Kecam Perburuan Satwa, Profauna Indonesia Gelar Aksi Save Primata

BandungKita.id, BANDUNG – Perburuan primata di Indonesia terus terjadi. Bahkan, perburuan tersebut dilakukan bukan sekadar kepentingan ekonomi tapi juga hobi.

Demikian disampaikan, koordinator Profauna Indonesia (PFI) Jawa Barat, Nadya Andriani dalam aksi peringatan hari Fauna Indonesia di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (30/1/2019) kemarin.

Nadya mengatakan, aksi tersebut rutin di gelar setiap tahun untuk mengkampanyekan kepada masyarakat pentingnya menjaga primata.

“Tahun ini, aksi kepedulian kita terhadap status primata yang ada di Indonesia digelar dengan mengusung tema stop berburu primata,” kata Nadya di sela-sela aksi.

Tema tersebut diangkat lantaram jumlah primata di Indonesia semakin hari kian berkurang. Menurutnya, berkurangnya populasi primata, terutama di Jawa Barat, disebabkan masih banyak oknum masyarakat yang memburu primata.

“Padahal menurut Polisi, aturan larangan menggunakan senapan angin untuk memburu primata memang ada, tapi belum optimal ditegakan,” lanjuta Nadya

Sayangnya, kata Nadya, pemerintah Provinsi Jawa Barat sejauh ini nampaknya belum memandang persoalan perburuan primata sebagi isu yang serius.

“Karena setahu saya Pemprov Jabar belum memiliki aturan khusus tentang larangan menggunakan senapan angin untuk perburuan,” ujarnya.

Meski perburuan primata menggunakan senapan angin tidak terlalu, masif namun PFI menilai hal tersebut bisa kian meluas jika tidak segera dilakukan pencegahan.

“Makanya kenapa aksi ini di Gedung Sate, karena kami berharap Pemerintah Provinsi Jawa Barat melihat isu ini sebagai suatu masalah yang memang harus di buat aturan khusus,” ujarnya.

Adapun wilayah yang rawan terjadi perburuan yakni wilayah Sumedang, Tasikmalaya dan Bandung Barat. Ironisnya, kata Nadya, justru yang memburu ini mayoritas bukan warga Jawa Barat.

“Mereka banyak memburu Lutung dan Kukang, karena pangsa pasarnya juga masih banyak, padahal kan itu dilindungi,” lanjutnya

Kukang Jawa termasuk dari 4 jenis hewan yang terancam punah. Berdasarkan catatan Profauna, hewan ini juga masih sering diperjualbelikan dan dipelihara.

“Yang paling miris itu ditembak untuk faktor kesenangan probadi, ditembak, kemudian mati lalu di unggah ke media sosial, ini yang mulai marak,” kata Nadya

Nadya mencatat, di Indonesia kasus primata mati yang diunggah ke sosial media mencapai 12 kasus. “Di Jawa Barat sendiri kasus primata mati di unggah ke medsos itu belum ada,” kata Nadya.***(THR/BandungKita)

Comment