BandungKita.id, GUNUNGHALU – Bupati Kabupaten Bandung Barat (KBB) terpilih, Aa Umbara Sutisna masih memiliki pekerjaan rumah (PR) besar di masa kepemimpinannya. Pemerataan pembangunan yang selama ini menjadi persoalan yang kerap muncul diharapkan menjadi salah satu prioritas penanganan Bupati Aa Umbara.
Selama ini ketimpangan pembangunan di wilayah utara dan tengah KBB tampak begitu mencolok jika dibandingkan dengan pembangunan di wilayah selatan KBB. Wilayah utara dan tengah seperti Lembang, Cisarua, Ngamprah, Padalarang, Batujajar tampak berkembang pesat.
Sebaliknya, pembangunan di wilayah selatan KBB seperti Cihampelas, Cililin, Sindangkerta, Gununghalu, Cipongkor dan Rongga tampak begitu tertinggal. Laju ekonomi pun terlihat sangat lambat.
“Kami berharap Bupati baru dapat lebih memperhatikan warga di selatan KBB. Kami tidak mau dinomorduakan terus,” ujar Atep Nurjaman warga Kampung Cihanjawar, Desa Sukasari, Kecamatan Gununghalu, kepada BandungKita.id, Jumat (9/11/2018).
Salah satu bukti masih adanya ketimpangan dalam pembangunan di KBB, saat ini ternyata masih ada daerah di selatan KBB yang hingga kini belum teraliri listrik. Padahal seperti diketahui, KBB merupakan salah satu pemasok listrik bagi wilayah Jawa dan Bali melalui beberapa waduk besar seperti PLTA Saguling dan PLTA Cirata.
Ironisnya, warga KBB sendiri masih banyak yang belum menikmati “terangnya” listrik yang selama ini justru KBB dikenal sebagai penghasil listrik. Bahkan warga yang sudah berulangkali mengajukan sambungan listrik seolah diabaikan oleh Pemkab Bandung Barat maupun PLN.
Salah satu kampung yang belum menikmati aliran listrik adalah Kampung Cihanjawar, Desa Sukasari, Kecamatan Gununghalu. Puluhan warga di kampung ini sejak merdeka sama sekali belum menikmati terangnya listrik.
Bila malam hari tiba, warga Kampung Cihanjawar menggunakan alat penerangan seadanya seperti lampu tempel, cempor, obor, lilin atau baterai portabel.
Beberapa warga yang terbilang mampu sedikit beruntung karena mereka bisa “nyolok” listrik ke rumah warga di kampung tetangga meski harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk pengadaan kabel listrik yang mencapai ratusan meter.
“Kami sudah berulang kali mengajukan sambungan listrik ke kampung kami. Kami sampai mengumpulkan tanda tangan warga. Warga kami hanya ingin ada listrik. Tapi sampai sekarang belum ada. Kami bingung harus ke mana lagi mengajukan,” tutur Atep.
Di Kampung Cihanjawar, kata dia, setidaknya terdapat sekitar 50 rumah warga dengan jumlah ratusan jiwa. Berdasarkan perhitungannya, tambah Atep, dari tiang ujung PLN yang sudah ada di kampung lain, dibutuhkan paling sedikit 11 tiang agar listrik bisa masuk ke kampung terpencil tersebut.
“Saya berharap Pak Bupati baru dapat lebih memperhatikan kami yang tinggal di selatan KBB. Kami sejak merdeka belum menikmati listrik,” ujar Atep.(ZEN/BUD/BandungKita.id)
Comment