BandungKita.id, SEJARAH – Keberadaan RSHS memang tak bisa dilepaskan dengan Kota Bandung. Situs resmi RSHS menyebut, rumah sakit ini dibangun sejak masa penjajahan Belanda, tepatnya tahun 1920 dan diresmikan 15 Oktober 1923 dengan nama “Het Algemene Bandoengsche Ziekenhuis” (Rumah sakit Umum Bandung).
Empat tahun kemudian, nama ini diubah menjadi “Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana” (Rumah Sakit Kota Juliana).
Kapasitas Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana di awal berdirinya hanya 300 tempat tidur dan diperkuat enam dokter berkebangsaan Belanda. Satu di antaranya, ahli bedah yang tidak bekerja penuh dan dua dokter berkebangsaan Indonesia, yaitu dr. Tjokro Hadidjojo dan dr. Djundjunan Setiakusumah.
Hingga akhirnya perang Pasifik yang pecah pada 1942 mengubah Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana menjadi rumah sakit militer Belanda. Namun tentata Jepang berhasil mengusir Belanda dari Indonesia dan menduduki Pulau Jawa.
BACA JUGA :
Mengenal Pastor Verbraak Taman Maluku, Satu-Satunya Patung Belanda di Kota Bandung
Patung Badak Putih di Balkot Bandung, Simbol Kerinduan Kelestarian Alam Subur dan Teratur
Peduli Lingkungan dan Sejarah, Para Pemuda Ledeng Bersihkan “Gedong Cai Tjibadak”
Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana tetap sebagai rumah sakit militer, namun namanya berubah menjadi “Rigukun Byoin”.
Ketika Indonesia merdeka lewat Proklamasi 17 Agustus 1945, RSHS kembali dikuasai oleh Belanda. Fungsinya masih tetap sebagai rumah sakit militer. Baru pada 1948, fungsi rumah sakit berubah menjadi fasilitas kesehatan untuk umum.
Direktur pertama RSHS adalah orang Belanda, yakni W. J. van Thiel. Ia menjabat sebagai direktur sejak sebelum Jepang menduduki Priangan. Thiel masih memimpin rumah sakit sampai 1949. Selanjutnya, rumah sakit dipimpin Dr Paryono Suriodipuro sampai 1953.
Tidak jelas kapan tepatnya perubahan nama Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana atau Rigukun Byoin menjadi Rumah Sakit Ranca Badak. Yang jelas, sebutan itu datang dari masyarakat sendiri.
BACA JUGA :
Pemkot Bandung Harus Serius Rawat Bangunan Bersejarah
Hari ini Gedung Sate Genap Berusia 100 Tahun, Begini Sejarah Singkatnya
Usia ITB Genap 100 Tahun, Begini Sejarah Singkatnya
Sejumlah sumber menyebutkan, setelah Indonesia merdeka, RSHS dikelola oleh pemerintah daerah. Masyarakat menyebut rumah sakit ini dengan nama “Rumah Sakit Rantja Badak“.
Pada 1954, rumah sakit Rumah Sakit Ranca Badak ditetapkan menjadi rumah sakit provinsi dan diawasi langsung Departemen Kesehatan.
Soal nama Ranca Badak, ia diambil dari nama kampung yang menjadi tempat berdirinya rumah sakit, yakni kampung Ranca Badak. Ranca merupakan istilah bahasa Sunda yang berarti rawa. Di Jawa Barat, ada banyak tempat yang namanya memakai istilah ranca.
Pada 1956 Rumah Sakit Ranca Badak dijadikan rumah sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur. Di saat yang sama, pemerintah mendirikan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad).
Rumah Sakit Ranca Badak lalu berfungsi sebagai tempat pendidikan oleh FK Unpad. Hal ini menjadi awal kerja sama antara Rumah Sakit Ranca Badak dan FK Unpad. Perubahan nama rumah sakit kembali terjadi ketika rumah sakit ini dipimpin dr. Hasan Sadikin yang juga Dekan FK UNPAD.
Selagi menjabat sebagai direktur dan dekan, kakak kandung dari mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin itu meninggal dunia (16 Juli 1967). Maka untuk menghormati pengabdian dr. Hasan Sadikin, Rumah Sakit Ranca Badak pun berubah namanya menjadi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin atau RSHS.
Selain itu, dalam pemberian nama RSHS ada sebuah pertimbangan unsur kedaerahan. Pasalnya, dr. Hasan Sadikin adalah ‘Orang Sunda’ asli pertama yang menduduki jabatan Direktur Rumah Sakit Ranca Badak.
Itulah kenapa, nama pria kelahiran Sumedang itu diabadikan menjadi Rumah Sakit Hasan Sadikin. Bagi kaum milenial, nama Ranca Badak mungkin terdengar asing. Namun bagi warga Kota Bandung zaman baheula menyebut RSHS dengan sebutan Ranca Badak. (*)
Editor : Azmy Yanuar Muttaqien
Sumber : Humas Pemkot Bandung
Comment