Mengenal Efek Samping Kebiri Kimia Untuk Pemerkosa Anak

BandungKita.id, SAINS – Masyarakat Indonesia tengah digegerkan dengan hukuman yang dijatuhkan pada pria asal Mojokerto, Muhammad Aris (20). Pasalnya pelaku pemerkosaan 9 anak tersebut dijatuhi hukuman berupa kebiri kimia.

Hukuman tersebut memunculkan deretan pro dan kontra, terlebih kebiri kimia merupakan kasus pertama di Indonesia.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur menilai bahwa hukuman kebiri kimia yang akan dilakukan bertentangan dengan kode etik dan sumpah dokter. Mereka menolak jika diminta melakukan eksekusi tersebut.

Hukuman ini juga turut menimbulkan kontroversi di beberapa negara yang menerapkan hukuman serupa. Seperti yang terjdi di Alabama, Amerika Serikat.

Dilansir dari Vox pada Rabu (28/8/2019), peraturan di Alabama menyatakan bahwa pelaku kejahatan seks di bawah 13 tahun harus menerima kebiri kimia sebelum dibebaskan.

CNN juga melaporkan bahwa mereka harus mendapat obat-obat yang dirancang untuk menekan hasrat seksual sehingga mereka tidak lagi terbuai oleh perasaan seksual yang dapat merugikan sekelilingnya. Langkah ini diambil untuk melindungi anak-anak di Alabama.

BACA JUGA:

Solein, Makanan Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Air, Listrik, dan Udara

 

Cara kerja kebiri kimia

Dilansir Detik.com, The Sun menuturkan kebiri kimia berbeda dengan kebiri konvensional yang melibatkan pemotongan alat kelamin.

Kebiri kimia dilakukan lewat suntikan, menggunakan obat yang akan menurunkan kadar hormon testosteron yang nantinya akan berdampak pada libido atau dorongan seksual.

Biasanya kebiri kimia menggunakan obat-obat penekan hormon testosteron, yakni dari golongan Luteinizing hormone-releasing hormone (LH-RH) agonists.

Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi kesulitan mengendalikan nafsu seks, fantasi atau dorongan seksual yang mengganggu, sadisme dan kecenderungan berbahaya lainnya. Obat yang sama juga digunakan dalam pengobatan kanker prostat.

Efek dari penurunan kadar testosteron ini adalah libido atau gairah seks yang menurun. Terhadap kesuburan, berkurangnya hormon testosteron juga berpengaruh pada produksi spermatozoa.

BACA JUGA:

Ulang Tahun Ke 43, PT DI Perkenalkan Dua Pesawat Keren : Ini Kehebatannya

 

“(Obat afrodisiak) menurunkan dorongan seksual dan mengurangi keinginan yang menyimpang, walau rasa tersebut masih tetap ada namun tidak terlalu obsesif,” kata Renee Sorrentino, seorang psikiater forensik dari Boston University, dikutip dari Medical Daily.

Sorrentino tiap harinya membantu menangani para pedofil, pemerkosa, ekshibisionis, dan pengintip (voyeur) yang ditangkap.

Salah satu pasiennya menyebut sebelum dikebiri kimia, ia berpikir ingin berhubungan seksual dengan pelacur lebih dari 30 kali sehari, setelah disuntik selama 6 bulan ia hanya memikirkan sesekali saja.

Kebiri kimia harus diberikan dalam jangka waktu tertentu secara periodik, setidaknya tiga sampai lima tahun.

Walau diterapkan di berbagai negara, kebiri kimia diketahui memiliki beberapa efek samping, seperti osteoporosis, penyakit jantung, depresi, dan anemia.

Kemudian ada juga efek samping yang membuat pasien naik bobot, rambut rontok, dan payudara membesar.

Beberapa ada yang merasa dorongan seksual menjadi sesuatu yang sangat menghantui mereka. (Dian Aisyah/Bandungkita.id)

Sumber: Detik.com

Comment