Rekayasa Lalu Lintas di Jalan Terusan Jakarta Dinilai Hanya Memindahkan Titik Kemacetan

BandungKita.id, BANDUNG – Diberlakukannya rekayasa lalu lintas disepanjang Jalan Terusan Jakarta untuk mengurai kemacetan ternyata belum mampu berbuat banyak. Sejumlah pengendara menilai rekayasa dengan memasang pembatas jalan tersebut gagal menyelesaikan kemacetan. Langkah tersebut dinilai hanya memindahkan titik macet saja.

Hal tersebut dikatakan salah satu pengemudi ojek online (ojol), Sandi Ahmad (28), saat ditemui BandungKita.id di kawasan jalan Jakarta, Selasa (15/1/2019).

“Meskipun ini percobaan, tapi saya kira kalau posisinya seperti ini nanti bakal terjadi kemacetan lebih parah. Saya driver (Ojol) misal, dapat penumpang di Jalan Purwakarta. Kalau dari arah jembatan pelangi harus memutar lebih jauh sekitar 500 meter lebih, terus kan driver yang biasa beroperasi di jalur ini sangat banyak,” ujarnya.

Namun Warga asal Kelurhan Kebon pisang, Kecamatan Sumur Bandung itu memprediksi meski bakal ada titik macet baru, namun intensitas kemacetan di Jalan Terusan Jakarta tak bakal separah jalur macet lain di Kota Bandung

“Kita bandingkan dengan Jalan Sunda misalnya, disana sudah satu arah apakah tidak macet ? tetap macet kan, karena banyak simpangan dan ada palang pintu kereta api, tapi di jalan Terusan Jakarta ini kan palang engga ada, jalan alternatif banyak, jadi ga akan terlalu macet menurut saya, sebagai pemotor yah,” lanjut Sandi.

Baca juga: Urai Kemacetan, Pemkot Bandung Bersama Polrestabes Bandung Terapkan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan Terusan Jakarta

Pengendara Ojol lainya, Hadi Rianto (24) menyebut hal serupa, bagi Hadi upaya Pemerintah Kota Bandung mengurai kemacetan di Jalan Terusan Jakarta cukup diapresiasi, meski sebetulnya Pemkot bisa memilih opsi lain untuk mengurai kemacetan.

Hadi menyarankan agar penutupan persimpangan di Jalan Terusan Jakarta tidak berlaku permanen karena akan sangat merugikan warga. Ia ingin penutupan tersebut berlaku tentatif pada jam-jam sibuk saja.

“Dengan adanya rekayasa ini, menunjukan itikad pemkot Bandung mengurai kemacetan ya serius, tapi saya pikir kalau 24 jam itu simpangan ditutup saya kira banyak masyarakat yang dirugikan, gimana kalau penutupannya hanya dijam-jam macet saja pagi sore misalnya,” ungkap Hadi.

Terlebih, kata Hadi, hari ini banyak masyarakat yang mengandalakan jasa ojol untuk layanan mengantar makanan, dengan adanya penutupan titik putar arah maka membutuhkan waktu antar yang lebih lama.

“Saya di daerah sini banyak yang order antar makanan, ya kerugianya harus muter lebih jauh dulu kalau mau antar pesanan ke Jalan Atlas, Jalan Purwakarta juga, mending kalau titik putar nya lancar kalau macet kan lama, sementara costumer mah maunya cepet,” tutur warga asal Arcamanik tersebut.

Selain Hadi, usulan lainya disampaikan Samsudin (35). Pria berprofesi sebagai pedagang kopi tersebut mengatakan pemasangan pembatas jalan nampaknya kurang efesien karena banyak warga yang membutuhkan titik putar arah terutama saat-saat darurat, bagi Samsul sebagaimana sebelumnya, dengan hadirnya petugas baik Dishub atau Kepolisian di titik tersebut dirasa lebih tepat.

“Misal ada yang sakit lagi buru-buru mau masuk Jalan Purwakarta, kan mana mungkin barriernya dibuka dulu, berat kan. Tapi kalau ada petugas kan enak kalau ada yang sakit, ambulan diboleh kan berputar kalau kendaraan lain jangan misalnya gitu,” ujarnya.

“Mending kaya dulu, ada petugas aja ditiap tituk putar arah, kalau pakai pembatas gini petugas-petugas itu kerjanya ngapain dong?,” pungkasnya. (TRH/BandungKita)

Comment