Oday Kodriyah: Perempuan Penerima Kalpataru, Lestarikan 900 Tanaman Obat dan Membuka Terapi Herbal

BandungKita.id, SOSOK – Di lahan milik keluarganya, Oday Kodariyah telah melestarikan sekitar 900 jenis tanaman obat. Selama 18 tahun, ratusan jenis tanaman obat ini telah ia manfaatkan sebagai obat-obatan organik (herbal) dengan metode simplisia yang dipadukan dengan unsur fitofarmaka dan etnobotani.

Wanita berusia 54 tahun itu tinggal di RT 01/03 Kampung Manggu, Desa Cukang Genteng, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung. Oday Kodariyah menjadi satu-satunya perempuan penerima Penghargaan Kalpataru pada tahun 2018, sebuah penghargaan dari Presiden Republik Indonesia atas jasanya melestarikan lingkungan hidup.

Bersama sembilan orang lainnya, Ia menerima anugerah Kalpataru 2018 pada puncak acara Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) di TWA Batu Putih, Kota Bitung, Sulawesi Utara, Kamis (30/8/2018).

Penghargaan sendiri diserahkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada saat itu, Darmin Nasution dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya. Mendapat penghargaan tertinggi bidang lingkungan, Oday masuk dalam kategori Perintis Lingkungan bersama Juwari asal Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

BACA JUGA :

Disebut Ampuh Cegah Corona, Ini 10 Khasiat Luar Biasa Jahe Merah Bagi Kesehatan

Kamu Harus Tahu! Ini 10 Manfaat Hebat Bawang Putih bagi Kesehatan

4 Pilihan Teh Terbaik yang Bisa Kamu Nikmati Sebelum Tidur

Oday tidak pernah menyangka akan mendapat penghargaan tertinggi bidang lingkungan dari Presiden RI. Baginya anugerah Kalpataru merupakan tanggung jawab sekaligus motivasi bagi dirinya untuk lebih giat lagi dalam menyampaikan manfaat tanaman obat kepada banyak orang.

“Enggak pernah nyangka dan berharap banyak. Saya hanya berpikir saya harus bekerja dan bermanfaat bagi orang saja. Kalpataru itu hanya bonus, Alloh tidak akan salah mencatat. Saya jadikan motivasi, ini bukan akhir, ini awal untuk saya,” katanya.

Semua berawal ketika Oday divonis dokter dengan penyakit yang sulit disembuhkan, namun akhirnya sembuh berkat menggunakan tanaman obat. Berangkat dari pengalaman itu, muncul dorongan dalam hati Oday untuk membagi pengalaman dan ilmunya tersebut kepada orang banyak.

Didorong oleh keinginan untuk membuktikan bahwa berbagai penyakit kronis dapat disembuhkan tanaman obat. Bersama suaminya Djadjat Sudradjat (68) pada tahun 1993, Oday mulai mempelajari obat-obatan herbal secara otodidak.

Courtsey : Halo Indonesia DAAI TV

Demi untuk meyakinkan orang-orang, Oday mulai mempelajari kearifan lokal di setiap daerah, bertanya kepada orangtua, diskusi dengan para ahli, kursus, hingga membaca berbagai buku kesehatan.

“Saya harus mencari tahu semuanya tentang tanaman obat, makanya saya harus pintar dengan terus belajar. Bahkan saya juga ikut kursus (Certified Herbalist). Saya ingin menyampaikan kepada orang-orang bahwa obat herbal ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit,” tuturnya dikutip dari Tribun Jabar beberapa waktu lali.

Setelah lulus uji kompetensi menjadi herbalist berkat belajar banyak dan kursus, Oday dan suaminya mulai membuka pusat konsultasi dan praktek pengobatan herbal, KTO Sari Alam. Selain terus menanam berbagai jenis tanaman obat di lahan miliknya.

“Ini sebagai rasa syukur saja, saya tidak pernah ada cita-cita dan ketertarikan untuk jadi tukang obat (mengobati). Saya tidak pernah merasa lelah untuk belajar dan menyampaikan kepada semua orang. Saya hanya ingin bermanfaat untuk orang banyak,” tutur ibu dari empat anak ini

Kini hampir setiap hari kliniknya kedatangan banyak pasien. Kliniknya buka dari pukul 09.00 pagi hingga pukul 05.00 sore. Dalam sehari mereka hanya mampu melayani 4-6 pasien saja, karena pengobatan herbal ini memerlukan waktu yang cukup panjang sehingga setiap pasien kontrol butuh banyak waktu.

BACA JUGA :

Tekan Angka Stunting dan Diabetes, LIPI Ciptakan Superfood dari Daun Singkong dan Kedondong

Segudang Khasiat Ciplukan, Buah Liar yang Kini Banyak Diburu

7 Cara Alami Agar Kamu Tak Gampang Sakit

Klinik KTO Sari Alam miliknya buka setiap hari, namun mereka hanya menerima pasien yang telah membuat janji terlebih dahulu. Hingga saat ini sudah ratusan bahkan ribuan pasien yang berobat dan berhasil sembuh. Ribuan pasien datang dari berbagai daerah, tidak hanya dari Jawa Barat saja. Ribuan pasien ini juga datang dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Nusa Tenggara.

Barat (NTB), Kalimantan, Irian Jaya, Bengkulu, Riau, Bali, Jakarta termasuk dari luar negeri seperti Jepang dan lain sebagainya. Awal 2000 an Oday dan suaminya mulai menanam berbagai jenis tanaman obat di lahan seluas sekitar 4 hektare miliknya. Sekarang kebun tanaman obat yang terletak di Bukit.

Pribadona Cukang Genteng ini semakin luas, mencapai 21,35 hektare. Lahan seluas itu dibagi menjadi lahan produksi tanaman obat dan lahan konservasi. Berbagai jenis tanaman obat ada di kebun miliknya, dimulai dari tanaman obat biasa hingga tanaman obat langka (kurang dari 10 persen).

Di antaranya tanaman obat pada umumnya, seperti Antanan (centella asiatica), Kiurat (plantago mayor.L), Jombang (Taraxacum officinale), Daun ungu (Graptophilum pictum), Alang-alang (Imperata cylindrica), Ciplukan (Phisalis peruviana), Petikan kebo (Euphorbia hirta).

Courtsey : Halo Indonesia DAAI TV

Adapun tanaman obat langka di antaranya Akar kikoneng (Arcangelisia flava merr), Ki Rapet (Parameria laeviggata), dan Canar (Smilax macrocarpa blume). Dari sinilah Oday dan suaminya mendapat Anugrah Kalpataru dari Presiden RI, sebagai perintis lingkungan. Kebun miliknya dianggap sebagai sumber daya genetik tanaman obat herbal yang perlu dilestarikan.

“Ada sekitar 900 jenis tanaman obat, dari mulai yang biasa hingga tanaman obat langka. Kami menanamnya secara acak,” ujarnya. Baginya kebun tanaman obatnya adalah rumahnya. Setiap hari saat tidak ada pasien, Oday lebih memilih menyibukan diri mengurus kebunnya. Dia akan meracik obat-obat herbal kebutuhan pasien-pasiennya di kebun miliknya.

Selain itu setiap hari dirinya juga akan menyempatkan diri untuk membaca buku-buku pengobatan herbal koleksinya, yang jumlahnya kini mencapai ratusan buku.

“Setiap hari saya harus baca, harus ke kebun, saya sangat amat menghargai waktu. Saya orangnya enggak bisa diam, harus ada yang saya kerjakan. Kalau sudah saya kerjakan semua baru saya bisa tidur nyenyak,” tandas perempuan yang hanya lulusan STM Kimia jurusan Tekstil itu. (*).

Editor : Azmy Yanuar Muttaqien