BandungKita.id, Jakarta – Korea Selatan (Korsel) menggandeng Indonesia untuk mengembangkan jet tempur bersama. Jet tempur itu diberi nama Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX).
Nantinya, pesawat yang akan dikembangkan akan memiliki wujud seperti pesawat siluman F-22 Raptor yang dibuat oleh Amerika Serikat (AS).
Lantas, kenapa bentuknya mirip F-22? Apa saja kehebatannya? Berikut BandungKita.id sajikan ulasan lengkapnya.
1. Pengembangan jet tempur KFX/IFX membutuhkan waktu 10 tahun. Pengembangan ini dimulai sejak 2016 lalu.
Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah menerangkan, keikutsertaan Indonesia mengembangkan pesawat ini ditandai dengan pernyataan minat atau letter of intent (LoI) yang diteken pada 2009. LoI itu kemudian ditindaklanjuti dengan kesepahaman pada tahun 2010.
“Asal mulanya ada kerja sama, yang jelas program pemerintah, ada LoI (letter of intent) yang ditandatangani 2009, di hadapan Presiden,” katanya seperti dilansir detikfinance.
Dia melanjutkan, pengembangan KFX/IFX meliputi tiga tahap. Pertama, pengembangan teknologi dan itu sudah terlaksana pada tahun 2011-2012.
Kedua, pengembangan purwarupa atau prototype. Pengembangan ini sempat tertunda dan baru berjalan 2016 lalu.
“Habis itu ada tahap namanya EMD, engineering manufacturing development. Ini prototyping development, jadi ini 10 tahun. Ada vakum di Korea karena harus ada feasibility study. Sehingga baru dijalankan 2016 kemarin. Jadi 10 tahun 2016 sampai 2026, itu sertifikasi,” paparnya.
Lanjutnya, selama 2 tahun dari 2016 hingga 2018 pemantapan desain. Setelah itu, pada tahun depan memulai pembentukan prototype.
Indonesia dan Korea akan membuat 8 pesawat purwarupa. 6 pesawat di antara bisa diterbangkan, dan 2 pesawat tidak terbang. Dua pesawat sengaja tidak diterbangkan karena hanya untuk uji struktur.
Purwarupa pertama di targetkan rampung tahun 2021. Kemudian secara bertahap menyusul purwarupa-purwarupa lainnya. Terakhir, Heri mengatakan, pada tahun 2026 ditargetkan pesawat purwarupa itu mendapat sertifikasi sebelumnya diproduksi massal.
“Nah, kemudian masuk ke proses sertifikasi targetnya 2026 selesai. Kemudian setelah itu masuk tahap produksi massal. Dalam 10 tahun ini hanya pengembangan doang. Habis itu 2026 ke atas masuk produksi,” ujarnya.
Pada pengembangan ini investasi yang dibutuhkan 8,7 triliun Korea won. Porsi Indonesia dalam pengembangan ini sekitar 20%.
2. Jet tempur KFX/IFX yang dikembangkan Indonesia-Korea wujudnya mirip dengan pesawat tempur siluman Amerika Serikat (AS) F-22 Raptor serta F-35. Hal itu dibenarkan oleh Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah saat diwawancarai detikFinance.
“(Kaya) F-22 dan F-35,” kata dia.
Bukan tanpa sebab, hal itu dikarenakan Korea Selatan sebagai inisiator telah membeli pesawat F-35. Dari pembelian itu, Korea Selatan sekaligus mendapatkan teknologinya.
“Korea sebenarnya gini, Korea banyak dapat bantuan dari Lockheed Martin, karena Korea membeli F-35, dari F-35 dapat offset teknologi dari Lockheed Martin. Kita dompleng sebenarnya. Kita tidak membeli apa-apa dari Amerika, tapi dapat teknologinya,” jelasnya.
Teknologi ini kemudian menyesuaikan dengan bentuk pesawat yang akan dikembangkan. Heri mengatakan, sebenarnya ada dua opsi bentuk pesawat yakni tipe AS atau Eropa. Namun, sekali lagi karena mengadopsi teknologi AS maka yang dipilih ialah tipe AS.
3. KFX/IFX memiliki kemampuan khusus. Salah satunya ialah perusak sistem elektronik musuh atau disebut jammer electronic.
“Dia juga dilengkapi electronic jammer, bisa nge-jam secara elektronik, pernah dengar kan perang elektronik, elektronik lawan bisa kita jam sehingga tidak berfungsi. Merusak sistem elektronik mereka. Ini salah satu keunggulannya,” kata Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah.
Heri menerangkan, pesawat yang dikembangkan ini masuk kategori semi siluman. Sebab, secara bentuk sudah mengadopsi sistem itu, di mana pesawat itu sulit dilacak oleh radar. Namun, karena letak senjatanya di luar membuatnya masih terbaca radar.
“Kami sebut semi stealth karena sudah mengikuti siluman walaupun tidak penuh. Karena senjata masih bisa terdeteksi, tapi engine kita design tidak terbaca dari radar depan lawan. Tapi senjata masih kebaca masih, ada panasnya,” terangnya.
Lebih lanjut, dia menerangkan, pesawat supersonik ini dilengkapi sistem radar yang bisa menangkap pergerakan lawan dari segala penjuru. Sistem itu juga bisa menangkap pergerakan sejumlah lawan.
“Kemampuan khususnya dia memang multirule medium, dia menggunakan advance avionik artinya menggunakan radar yang menangkap lawan target di atas dan di bawah. Juga dilengkapi optical targeting system yang sebagai mata bisa menangkap beberapa lawan,” ungkapnya.
4. Pesawat KFX/IFX baru bisa diproduksi setelah 2026 atau usai sertifikasi.
Saat ini, jet tempur itu dalam tahap pengembangan menuju pembuatan purwarupa atau prototype. Kepala Program KFX/IFX dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Heri Yansyah mengatakan, jumlah pesawat yang bakal diproduksi mencapai 168, di mana Korea akan memiliki 120 pesawat dan Indonesia 48 pesawat.
“Perkiraan produksi kita 48 pesawat, Korea 120 pesawat, total 168 pesawat,” kata dia.
Soal harga pesawat, dia belum bisa menyebutkan. Sebab, untuk produksi massal nantinya akan diatur lagi dalam sebuah kesepakatan.
“Nanti itu kan kalau produksi pesawat, kita jual kan ada harga pesawat, nanti itu ada perhitungan lagi. Tapi beda perhitungan development cost yang lebih mahal, dibandingkan harga pesawat untuk produksi. Kalau produksi kan sudah sertifikasi, tinggal produksi,” jelasnya.
Dia menerangkan, untuk pengembangan, investasi yang dikucurkan kedua negara sebesar 8,7 triliun won. Adapun jumlah pesawat purwarupa yang dibuat ialah 8 pesawat dengan rincian 6 diterbangkan, dan 2 pesawat tidak terbang karena hanya untuk uji struktur.
“Kalau pengembangan 6 prototype yang dapat sertifikasi. Kalau produksi, kita 48 pesawat, Korea 120 pesawat. Nanti tinggal kita cari market yang di luar dua negara,” terangnya.(ZEN/BandungKita.id)
Comment