Harga BBM Subsidi Naik, Sopir Angkot dan Pengusaha Bus Menjerit

BandungKita.id, BANDUNG – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menyebabkan sopir angkutan kota (angkot) di Bandung menjerit. Penghasilan mereka semakin tertekan setelah minimnya penumpang dan kini harga BBM pun naik.

Salah seorang sopir angkot Cibaduyut-Leuwipanjang-Kebon Kalapa, Mansyur mengatakan, penghasilan yang kerap didapatkannya setiap hari rata-rata di bawah Rp100 ribu. Ia pun mengaku sulit untuk bisa mendapatkan Rp100 ribu per hari, karena sepinya masyarakat yang menggunakan angkot.

“Sebelum naik (harga BBM), sudah sangat sulit mencapai penghasilan Rp 100 ribu per hari. Apalagi setelah harga BBM naik, penghasilan kian berkuang,” kata Mansyur.

Ia mengaku, jumlah penumpang terus mengalami penurunan untuk menggunakan angkot setelah maraknya transportasi online. Kini, keadaan sulit pun semakin bertambah dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, karena biasanya Mansyur mengisi BBM jenis pertalite untuk angkot yang dibawanya.

“Harusnya, pemerintah lebih dulu menerbitkan kebijakan penyesuaian tarif angkutan. Udah mah sepi, sekarang petalite naik, makin sepi,” cetusnya.

Ia menuturkan, kenaikan harga BBM bersubsidi pasti berimbas pada sektor lainnya seperti harga kebutuhan pokok. Ia pun tak tahu berapa nanti yang akan didapatkan dan dibawa pulang ke rumah dengan kondisi kenaikan harga BBM tersebut.

“Pemerintah tidak bijak, menaikkan harga BBM bersubsidi di tengah kondisi saat ini. Harga-harga lain juga pasti ikut naik,” keluhnya.

Hal senada pun diungkapkan pengusaha PO Mega Trans Holiday, Dafiq Serunting. Ia menilai pemerintah mengeluarkan kebijakan kenaikan BBM begitu mendadak dan berdampak menimbulkan kerugian pada perusahaan otobusnya.

“Harga solar naik sekitar 32%, tapi tarif masih berlaku yang lama. Misal, pelanggan memesan lima bus untuk berangkat ke Malang. Kami mesti menanggung selisih harga (solar) sebelum yang setelah naik harga,” ujar Dafiq.

Kerugian lainnya, lanjut Dafiq, terdapat sejumlah pelanggan membatalkan pemesanan. Merespons kenaikan tarif BBM, pihaknya perlu menyesuaikan tarif bus. “Untuk pelanggan yang belum melakukan pembayaran setelah kenaikan harga BBM, kami memberlakukan tarif baru. Banyak pelanggan yang mundur, membatalkan pemesanannya,” ungkapnya.

Comment