Unyil Melahirkan Bayi Mungil, Populasi Orang Utan di Taman Satwa Cikembulan Bertambah

BandungKita.id, GARUT – Populasi orang utan yang ada di lembaga konservasi Taman Satwa Cikembulan (TSC) di Desa Cikembulan, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, kini bertambah. Hal ini menyusul lahirnya bayi mungil dari induk orang utan bernama Unyil belum lama ini. Unyil melahirkan bayi mungil pada tanggal 10 November 2018, bertepatan dengan hari Pahlawan Tahun Lalu.

Bayi yang dilahirkan Unyil ini berjenis kelamin betina. “Alhamdulillah tepat pada tanggal 10 Novenmber lalu telah lahir seekor bayi orang utan yang sangat mungil. Bayi orang utan itu merupakan turunan dari sepasang orang utan yang dititipkan di sini bernama Jana dan Unyil,” ujar pengelola Taman satwa Cikembulan, Rudi Arifin, Minggu (13/1/2019).

Rudy juga mengaku sangat bersyukur karena saat ini kondisi bayi orang utan tersebut dalam keadaan sehat dan sudah mulai mau disusui induknya. Bayi orang utan itu sendiri lahir secara alami akan tetapi tetap di bawah pengawasan dokter hewan.

Untuk memastikan kesehatan bayi orang utan itu tetap terjaga, tutur Rudi, pihaknya terus melakukan pemantauan secara intens. Bahkan pemantauan juga melibatkan tim medis dalam hal ini dokter hewan dan juga petugas Balai Konservasi Sumber daya Alam (BKSDA) Wilayah V Garut.

Disampaikan Rudi, dari hasil pengamatan secara fisik, kondisi bayi orang utan itu secara umum sangat baik. Perkembangannya pun menunjukan ke arah yang sangat positif sehingga tidak mengkhawatirkan pihak pengelola.

“Kita memang baru bisa memantau perkembangannya secara fisik. Kita belum bisa memeriksa langsung kondisi kesehatannya karena masih dijaga ketat oleh induknya yang sangat protektif,” katanya.

Baca juga: Pengusaha Penyamak Kulit di Garut Terancam Gulung Tikar, Ini Sebabnya

Dengan lahirnya seekor bayi orang utan ini, tambah Rudi, saat ini jumlah populasi orang utan di TSC menjadi 6 ekor. Rudi berharap bayi orang utan yang belum lama lahir itu bisa terus tumbuh dalam kondisi sehat dan ke depannya bisa kembali berkembang.

Menurutnya, kelahiran bayi orang utan ini segala sesuatunya berjalan sesuai aturan. Tak lama setelah bayi itu lahir, pihaknya langsung melaporkannya ke BKSDA Wilayah V Garut yang begitu antusias dan langsung datang untuk melakukan pemantauan.

Pasca kelahiran bayi orang utan itu, tambahnya, pihaknya fokus terhadap pemulihan kondisi kesehatan dan stamina sang induk. Pemberian multivitamin, asupan gizi dan makanan yang sehat terus dilakukan.

Rudi menyampaikan, kesehatan sang induk sangat penting untuk diperhatikan. Induk yang sehat tentunya bisa mengurus bayinya dengan baik termasuk memberikan air susunya untuk sang bayi sehingga kondisi bayinya pun akan dapat tumbuh dengan baik pula.

Masih menurut Rudi, berdasarkan dari pengalaman sebelumnya, pengawasan yang dilakukan terhadap bayi orang utan membutuhkan waktu cukup lama. Paling sebentar membutuhkan waktu hingga satu tahun, bahkan bisa saja mencapai dua tahun.

“Pengawasan terhadap bayi orang utan yang sebelumnya juga lahir di sini membutuhkan waktu hingga dua tahun. Namun tentunya hal itu tidak selalu sama, tergantung pada kondisi bayinya seperti apa hanya paling sebentar butuh waktu satu trahun,” ucap Rudi.

Baca juga: Hindari Pemotongan Dana Bantuan Sosial, Pemda Garut Libatkan Kepolisian

Sementara itu Kasi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah V Garut, Purwantono mengaku sangat mengapresiasi pihak pengelola Taman Satwa Cikembulan yang dinilai berhasil mengembangbiakan salah satu satwa langka yang juga dilindungi undang-undang.

Ia berharap hal serupa juga bisa terjadi pada jenis satwa langka lainnya yang ada di Taman Satwa Cikembulan. “Tak mudah untuk dapat mengembangbiakan satwa langka seperti halnya orang utan. Namun ternyata hal itu bisa dilakukan di Taman Satwa Cikembulan ini sehingga kami sangat mengapresiasinya,” kata Purwantono yang ditemui di Taman Satwa Cikembulan, Kecamatan Kadungora.

Ia membeberkan, ketika ada satwa langka yang berhasil dikembang-biakan di lembaga konservasi seperti halnya Taman Satwa Cikembulan, itu bisa menjadi barometer keberhasilan pihak pengelolanya. Karena menurutnya, satwa langka seperti halnya orang utan tidak mudah dikembangbiakan apabila ditempatkan di tempat yang tidak membuatnya nyaman.

“Ketika ada satwa terutama satwa langka yang bisa berkembang biak dengan baik, berarti lembaga konservasi tersebut dianggap berhasil menciptkana suasana nyaman bagi para satwa dan dapat beradaptasi dengan baik. Kami tentunya sangat mengapresiasi hal ini dan berharap pengembangbioakan juga bisa dilakukan terhadap satwa langka lainnya,” harap Purwantono. (Rul/BandungKita)

Comment