Percepatan Sedimentasi di Sungai Citarum Semakin Tak Terbendung, Pemerintah Diminta Akhiri Alih Fungsi Lahan

BandungKita.id, NGAMPRAH – Percepatan pendangkalan atau sedimentasi di daerah aliran sungai (DAS) Citarum dalam beberapa tahun terakhir dinilai semakin tak terbendung. Kondisi ini disebabkan maraknya kegiatan alih fungsi lahan di wilayah hulu sungai.

Hal tersebut diungkapkan pegiat lingkungan asal Bandung Barat, Indra Darmawan, Selasa (5/2/2019).

Pria yang memiliki 58 orang pasukan pemulung sampah di sunngai citarum itu menilai, percepatan sedimentasi dapat dilihat saat kemarau tiba. Endapan material membuat sungai terpanjang di Jawa Barat itu semakin dangkal.

“Coba lihat di bawah jembatan BBS Batujajar, kalau musim kemarau di sana itu banyak pulau sedimentasi. Padahal mestinya sungai itu dalem banget,” jelasnya.

Menurut Indra penyumbang terbesar sedimentasi bagi sungai Citarum berasal dari wilayah Bandung utara dan wilayah Kab Bandung bagian selatan seperti, Pangalengan, Kertasari dan Ciwidey.

Jika serius ingin menangani Citarum, Indra meminta pemerintah bisa menghentikan alih fungsi tersebut. Terutama mengakhiri alih fungsi lahan hutan menjadi pertanian.

“Di daerah sana itu banyak sekali alih fungsi lahan. Asalnya lahan hutan tutupan, berubah menjadi lahan pertanian. Nah ini yang perlu ketegasan,” tutur Sarjana Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Padjajaran (Unpad) itu.

Indra menjelaskan sejak hadirnya program Citarum harum, kualitas air sungai Citarum memang mengalami peningkatan. Jika dahulu kandungan air terdapat logam berat, limbah cair dan sampah. Menurutnya, sekarang mulai berkurang.

Namun, kondisi itu berbanding terbalik dengan sedimentasi, yang dinilai semakin signifikan percepatannya.

“Kemarin hasil evaluasi dengan pemulung, air sudah tidak lagi hitam, pencemaran logam berat berkurang, dan beberapa ikan yang sebelumnya tidak ada, kini mulai terlihat lagi. Namun sedimentasi tak berubah, malah semcam terjadi percepatan yang signifikan,” katanya.

 

Pegiat lingkungan asal Bandung Barat, yang sekaligus pendiri Yasasan Bening Saguling, Indra Darmawan. (Restu/BandungKita)

 

Di lain pihak, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat membenarkan kondisi tersebut. Selain berdasarkan pantauan langsung, DLH KBB menyatakan sedimentasi Citarum bisa dibuktikan karena masih terjadinya Banjir di Baleendah.

“Memang kita akui sedimentasi ini semakin parah, bisa dilihat lewat kasat mata atau karena masih terjadinya banjir di Baleendah. Itu bukti bahwa Sungai Citarum semakin dangkal,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup KBB, Apung Hadiat Purwoko, Selasa (5/2/2019).

Ditanya mengenai alih fungsi lahan sebagai akibat dari terjadinya sedimentasi, Apung pun mengakui hal tersebut. Menurutnya, daerah yang terjadi alih fungsi lahan hutan menjadi pertanian terdapat di daerah Cibodas.

Sedangkan wilayah Lembang, Parongpong dan Cisarua dominasi alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukimaan.

Lebih lanjut, Apung mengaku angkat tangan terhadap kegiatan alih fungsi lahan. Pasalnya penertiban dan penerbitan izin sebuah lahan keluar bukan dari intansinya, melainkan dari Dinas PUPR KBB.

“Menangani alih fungsi lahan ini memang tidak semudah membalikan telapak tangan, karena akan bersinggungan dengan ekosistem manusia yang membutuhkan ruang hidup, apalagi ini domainnya PUPR,” pungkasnya.***(Restu Sauqi/BandungKita)

Comment