Kisah Abas Bastaman, Pegiat Lingkungan Jawa Barat : Pernah Diculik dan Keluar Masuk Penjara Karena Konsisten Menjaga dan Menyelamatkan Lingkungan

BandungKita.id, BANDUNG – Usianya kini tak lagi muda. Namun hal itu tidak menyurutkan langkah pria paruh baya ini untuk terus menyuarakan pentingnya menjaga lingkungan.

Dialah Abas Bastaman, pria berusia lebih dari setengah abad asal Kota Bandung. Abas telah malang melintang dalam dunia pegiat lingkungan bahkan sejak masa orde baru.

Ditemui di acara car free day, Jalan Ir Haji Juanda, Kota Bandung, Abas bercerita, bahwa soal pelestarian lingkungan adalah isu yang saling berkaitan dan nampaknya tak akan pernah usai. Menurutnya setiap zaman akan memiliki persolan lingkungan dalam bentuknya masing-masing.

Zaman dahulu, kata Abas, persoalan lingkungan terjadi karena maraknya cukong tanah yang membeli paksa tanah warga bahkan dengan harga sangat murah. Hari ini, persoalan lingkungan kerap berkaitan dengan kepentingan perusahaan baik milik pemerintah maupun swasta.

Karenanya, Abas tak ketinggalan mencurahkan isi hatinya dengan berorasi pada aksi damai Aliansi Peduli Cagar Alam yang menolak SK No.25/2018 tentang penurunan status Kamojang dan Papandayan dari Cagar Alam menjadi Taman Wisat Alam (TWA).

“Saya sangat salut kepada kawan-kawan yang hari ini berjuang menjaga alam di tengah semakin sedikitnya generasi muda yang mau berjuang menjaga lingkungan. Teruskan perjuangan para pendahulu kita. Jangan sampai lingkungan kita dibiarakan kian rusak.” ujar Abas kepada BandungKita.id, Minggu (27/1/2010).

BACA JUGA :

Abas bercerita perjalanan hidupnya yang dihabiskan untuk pelestarian lingkungan cukup beragam. Ia berkisah pernah berada di garda terdepan melawan upaya pendirian hunian elit di kawasan puncak Ciumbuleuit pada masa orde baru.

“Setelah Bapak (saya) orasi pada penolakan zaman itu, Bapak banyak yang mendatangi, banyak yang mencari. Bahkan Bapak sampai keluar masuk penjara karena lantang mempertahankan lahan pada tahun 1998,” ungkap Abas mengenang perjalanan hidupnya.

Tak hanya dipenjara, Abas juga bercerita diri nya pernah diculik dengan cara kepala ditutup menggunakan karung. Sebelum akhirnya disekap dan diintimidasi.

“Tapi saya tidak gentar tetap terus mempertahankan kawasan hutan terutama di Kawasan Bandung Utara,” lanjut Abas.

Seiring berjalannya waktu, Abas cukup miris melihat KBU saat ini. Abas menyayangkan sikap pemerintah yang belum mampu bersinergi sehingga pembangunan di KBU terus bergulir.

“Dulu zaman Pak Wagubnya Deddy Mizwar, para walikota dan bupati yang mencakup KBU pernah ditegur bersama. Namun tidak ada kejelasan makanya hingga kini pembangunanan terus meluas,” ungkap Abas.

Tak hanya itu, perjuangan Abas yang telah menggeluti dunia pelestarian alam sejak tahun 1980 tersebut, cukup beragam. Ia bahkan pernah menjadi garda depan menolak pembanguna 25 lantai apartemen di Jalan Bangbayang, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.

“Ada rencana pembangunan apartemen saat itu. Mereka menggunakan pola lama, sosialisasi kemasyarakat pakai preman, minta tanda tangan paksa, ya kita lawan. Alhamdulillah kita bersama warga lain kompak. Dengan kekompakan itu dari 2010 sampai sekarang apartemen tidak jadi dibuat,” ujarnya.

BACA JUGA :

Setelah kejadian tersebut, semangat Abas untuk menjaga lingkungan sepertinya memang tak pernah padam.

Di usianya yang kini menginjak 59 tahun, abas tetap mewakafkan dirinya untuk pelestarian lingkungan dengan bergabung dalam organisaai peneliti bernama Bandung Goverment Research Studies (BigRest).

“Tak hanya riset dan kegiatan rehabilitasi lingkungan, kita juga ada kegiatan beberesih sungai di Kota Bandung, salah satunya Cikapundung,” kata Abas.

Meski begitu, Abas merasa cukup ironis melihat kondisi alam di Kota Bandung juga Jawa Barat. Pasalnya, dua wilayah tersebut memiki peran penting untuk masa depan juga memiliki kawasan penting untuk melihat masa lampau.

“Semoga pemerintah bisa lebih tegas menindak adanya perusakan alam yang terus terjadi baik untuk apartemen, hotel, tambang dan lainnya, agar anak cucu kita tetap tahu bagaimana masa lalu tanah kelahirannya dan tetap bisa menghirup udara bersih di masa depan,” kata Abas. (TRH/BandungKita.id)

Comment