pabrik.

Ti handap ku cai, cicing di luhur seieun rempag ku getaran,” ucapnya.

Ia menjelaskan baik pemerintah tingkat kelurahan hingga kabupaten sebenarnya telah mengetahui permasalahan ini dan sempat beberapa kali melakukan survei ke rumah-rumah warga. Tapi, hingga kini belum ada jalan keluarnya.

“Kami sebenarnya sudah bosan dengan survei dari pemerintah lalu menjanjikan akan menuntaskan persoalan. Namun hingga sekarang masih saja tak berubah,” paparnya.

Baca juga: Warga Protes, Uji Coba Rekayasa Lalin di Cimahi Dinilai Sia-sia

Warga pun sempat beberapa kali mendatangi pihak pabrik, namun selalu berakhir nihil. Sebenarnya warga tidak hendak meminta pabrik untuk ditutup, tapi minta efek getaran dihilangkan.

“Pak Gubernur, Pak Bupati tolong, kami bukan ingin menutup pabrik, tapi ingin menghilangkan getaran,” pungkas Adit. (Restu Sauqi/Bandungkita.id)

Editor: Dian Aisyah

Comment