BandungKita.id – Fenomena pergerakan tanah “likuifaksi” disebut Bapelitbang Kota Bandung berpotensi terjadi di Kota Bandung diragukan oleh LIPI. Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Adrin Tohari berpendapat fenomena likuifaksi tidak akan terjadi di Kota Bandung, karena lapisan tanahnya merupakan tanah lempung.
Seperti diberitakan BandungKita.id, Kasubit Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Bappelitbang Kota Bandung Andry Heru Santoso mengatakan sedikitnya ada 10 kecamatan di Kota Bandung yang berpotensi terjadi likuifaksi. Wilayah tersebut berada di Bandung Selatan dan Bandung Timur.
“Wilayah Kota Bandung ke arah bagian Selatan atau Timur itu lapisan permukaan sampai kedalaman 15 meter itu tanah lempung. Secara teori lapisan tanah lempung tidak akan terjadi likuifaksi,” ujar Adrin kepada BandungKita.id, Jumat (12/10).
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukannya selama 3 tahun yakni dalam rentang tahun 2005 sampai 2007. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan teknik pengeboran, diketahui jika tanah di wilayah Bandung merupakan tanah lempung.
“Saya pernah meneliti ini pada tahun 2005 sampai 2007. Terutama untuk wilayah Selatan dan Timur serta sebagian wilayah Kabupaten Bandung itu didominasi oleh tanah lempung,” katanya.
Menurutnya, fenomena likuifaksi hanya terjadi pada daerah yang memiliki kandungan tanah pasir. Sehingga kecil kemungkinan terjadinya likuifaksi di kota Bandung.
“Ini secara teori dikaitkan dengan data yang kita kumpulkan tidak akan terjadi likufaksi. Kalau engga ada tanah pasir engga akan terjadi likuifaksi,” ungkapnya.
Menurut Adrin, meski tidak berpotensi terjadi likukfaksi, jika sesar lembang bergerak dan terjadi gempa, maka yang terjadi yakni amplifikasi yang berarti dampak goncangan akan terasa kuat karena lapisan tanahnya lunak.
“Jadi getaran lebih kuat. Kalau ada gempa susulan, bahaya amplifikasi ini bisa membuat fondasi mengalami kerusakan, bahkan bisa roboh. Wilayah sungai pun bisa retak-retak,” ungkapnya. (BKI/BandungKita.id)
Comment